webnovel

Mother's ring

Paul segera memberitahu salah pelayan satu Duke Alvord untuk mencari cincin Duchess Alvord terdahulu. "tolong carikan salah satu kotak perihasaan yang dilimiki oleh keluarga Alvord". ucap Paul pada salah satu pelayaan tertua yang ada di istana tersebut.

"tetapi tuan, saya tidak dapat membuka lemari penyimpanan perihasan tanpa seijin Duke Alvord". sanggah pelayanan.

"Ini perintah Duke Alvord". ucap Paul.

"Duke tidak berkata apapun tentang hal tersebut kepada saya tuan ! maafkan saya tapi saya tidak punya kewenangan untuk melakukan hal tersebut".

"Duke tidak dapat mengatakannya secara langsung sekarang karena beliau sedang sibuk dengan Lady Helena di kamarnya".

Sang pelayanan nampak terkejut saat mendengar apa yang dikatakan Paul. Wajah keriputnya terlihat mulai menegang dan matanya membulat. "Maaf tuan, apa saya tidak salah mendengarnya ?".

"Sssttt... cukup anda saja yang tau ! Duke mengutus saya untuk memberitahu anda untuk mengambil kotak perihasan mendiang Duchess Alvord terdahulu".

"Maaf tuan, jika saya boleh tau untuk apa kotak perihasaan tersebut ?".

"Duke Alvord akan melamar Lady Helena Matson malam ini saat makan malam dan beliau meminta para pelayannya untuk menyiapkan makan malam serta memberikan ruang untuk mereka berduaan di malam ini".

Raut wajah gembira terpancar dari sang pelayan. "Baik tuan akan saya ambilkan kotak perhiasan tersebut dan akan saya siapkan makan malam dengan menu yang spesial malam ini".

"Bagus !". Sahut Paul

***

Lady Helena duduk dipangkuan Duke Alvord sambil memeluknya. "Helena, apakah kau senang berada disini ?". Tanya James sembari mengelus punggung sang lady.

"Your grace ... emm maksudku James, saya merasa aman jika bersama anda".

"Bukan itu pertanyaan saya, lady ! anda belum menjawab pertanyaan saya dengan tepat".

"iya saya senang".

"Sekarang anda mengakui itu, saya tau anda hanya perlu waktu untuk mengakui semua, selama ini anda hanya menahan diri dibalik kata "Tidak" yang sebenarnya adalah "Iya" . anda hanya merasa takut serta tidak aman akibat masa lalu anda yang membuat anda trauma akan hal ini".

Helena menjauhkan kepalanya dari dada James . Wanita itu mengarahkan kepalanya menengadah keatas. "Bagaimana anda dapat mengetahui semua itu bahkan saya tidak pernah bercerita tentang apa yang saya rasakan secara terperenci pada anda".

"Sayang, saya dapat melihatnya dari matamu". James kembali mengusap lembut kepala Helena. "Saya tau bahwa sorot mata itu sangat murni, mereka tidak pernah dapat berbohong sedangkan mulut anda selalu menolak untuk mengikuti hati anda, itu akibat dari ketakutan yang sangat luar biasa". James menatap mata Helena dengan sangat dalam. "Saya seorang pria dan saya telah bertemu dengan banyak wanita yang ada di dunia ini. saya tau bagaimana seseorang yang tulus dan ketakutan".

Helena terdiam sejenak sembari terus menatap James. "Hidup saya terlalu sulit dalam beberapa tahun terakhir dan opini masyarakat akan sangat buruk kepada saya bahkan itu akan berimbas pada adik-adik saya saat debut nantinya. saya tidak ingin merusak hidup orang lain."

"Tapi kau juga berhak untuk bahagia sayang". pungkas Duke Alvord yang diakhiri dengan kecupan di kening Helena.

Helena kembali memeluk erat James. " James, saya juga mencintai anda"

***

Waktu telah menunjukkan pukul setengah 6 petang . Para pelayanan telah menyiapkan semua makanan dimeja makan. Nampak diatas meja makan terdapat beberapa hidangan kesukaan dari Duke Alvord. Semua terlihat rapi dan cantik. Disana juga terdapat lilin yang sudah dinyalakan. "Semuanya sudah selesai dan tersaji dimaja makan tuan !". ucap salah satu pelayan.

"Baik, sekarang dimana kotak perihasaan dari ibu Duke Alvord ?". Tanya Paul.

"Sebentar tuan !". Pelayanan itu menengok ke arah belakang seperti sedang mencari seseorang. "Ahh, kemari !". ucap pelayan yang berbicara pada seorang pesuruh yang membawa sebuah kotak berukuran sedang ditangan kanannya.

Seorang pesuruh itu segera menyerahkan kotak yang berada di tangannya kepada Paul. "Tuan, ini adalah koleksi kesangan mendiang Duchess Alvord". ucap pelayan. Pelayan itu mengulurkan tangannya untuk membantu paul membuka kotak tersebut. kotak perihasaan tersebut berisikan satu set perihasaan milik ibunda James. Satu kalung , satu cincin serta anting. semuanya terlihat masih berkilau dengan ornamen yang sederhana. Cincinnya merupakan cincin berwarna emas dengan satu buah permata ditengahnya. Meskipun sangat sederhana tetapi terlihat sangat menarik dan indah. Sedangkan kalungnya dan sepasang antingnya juga berwarna sama emas dengan liontin yang tidak jauh berbeda dengan cincinnya yaitu permata berukuran kecil yang mengkilat.

"Apakah ini perihasaan keluarga yang diwariskan secara turun temurun ?". Tanya Paul.

"Untuk satu set perihasaan ini merupakan perihasaan yang diberikan Duke Alvord terdahulu atau ayah James saat melamar mendiang Duchess. Duke saat itu melamar Duchess saat dirinya belum mewarisi gelar Duke Alvord dan kakek dari Duke Alvord yang sekarang tidak memberikan perihasaan keluarga dengan alasan saat itu jika seorang pria ingin menunjukkan cintanya pada seorang wanita maka pria tersebut harus berusaha memberikannya sesuatu meskipun itu bukan berupa perihasan yang mahal. Mendiang Duchess jatuh cinta pada Duke Alvord terdahulu akibat Duke merupakan seorang pria yang jujur, sederhana dan sangat bertanggung jawab. Duke juga jatuh cinta pada Duchess akibat beliau merupakan wanita yang santun, tegas dan pintar. Duchess bahkan selalu mendampingi Duke kemanapun Duke bertugas. Duchess dikenal sebagai wanita yang cantik serta memiliki kemampuan bernegosiasi yang sangat baik. Meskipun Duchess dikenal sangat berwibawa tetapi ia pandai memaikan senjata baik itu senapan maupun pedang. ia bahkan pernah membunuh seorang perampok yang saat itu memberhentikan rombongan kami. Saat itu Duke sedang berada di London untuk sebuah konferensi sedangkan Duchess harus melakukan perjalanan ke Wales dan membawa anaknya yang masih berusia 1 tahun. Ayah mendiang Duchess adalah seorang ksatria dan memiliki 2 kakak laki-laki, ia tumbuh dengan mempelajari banyak taktik perang, menggunakan senjata serta pedang. Mendiang Duchess selalu menyinpan 2 buah belati berukuran 20cm di balik gaunnya. Ia menaruhnya di pergelangan kakinya. Duchess juga membawa sebuah senapan berukuran kecil di pinggangnya." Jelas pelayanan.

"Apa yang terjadi saat itu ?". Tanya Paul.

"Rombongan perampok memotong jalan dan terjadi perkehalian antara pengawal dengan rombongan perampok. Jumlah kami terbatas sedangkan jumlah rombongan perampok saat itu 2 kali libat dari jumlah pengawal yang mendampingi Duchess. Salah satu pengawal menyuruh Duchess untuk melarikan diri dengan anaknya. Kemudian Duchess dan 2 orang pengawal segera melarikan diri ke arah hutan bersama anaknya namun sialnya beberapa orang perampok mengetahui aksi tersebut dan mengejar sang Duchess. 2 pengawal yang melarikan diri bersama Duchess mencoba menghalangi perampok untuk mendekati sang Duchess namun keduanya berakhir terbunuh . Duchess terus berlari sembari mengendong anaknya. Ia sempat bersembunyi untuk beberapa saat lalu menyobek gaunnya hingga diatas lutut. Ia meminta anaknya untuk tetap menutup mulut dan bersembunyi sedangkan sang Duchess pergi keluar untuk berkelahi dengan perampok. Pertama kali yang dilakukan sang Duchess menembak perampok tersebut namun salah satu perampok berhasil melarikan diri dan muncul di balik punggung sang Duchess. Dalam keadaan terdesak sang Duchess harus meletakkan senjatanya. Sang perampok memaksa Duchess memberitahu dimana keberadaan anaknya. Namun Duchees tetap terdiam. Ia perlahan berusaha mengambil belati yang ada dikakinya lalu melakukan perlawanan. Tidak lama setelah itu sang Duchess berhasil menikam perampok tersebut tepat berada di Jantungnya. Saat itu Duchess kebetulan sedang menggunakan cincin ini sehingga setelah kejadian tersebut para pelayan berusaha keras untuk menghilangkan noda darah yang ada di cincin ini dan mengembalikannya seperti sedia kala".

***

Semua pelayan serta Paul sudah meninggalkan ruang makan. "James kita akan pergi kemana ?". Tanya Helena yang matanya kini sedang ditutup dengan selehai kain oleh James. Mereka berdua sedang berjalan menuju ruang makan. James membantu Helena untuk berjalan dengan benar. "Tenang saja, percayakan semua padaku!". ucap James.

"Sekarang, anda dapat duduk disini my lady". Ucap James sembari membantu Helena untuk duduk dengan benar di kursinya. James segera membuka penutup mata Helena.

Pertama kali yang Helena lihat saat ia membuka matanya adalah sebuah piring dengan penutup makanan disana. "Emm makan malam, kebetulan aku sangat lapar, James!".

James segera membuka penutup tersebut dan terdapat cincin milik mendiang ibu James disana. "Lady Helena Matson, maukah engkau memiliki nama belakangku dan mengganti namamu menjadi Duchess Helena Alvord ? saya bukan seorang yang romantis tapi saya berusaha untuk menyiapkan ini semua sebaik mungkin, jadi saya akan mengulanginya sekali lagi , Lady Helena Matson maukah anda mengganti nama anda menjadi Duchess Helena Alvord dan mendampingi saya sepanjang umur saya sebagai istri saya". Ucap James.

Dengan penuh senyum gembira Helena menganggukkan kepalanya. "Iya saya mau,saya akan menikahi anda".