webnovel

TIPL - Melayani Klien

Waktu terus berlalu dengan sendirinya, siapa pun tidak akan ada yang bisa menghentikan waktu yang berjalan, kecuali Dia—Sang pemilik alam semesta.

Baik, buruk, bahagia, sedih, duka, haru, dan perasaan lainnya yang kamu rasakan tidak akan mampu membuat waktu berhenti, meski sejenak saja. Semuanya harus kamu lalui dengan penuh kekuatan dan juga penuh dengan pengharapan.

Tidak akan ada hari yang indah, jika yang menjalani tidak mengharapkan hal yang demikian. Memang saat berharap bisa bahagia di hari yang istimewa saja, kadang malah hal yang sebaliknya yang terjadi di hari itu, apalagi kalau semuanya dibiarkan begitu saja.

Semuanya akan jauh menjadi lebih tidak beraturan dan bukan tidak mungkin jika akan ada banyak hal yang tidak diinginkan terjadi dan kamu alami. Semangat buat semua yang sedang bekerja, berjuang, atau bahkan tengah berusaha untuk bangkit.

"Mba Vitta," panggil seseorang saat Peyvitta tengah melangkahkan kakinya dan hendak kembali ke ruangan di mana dia biasanya bekerja.

"Iya?" Dengan santai Peyvitta menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik badan.

"Kata Pak Andi, Mba disuruh melayani klien yang akan datang siang ini." Orang itu ternyata hanya menyampaikan hal yang sudah diberitahukan kepada dirinya.

Alis Peyvitta berkerut sebab ada kata yang dia rasa cukup rancu dipendengarannya. "Melayani?" Peyvitta kebingungan mendengar kata tersebut.

Memang hal itu yang semula sudah dia dengar dari orang yang merupakan atasannya, sehingga orang tersebut menganggukkan kepalanya. "Iya Mba, katanya sambut beliau dan temani beliau sampai pada akhir beliau selesai dengan urusannya di perusahaan ini."

"Mohon maaf Mba, sebelumnya." Sampai saat ini Peyvitta masih berada merasa kurang paham dengan hal tersebut, tapi Peyvitta seolah kesulitan untuk mengutarakan rasa yang sedang ada dalam hatinya.

"Iya?" jawab orang tersebut dengan begitu santai.

"Kenapa saya yang harus melakukan itu semua? Itu bukan tanggung jawab saya, saya hanya mengurusi data keuangan." Peyvitta bertanya dengan cukup sopan, terlebih orang tersebut pada dasarnya mempunyai jabatan di atasnya.

Apa yang sudah orang itu beritahukan pada Peyvitta mengenai apa yang harus Peyvitta lakukan saat nanti dirinya sudah menemui klient, hal tersebut dirasa berbeda dengan tugas dia yang seharusnya.

"Sebelumnya saya tidak tahu akan hal itu, saya datang menemui Mba hanya untuk menyampaikan apa yang sudah Pak Andi katakan kepada saya. Selebihnya saya tidak tahu," beber orang tersebut.

Memang sebelumnya juga dia merasa heran saat mengetahui hal ini, tapi dia tidak ingin mempertanyakan hal ini, terlebih bukan dirinya yang disuruh untuk melakukan hal tersebut.

Dirinya hanya akan menyampaikannya kepada orang yang dimaksud ttanpa bertanya jauh lebih dalam lagi akan apa yang nantinya harus dilakukan, karena ini bukan ditujukan untuknya.

"Hm, ya sudahlah. Saya pasrah, makasih ya."

Peyvitta sudah tidak bisa berbuat apa pun sekarang, karena tidak mungkin Peyvitta terus-terusan bertanya pada orang yang tidak tahu apa pun tentang hal yang dirinya pertanyakan.

"Sama-sama Mba. Saya permisi," pamit orang tersebut. Memang dia memiliki jabatan di atas Peyvitta, tapi kesopanannya masih tetap dijaga.

"Iya, silakan."

Semoga gue tidak dihadapkan dengan klien yang menyebalkan.

Hanya ini harapan yang Peyvitta miliki. Peyvitta kemudian mengurungkan niatnya untuk kembali ke ruangannya.

Sekarang Peyvitta akan menemui klient yang entah dari mana dia berasal dan entah siapa orangnya.

*****

Saat Peyvitta masuk ke Ruangan ini, Peyvitta begitu terdiam saat melihat laki-laki yang sekarang tengah duduk dengan santai.

Sama sekali Peyvitta tidak pernah mempunyai pemikiran kalau ternyata klient yang harus dia temani adalah orang tersebut.

"Pak Bima?" Peyvitta berucap sambil memperhatikan Bima dengan tatapan yang tidak percaya.

Orang yang semula sedang berhadapan dengan Bima melirik ke arah di mana Peyvitta sekarang tengah berdiri sambil terdiam kebingungan.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Pak Andi yang kemudian menatap Peyvitta dan juga Bima bergantian.

"Tidak, tapi mungkin dia sudah kenal saya." Dengan entengnya Bima berucap seperti ini.

Percayalah kalimat yang baru saja Bima ucapkan cukup membuat Peyvitta merasakan yang namanya kesal, rasanya sekarang dia ingin protes pada Bima mengenai kalimat yang baru saja dia keluarkan, tapi tidak mungkin.

Peyvitta harus bisa menjaga amarahnya sekarang, terlebih Bima berstatus sebagai klient-nya. Peyvitta hanya bisa menunjukkan sisi pekerjanya yang tidak menycampurkan masalah dan juga perasaan pribadi ke dalam pekerjaannya.

"Oh, baik kalau seperti itu."

Bima menganggukkan kepalanya dengan ringan, memang di waktu sekarang Bima tidak ingin mengakui kalau dirinya mengenali Peyvitta.

Biarkan dirinya dan juga Peyvitta yang tahu kalau sebenarnya mereka berdua itu saling mengenal, orang lain biarkan saja.

"Nanti kamu urus semua keperluan Pak Bima dan penuhi apa yang dia inginkan," jelas singkat Pak Andi pada Peyvitta.

"Baik Pak," jawab Peyvitta yang memang sudah mengerti dengan apa yang harus dia lakukan sekarang.

Ternyata doa gue tidak terkabul, malah apa yang tidak gue inginkan menjadi kenyataan.

Di mata Peyvitta, Bima itu termasuk ke dalam orang yang menyebalkan. Semula Peyvitta berharap kalau dia tidak dipertemukan dengan klient yang menyebalkan, tapi sekarang dia malah dihadapkan dengan Bima, maka sama saja dengan tidak terkabulnya harapan yang dia panjatkan.