Malam yang seharusnya bisa digunakan untuk mengistirahatkan tubuh dan juga otaknya, kali ini malah digunakan sebagai malam untuk merenung.
Lilin yang sudah meleleh dan hanya tersisa setengahnya, menjadi sebuah cahaya yang menemani Peyvitta di tengah kegelapan yang ada.
Seluruh lampur yang ada di setiap sudut Apartemennya sengaja dia matikan, karena rasanya percuma saja terang benderang, tapi hatinya sangat sepi dan juga gelap, sebab cahaya hati sudah berpulang kepada Ilahi.
Matanya sudah begitu lelah, seharian menangis dan sekarang malamnya hanya memperhatikan cahaya lilin. Kepalanya sudah tidak begitu fokus merasakan apa yang dia rasa sekarang.
Pening.
Sudah muncul sejak tadi, karena mungkin tidak terbiasa berada di tempat yang begitu gelap, terlebih dalam suasana hati yang sedang bersedih dan kondisi mata yang sudah berulang kali menangis.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください