webnovel

Chapter 8

Shawn baru tiba di mansion tepat pukul sepuluh malam, dan saat itu juga Arrabela langsung menyambutnya tepat di depan pintu utama.

" selamat malam Tuan " Shawn berlalu melewatinya begitu saja tanpa menghiraukan Arrabella yang sudah merengut kesal

Bukan tanpa alasan Arrabela selalu menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan Shawn, karena dia sudah sejak lama menaruh hati pada Tuannya dan bohong jika Shawn tidak tahu akan hal itu, bahkan dia justru sama sekali tidak memberikan Arrabela kesempatan sedikitpun untuk mendekati dirinya karena Shawn tahu tujuan wanita itu yang sebenarnya.

" apa anda ingin makan malam Tuan, biar aku menyiapkan nya untuk mu "

" Tidak " Shawn menatap nya datar

" baiklah kalau begitu, aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi "

" tidak perlu Arrabela, kau kembali saja kekamar mu "

" tapi Tuan- "

" apa kau tidak mendengar! " suara lantang itu begitu mencubit indera pendengaran Arrabela, dengan wajah masam dia pun berlalu pergi.

Shawn berjalan menaiki tangga menuju ke lantai tiga, baru saja hendak membuka pintu kamarnya, lelaki itu sedikit terkejut saat lampu di ruangan pribadi milik nya menyala. Tidak ada yang mencurigakan dikamar nya karena semua masih tertata dengan rapih, Shawn beralih membuka pintu menuju ruang santai nya dimana tidak ada satupun orang yang boleh masuk kedalam sana kecuali Jerry dan juga Maria yang biasa membereskan ruangan pribadi miliknya.

" Guzel " Shawn terbelalak saat melihat gadis itu tengah tertidur meringkuk di kursi santai miliknya,

" dasar gadis keras kepala " desis Shawn yang menahan kesal, dan herannya Lelaki itu sama sekali tidak murka ketika orang asing masuk kedalam area pribadinya.

Berbeda dengan Arrabela, beberapa waktu yang lalu dia masuk kedalam kamar Shawn namun tidak sampai keruangan tepat saat ini dirinya dan Guzel berada, tidak ada ba-bi-bu lagi Shawn langsung menghujani Arrabela dengan amarah dan semua pelayan menyaksikan amukan dari Tuan mereka.

Shawn melihat Guzel semakin meringkuk di atas kursi karena hembusan angin malam bukannya membangun kan Guzel, Shawn justru mengambil selimut di kamarnya kemudian kembali ke balkon menutupi tubuh gadis itu dengan selimut yang dia bawa. Lelaki itu sedikit berjongkok menatap wajah Guzel yang terlelap dengan damai mengarungi mimpi indahnya, dengan begitu hati-hati lelaki itu menyibakkan rambut panjang Guzel yang menutupi matanya.

Jantung Shawn berdetak lebih cepat, karena tanpa dia sadari pemandangan dihadapan nya begitu sangat indah, wajah polos Guzel tanpa make up terlihat begitu mulus dan putih seputih salju, dengan bulu matanya yang lentik nan panjang, alis mata yang tebal terukir rapi, serta bibir tipis berwarna merah muda yang alami. Tersirat di dalam benak Shawn kenapa keluarga Ibram begitu membenci Guzel yang memiliki darah dan garis keturunan mereka.

" Da-dy " gumam Guzel yang masih dengan mata terpejam,

" sepertinya kau sedang bermimpi bertemu dengan ayahmu " ucap Shawn sambil membenahi selimut yang menyelimuti tubuh Guzel.

~~~~~~~~

Terik sinar matahari mulai menyengat masuk melalui celah-celah tirai dikamar, gadis itu terbangun dan setengah masih menguap dia mengusap kedua matanya kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya.

Guzel mengedarkan pandangannya ke setiap inci sudut kamar, bola matanya terbelalak dan tubuh nya menegang ketika sadar bahwa dia bukan berada dikamar nya melainkan di kamar Shawn.

" kenapa aku bisa ada disini " batin Guzel, kedua tangannya reflek meraba tubuhnya gadis itu bernafas dengan lega karena ternyata dia masih memakai pakaian nya dengan utuh.

Guzel mencoba kembali mengingat apa yang sudah dia lakukan semalam dan mengakibatkan dirinya yang berakhir dikamar Shawn. Seingatnya dia duduk di balkon dengan tumpukan majalah yang dia bawa dari kamarnya. Guzel merasa melihat pemandangan dari balkon milik Shawn lebih indah dibandingkan balkon yang ada dikamarnya.

" apa Lelaki gunung es itu yang sudah membawa ku kekamar nya " begitu banyak pertanyaan yang memenuhi otak Guzel,

Dia pun memutuskan untuk beranjak dari ranjang namun sebelum keluar dari kamar, Guzel membereskan tempat tidur itu dengan rapih lalu membasuh wajahnya di toilet yang ada di dalam kamar besar itu.

" apa semalam tidur mu sangat nyenyak "

Guzel terperanjat karena tiba-tiba Shawn berada di balik pintu, dia berdiri dan bersandar dengan santai di dinding dengan pakaian kantor yang sudah menutupi tubuh atletisnya. Gadis itu masih diam terpaku, menatap wajah tampan lelaki itu di pagi hari menjadi vitamin tersendiri untuknya. Guzel berteriak dengan bahagia di dalam hati karena dia bisa melihat pemandangan seindah ini, Shawn mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh Guzel yang senyum-senyum sendiri sambil memandang kearah dirinya.

KLETUK

" awwwwww " Guzel meringis kesakitan sambil mengelus keningnya yang baru saja di sentil oleh Shawn.

" apa yang kau pikirkan, kenapa kau tiba-tiba tersenyum sendiri seperti orang gila " cibir Shawn

" kau yang gila! " tunjuk Guzel dengan kesal

" siapa yang mengizinkan mu naik kelantai ini? aku telah memperingatkan mu!"

Telak! Guzel tak dapat berkutik setelah Shawn kembali melontarkan pertanyaan itu, dia hanya bisa menyeringai menunjukkan gigi putih nya yang rata sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal

" em- i- itu- a- aku " Guzel yang kehilangan kata-kata hendak mencoba melarikan diri, namun dengan cepat Shawn berhasil menarik tangan Guzel hingga kepala gadis itu membentur da** bidang Shawn

Kedua bola mata mereka kembali bertemu, Guzel merasa jantungnya ingin melompat keluar karena berada dalam situasi seperti ini, bagaimana tidak saat ini tubuh mereka sangat dekat bahkan tidak ada jarak diantara tubuh mereka, Guzel bisa leluasa mencium bau maskulin tubuh Shawn yang membuat nya merasa sangat nyaman, bahkan sangking nyamannya Guzel tidak mengedipkan matanya saat menatap wajah tampan Shawn.

" maaf " lirih Guzel namun matanya masih menatap kedua bola mata Shawn yang terlihat berbinar.

" karena aku telah lancang masuk kedalam area pribadimu, aku hanya merasa bosan dan akhirnya aku memutuskan untuk naik kelantai tiga, tapi sumpah aku tidak mengambil apapun barang milikmu, aku hanya merasa kagum dan takjub pada ruangan ini, semua lukisan itu seperti memiliki arti masing-masing, aku juga sangat merasa nyaman berada disini karena melihat pemandangan diluar sana dari balkon mu sangat memanjakan mataku, bahkan aku saja sampai tertidur " ujar Guzel dengan jujur.

Shawn melepaskan rengkuhan nya dari tubuh Guzel, tatapan matanya tak berpaling dari wajah Guzel yang kini menunduk, tanpa mengeluarkan satu katapun dia pergi berlalu meninggalkan Guzel.

Guzel masih diam menatap Shawn yang berlalu pergi begitu saja, bahkan dia sudah siap menerima amukan dari lelaki dingin itu, namun ternyata dugaan nya salah Shawn justru berlalu pergi setelah membuat seakan mati berdiri.

~~~~~~~~~~~

" siang ini aku akan berangkat ke Canberra dan akan berada di sana selama satu Minggu kau awasi terus Guzel jangan sampai dia melanggar semua aturan yang telah aku buat kecuali- " Shawn menggantung kalimat nya

" kecuali apa Tuan? " tanya Maria

" jangan halangi Guzel naik kelantai tiga "

Arrabela yang saat ini juga berada di dekat Maria terkejut mendengar perkataan Shawn, kenapa tiba-tiba Tuan nya mengizinkan orang asing masuk kedalam area pribadi miliknya, apa yang telah dilakukan oleh Guzel sehingga membuat Shawn bisa bermurah hati.

" apapun yang ingin dilakukan oleh Guzel di mansion ini biarkan, jangan halangi dia selagi itu tidak merugikan kalian! " Shawn sedikit melirik ke arah Arrabela melalui ekor matanya

" Marvel, Austin ikuti selalu kemana Guzel pergi jangan biarkan dia keluar mansion seorang diri, meskipun dia pergi bersama dua gadis bodoh itu tetap ikuti mereka " titah Shawn, Marvel dan Austin mengangguk dengan mantap setelah memberikan perintah pada pelayan dan pengawal nya Shawn pun meninggalkan mansion diiringi oleh Jerry dibelakang nya.

Hari ini Guzel berencana akan pergi bersama kedua sahabatnya ke pusat perbelanjaan, karena sudah beberapa hari mereka bertiga tidak pergi bersama. Seperti apa yang sudah di perintahkan oleh Shawn, Marvel dan Austin mengikuti kemana pun gadis itu pergi. Sejujurnya Guzel merasa sangat keberatan dengan adanya kedua lelaki itu karena dia dan kedua sahabatnya tidak bisa bebas melangkah kan kaki mereka.

Sudah berbagai cara dilakukan oleh Guzel agar kedua lelaki itu pergi saja namun tidak berhasil, bahkan Guzel dengan sengaja masuk kedalam salah satu toko yang menjual pakaian dalam wanita agar kedua lelaki itu malu dan pergi namun tetap saja tidak berhasil, keduanya masih dengan setia mengiringi mereka bertiga dari belakang walaupun banyak pasang mata para wanita yang menertawakan kedua lelaki itu.

" Guzel, para pengawal mu benar-benar menyebalkan! aku sangat merasa terganggu dengan ada nya mereka! " gerutu Christine

" benar, apa mereka tidak merasa malu karena semua para wanita yang ada di toko ini sedang tersenyum mengejek mereka! " timpal Juliet

Guzel hanya menghela nafas lelah, karena jangankan mereka dirinya saja juga sangat merasa risih harus di buntuti seperti ini, Guzel juga merasa sangat terkekang namun harus bagaimana lagi, karena Guzel sudah ke habisan akal untuk menjauh dari kedua lelaki itu.

" coba lihat, apa ketiga gadis itu tidak malu karena mengajak para lelaki masuk ke toko ini "

" ya padahal toko ini khusus menjual pakaian dalam wanita "

" sungguh tidak tahu malu! "

Samar-samar Guzel mendengar para pembeli dan juga pelayan toko sedang membicarakan dirinya dan juga kedua temannya

" CUKUP!!!! " habis sudah kesabaran Guzel setelah mendengar cemoohan itu

" Marvel! Austin! bisakah kalian tidak mengikutiku terus " Juliet dan Christine mengangguk setuju

" tidak Nona "

Guzel menghela nafas kasar " apa kalian tidak malu, ini adalah toko khusus untuk para wanita! coba kalian lihat berapa banyak wanita yang sedang menertawakan kalian!!! " Guzel benar-benar geram pada kedua lelaki itu

" tidak nona "

" kalian berdua sama menyebalkan dengan lelaki menyebalkan itu " Guzel semakin geram sedangkan Austin dan Marvel tidak perduli dengan sumpah serapah yang di lontarkan oleh Guzel