"Ini gimana ceritanya sih?" ujar Dara. "Bara sama Freya, Lo sama Tasya. Tapi, Bara sama Tasya tunangan? Apa maksudnya coba?" lanjutnya mulai geram.
Aksa yang masih terlihat marah pun langsung melemparkan botol yang masih berisi air. "AARRGH ANJENG, PENGEN NGOMONG KASAR GUE." teriak Aksa.
"Lo udah ngomong." celetuk Ezra
Dara yang berdiri di samping Aksa pun menepuk bahunya. "Sabar mas sabar." katanya.
Aksa berdiri dan mengambil botol yang tadi sempat di lemparnya lantas meminumnya hingga tandas, kemudian ia berdehem kecil sebelum "ANJING, MONYET, BABI." teriaknya. "Itu nama-nama hewan." lanjutnya seraya bersenandung kecil.
"Bucin sih! Jadi gila tuh." ujar Ameera. "Untung Sasa udah pulang. Jadi nggak liat kakaknya yang kayak orang gila." lanjutnya.
Dara menghampiri Nosi yang baru saja datang dari dalam rumahnya dengan membawa nampan yang berisi cemilan dan kedua tangan yang mengapit aqua besar terlihat kesusahan pun membantunya.
"Ngapain repot-repot sih." kata Dara langsung mengambil aqua yang berada di kedua ketiak Nosi.
Nosi hanya cengengesan tidak jelas. "Merinding gue, Ra." katanya. "Lo kan emang biasanya ngerepotin." guraunya.
Dara mencebikan bibirnya. "Ngalus dikit kan nggak papa." katanya.
Nosi terkekeh pelan kemudian meletakan nampan di dekat Ameera yang tengah berbaring seraya memainkan ponselnya di pos ronda.
Ya, setelah mereka berkeliling dari mall mereka memilih untuk berkumpul di pos ronda.
"Gue rasa sih mereka di jodohin." ucap Nosi
"Udah kek Zaman Siti Nurbaya aja pake jodoh-jodohan." ujar Dara yang sudah memakan cemilan. "Tapi orang kaya emang gitu sih, Suka mentingin harta daripada Anak mereka."
Ezra mengepalkan tangannya. "Sialan!"
Ameera langsung mendudukan dirinya dan meminum air yang berada di botolnya langsung. "Ngegas amat lo, Za." celetuknya.
"Lo semua yakin mau ngasih tau Freya?" tanya Nosi.
Dara mengangguk kemudian langsung menggeleng. "Nggak tega gue." lirihnya.
"Jangan dulu." ujar Aksa. "Biar dia sendiri yang jelasin." ucapnya berapi-api.
****
"Bu Barnel tuh punya berapa vita suara sih? Nggak ada capek-capeknya ngomoooong mulu!" celetuk Dara.
"Gini nih yang bikin gue males kalau upacara pembinanya dia." sahut Ameera. "Udah kek jalan tol panjaaaaang banget." lanjutnya.
Freya mengangguk. "Iya, padahal ngomongnya sama aja kayak yang lain. Tentang kebersihan, kedisiplinan, ketertiban." ujarnya seraya menggelengkan kepala.
"Aksa masih belum selesai?" tanya Ezra yang baru saja datang dari Kantin seraya menyerahkan air mineral kepada ke empatnya yang sedang duduk di pinggir lapangan. Tepatnya di bawah pohon dengan lapisan semen yang melingkari pohonnya.
"Thanks, Za." ucap Nosi yang dibalas hanya deheman oleh Ezra.
"AKSA?" teriak Ameera.
Aksa yang sedang berdiri di tengah lapangan pun menoleh, lantas ia mengumpat kecil. Bagaimana tidak ia sedang di hukum karena tidak memakai dasi dan kaos kaki abu-abu. Mereka malah enak-enakan meminum air dingin lantas meng-iming-imingkan kepadanya. Jelas saja ia tergiur oleh air dingin itu, apalagi matahari sedang terik-teriknya.
Mereka tertawa melihat Aksa yang hanya merespon dengan mengangkat jari tengahnya saja.
Dara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Aksa, yang lain dengan sigap hormat. Sedangkan Aksa ia malah menggendongkan tangannya di belakang punggung kemudian kakinya berdiri dengan gaya sok cool.
"Temen lo tuh." celetuk Dara dan hanya di jawab dengan gelengan oleh mereka.
****
"Aku kan bertahan meski takkan mungkin menerjang kisahnya walau perih, walau perih."
"Frey di cariin noh sama temen-temen lo." teriak Oval yang berada di ambang pintu entah darimana.
Freya meletakan gitarnya ke tempat semula. "Dimana?" tanyanya.
"Parkiran."
"Kemana Frey?" Tanya Iqbal saat melihat Freya hendak keluar.
"Pulanglah."
Leo mendelik mendengar jawaban Freya. "Enteng banget lo ngomong."
"Kita latihan satu kali lagi Frey, tapi kita nunggu kak Putra dulu." ujar Satria yang muncul dibelakng Oval.
Bahu Freya melemah seketika. "Alaaah." keluhnya.
"Kenapa?"
Seketika Freya meoleh saat mendengar suara berat yang tidak asing di telinganya. Ketika tau siapa yang berada di sampingnya Freya hanya menggeleng.
"Pengen pulang tuh, kak." celetuk Leo.
Freya mendelik. "Apasih! Nggak!" ucapnya tak terima.
"Terus itu bawa-bawa tas mau apa?" goda Oval.
Freya yang geram pun melempar tasnya ke arah mereka yang tengah duduk. "Iya, nggak. Noh, nggak!" geramnya.
Mereka semua tertawa melihat tingkah Freya yang merajuk sehingga membuat hiburan tersendiri bagi mereka.
"Gimana sih? Katanya mau jadi musisi yang terkenal masa baru latihan sebentar udah pengen pulang." godanya seraya terkekeh.
"Tau tuh, Kak. Bilangnya pengen band kita bisa internasional, tapi latihan aja males-malesan." timpal Iqbal.
"Ck, bodoamat." kesalnya. "Kak Putra, Frey keluar sebentar ya."
Putra mengangguk. "Iya," mendengar jawaban Putra, Freya pun langsung berlari keluar rungan.
"Oke, Ayo kalian latihan dulu."
"Siap, Kak."
****
"DOORRRR"
"Apasih Frey, nggak kaget juga." ujar Dara.
"Ck, pura-pura kaget kan bisa."
"Ehh, orok. Darimana sih lo? Ditungguin juga." tanya Aksa.
Freya menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Latihan."
Ameera yang tengah duduk di motor Dara pun menyipitkan matanya saat melihat sesuatu. "Wait, wait." katanya. Kemudian menghampiri Freya yang berdiri disamping Nosi. "Sejak kapan lo pake kalung?" tanyanya seraya memegang kalung.
"Oh, ini." jawabnya. "Baru semalem dikasih. Jadi pagi ini gue pake deh."
"Sama?" tanya Dara. "Setau gue tante Emis tau deh kalo lo nggak suka pake barang-barang begituan, apalagi kalung, lo kan suka gatel-gatel."
Dara memang tau kalau Freya tidak suka memakai assesoris berlebihan, pernah dulu tante Emis memberikan kalung sebagai hadiah ulang tahunnya, namun pagi-paginya leher Freya sudah memerah karena gatal.
"Kak, Bara."
Mereka terkejut saat Freya mengatakan nama Bara. "Kok bisa?" tanya Nosi.
Freya mengangguk. "Kemarin katanya abis nganterin mamahnya kak Bara belanja, terus dia beliin ini deh."
Mereka saling bertukar pandang, mereka bingung harus bagaimana. Jelas-jelas mereka tau kalo Bara tidak hanya pergi dengan mamahnya saja. kemudian mereka menghela napas kasar.
Bisa-bisanya lo bohong! geram Ezra dalam hati.
"Jadi? semalem Bara ke rumah lo gitu?" tanya Aksa dan Freya mengangguk.
"Copot, Frey." ujar Dara.
"Ish kenapa sih? orang Freya mau pake juga. Kan menghargai yang udah ngasih. " ketusnya.
"Pikir dulu sebelum bertindak!" celetuk Ezra. "Kalo emang lo nggak kenapa-kenapa pake kalung itu? Lo bebas mau pake sampe kapan pun." tambahnya.
Kepala Ameera menunduk melihat leher Freya. "Noh lihat udah merah-merah kan?."
Freya mencebikan bibirnya. "Iya, Iya." ucapnya seraya melepaskan kalungnya. "Udah, nih udah. Nggak pake lagi." kesalnya sambil memasukan ke kantong baju seragamnya.
"Seharusnya lo bilang kalo lo nggak bisa pake kalung, Bara juga pasti ngerti kali. Gitu aja repot." sahut Aksa. "Jangan nyusahin diri sendiri, di simpen kan bisa kalo nggak di pake." nasehatnya.
"Yaudah, maaf." katanya. "Udah ahh, Frey masih latihan nih. Kalo kalian mau pulang, pulang aja dulu."
"Terus pulang sama siapa lo?" tanya Ameera.
"Ojek banyak."
"Ntar bareng gue aja, gue latihan Paskibra soalnya." ujar Dara. "Tapi gue pulang dulu ya, Frey." Freya hanya mengangguk sebagau jawaban
"Yaudah, kalo gitu hati-hati." ucap Ezra kepada Freya.
Freya menepis tangan Ezra yang berada dikepalanya. "Seharusnya Freya yang bilang gitu." ucapnya.
"Kita duluan, Frey." Teriak Dara yang memboncengi Nosi dan di ikuti motor Ezra di belakangnya.
Freya menoleh saat klakson mobil Ameera berbunyi sebagai tanda pamitan. Freya langsung melambaikan tangannya. "Hati-Hati." teriaknya.
Tak lama mobil Aksa menyusul di belakang mobil Ameera dengan kaca mobil terbuka. Freya bergidik jijik saat melihat Aksa melakukan kiss jauh kepadanya. "Dasar playboy cap kadal." cibirnya, kemudian berlalu memasuki koridor yang menuju ruang musik.
•••••
A/N :
Cuma mau ngingetin sama judulnya aja, jangan salfok itu BIMBANG YAH BUKAN BAMBANG. Wkwk
Salam sayang,
Sriwulandarii8