AAUUUUU ...!
Lolongan serigala terdengar melengking..
"Sadewa?!" Liffi mencari-cari keberadaan Sadewa. Berbeda dengan werewolf yang mampu melihat di dalam kegelapan. Derasnya hujan dan minimnya penerangan jalan membuat manusia seperti Liffi kehilangan indra pengelihatannya.
Jantung Liffi berdegup sangat keras, sangat cepat, dan terus menderu. Rasa khawatir meliputi hatinya. Liffi takut sesuatu kembali terjadi pada tubuh Sadewa. Bagaimana kalau makhluk mengerikan itu kembali mencabik tubuh Sadewa? Mengkoyaknya?
"SADEWA!!!" Liffi kembali berteriak, namun hanya keheningan yang didapatinya. Tak ada jawaban. Liffi menangis, suaranya serak, teriakan demi teriakan seakan tak berarti. Sadewa tak menjawab panggilannya.
Liffi berjalan gontai, menyelusuri setiap jengkal jalanan yang porak poranda. Bekas-bekas pertarungan terlihat mengerikan bagi Liffi. Sungguh tak bisa ia dibayangkan, kekacauan ini bukan berasal dari manusia.
Liffi menahan napasnya yang menderu tak beraturan.
Langkahnya pun mulai terasa begitu berat.
Terkikis oleh hujan yang turun semakin deras.
"Hiks... Sadewa, kumohon, jangan tinggalkan aku." Liffi berjalan, ia menangis dan terus memohon.
DUK!!
Tubuh mungil Liffi membentur sesuatu. Serigala Abu-abu besar. Liffi harus mengangkat kepalanya untuk bisa melihat ujung kepala serigala itu.
"Liffi?!" Sadewa mendelik, ia tak menyangka Liffi akan hadir di tengah-tengah pertarungannya dengan Dominic.
Liffi terpaku, tubuhnya membeku. Serigala itu terlihat sangat mengerikan. Air liurnya terus menetes seiring dengan geraman keras yang keluar dibalik moncong hitamnya. Serigala ini menoleh perlahan ke arah Liffi, berusaha mencari tahu, siapa yang berani mengganggu pertarungannya?
"Liffi!!"
Secepat yang dia bisa, Sadewa berlari, menyambar tubuh Liffi. Cabikan Dominic lusut dari Liffi, namun menorehkan luka serius pada punggung Sadewa.
"Sadewa?!" Liffi terpekik.
"Kau harus pergi dari sini, Liffi! Harus!!" Sadewa berlari ke belakang sebuah pohon pinus besar, lalu meletakan tubuh Liffi.
"Tidak!! Aku tak akan meninggalkanmu." Liffi langsung mendekap dan mencium Sadewa, menyalurkan kembali jiwa dan kekuatannya.
Dekapan yang membuat kekuatan bangkit itu kembali terasa. Sadewa membalas ciumannya. Menggenggam erat tangan Liffi, napasnya yang menderu terasa begitu harum dan memabukkan.
Sadewa membalas tatapan Liffi dengan tatapannya yang dalam. Matanya yang berwarna biru semakin bersinar terang. Luka yang ditorehkan Dominic mulai menutup perlahan.
"Tunggu aku, kita selesaikan semuanya dan pulang ke rumah." Sadewa mengecup dalam kening Liffi sebelum meloncat pergi.
"Berjuanglah, Sadewa." Lirih Liffi.
Bulan kembali terlihat, walaupun masih sebagian kecil namun berdampak cukup besar bagi ke dua werewolf ini. Cahaya bulan yang menjadi sumber kekuatan werewolf telah kembali menyala.
Serigala abu-abu itu menggila, mendorong Sadewa lebih jauh lagi masuk ke dalam hutan. Ia mencabik dan mengkoyak tubuh Sadewa. Kesadarannya telah sepenuhnya menghilang, berubah menjadi hewan buas liar yang sangat kuat.
"GRWAAALLL!!!" Dominic yang menggila menyerang Sadewa dengan kekuatannya yang besar. Tapi tidak ada strategi, dia hanya membabi buta. Energinya memang berlimpah karena suntikan serum barusan.
"Shit!!" umpat Sadewa, ia belum bisa menyerang Dominic, hanya mampu menghindar dan bertahan.
"Apa yang harus aku lakukan? Pikir Sadewa, pikir." Sadewa terus mengamati prilaku serigala gila ini. Dengan kecepatan dan power barunya, pertahanan Dominic sangat susah untuk di tembus.
"Aku akan menggiringnya ke jurang, dengan wujudku saat ini aku tak akan mampu mengalahkannya." Sadewa memang seorang yang penuh pemikiran dan bijaksana. Berbeda dengan kembarannya Nakula yang terlihat sangat percaya diri dengan kekuatannya, Sadewa selalu memilih berhati-hati dan terus menganalisa lawan bertarungnya.
Sadewa berubah menjadi manusia serigala, bulunya yang putih terlihat semakin berkilau karena kekuatan dari Liffi. Dengan kecepatan penuh Sadewa berusaha menandingi kecepatan Dominic.
"GRAAW!!" Dominic menggebukkan kaki depannya. Menyerang Sadewa.
Sadewa terlihat meloncat naik, lalu berputar menghindari serangan Dominic. Menghindari serangan Dominic terlalu menguras tenaganya. Ia terengah-engah napasnya mulai berat dan pandangannya kabur.
"Aku harus mengenainya, agar dia marah." Gumam Sadewa.
Saatnya tiba, Sadewa meloncat lagi di antara beberapa batang pohon untuk mengecoh Dominic.
BRET ... !!
Sadewa menorehkan luka yang cukup dalam pada punggung Dominic.
GRRAW ... !!
Dominic mengerang kesakitan, dengan penuh amarah dia melompat dan menerkam Sadewa. Sadewa menahan gigitan Dominic dengan batang kayu. Walaupun ternyata dengan mudah Dominic menghancurkan kayu itu dengan rahang-rahangnya. Dan mendesak Sadewa.
"Aaaakkkkhh!!!" Sadewa berteriak kesakitan saat Dominic meremukkan tulang bahunya dalam sekali gigitan.
Dominic mengibaskan tubuh Sadewa ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menghepaskannya ke udara. Sadewa membentur pohon pine sampai roboh.
Dengan menahan sakit Sadewa bangkit. "Bagus aku mendapatkan perhatinnya."
Sadewa langsung berlari, menuju ke kedalaman hutan. Di ujung jalan setapak ini, ada jurang besar dengan air terjun. Ia hanya perlu menjatuhkan Dominic ke sana dan kembali pada Liffi.
Sadewa masih berlari sambil menahan rasa sakitnya. Bahu kirinya terus mengeluarkan darah segar. Tidak ada lagi yang bisa menyembuhkannya karena Liffi berada jauh di sana. Sadewa memfokuskan pandangan akan pelariannya, tak menengok ke belakang. Ia bisa mendengar derap langkah Dominic yang terus mendekat. Langkah Dom mempersempit jarak di antara mereka.
Dominic meloncat, hendak memberikan satu lagi cabikan tajam pada punggung Sadewa. Sadewa langsung memrosotkan dirinya ke bawah, dan berhenti tepat pada ujung jurang. Mata Dominic terbelalak, di depannya jurang besar mengangga. Serigala ini tak bisa menghindar, Ia terlanjur melompat. Walaupun ia berusaha kembali memutar tubuhnya tetap saja jangkauan kakinya kurang.
BRUK!! SRAK!!
NGIK!!!
Suara kuku cakar beradu dengan batuan.
Dominic menancapkan cakarnya pada dinding curam. Terprosot sedikit demi sedikit ke bawah.
Sadewa bangkit perlahan, ia harus segera pergi meninggalkan tempat ini. Saat Sadewa hendak bangkit, Dominic melompat. Memberikan cabikan tajam menembus ulu hati Sadewa. Tubuh Sadewa tertarik kebelakang. Ia memuntahkan darah dari mulutnya. Darah itu membasahi bulu putihnya, seperti merekahkan warna merah pekat pada putihnya salju.
SRAK..!! SRAK..!!
Kaki belakang Dominic tak sanggup mengikuti kaki depannya naik. Serigala Abu-abu ini tergelincir masuk kembali ke dalam jurang. Kejatuhannya mencabut paksa kuku tajam dari dalam tubuh Sadewa.
"ARRGHHH!!!" Teriakan rasa sakit Sadewa terdengar keras bahkan sampai ke telinga Liffi.
BYURR!!!!
Bunyi gemercik air terdengar keras karena Dominic terjatuh.
"Sadewa?!" Liffi menghapus air matanya dan berlari sekuat tenaga. Mengejar sumber suara yang berasal dari rasa sakit Mate-nya itu.
oooooOooooo
Hallo, Bellecious
Jangan lupa vote ya 💋💋
Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️
Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana