webnovel

To Be Young and Broke

Teresa seorang gadis berusia 18 tahun berusaha membalaskan dendamnya pada seseorang yang amat menyayangi dirinya, ayahnya. Tetapi jalannya tidak mulus, diantara dendam dan ayahnya, Teresa dihadapi oleh seorang teman, sahabat dan mungkin cinta pertamanya, di sisi lain kehidupan bersama Bintang seorang duda berusia 17 tahun lebih tua dari dirinya dengan kondisi sekarat menjanjikan pembalasan dendam yang lebih mudah dan cepat untuk dipilihnya. Apa yang akan terjadi diantara mereka? Pertarungan antara cinta dan dendam, masa muda dan kematangan, kemapanan dan kehancuran.

StrawMarsm · 若者
レビュー数が足りません
26 Chs

5| To Be Young and Broke

Evan menenggak slokinya untuk yang kesekian kalinya, penampilannya acak-acakan dengan mata merah dan tatapan nanar yang sembarang terlempar menatap deretan minuman keras di hadapannya. Fikirannya mengambang, ia bahkan tidak dapat melihat botol-botol itu dengan jelas, pandangannya berbayang

"Mas"

Samar-samar suara itu menggema di telinga Evan, fikirannya melayang kepada belasan tahun silam. Suara wanita yang dahulu amat dicintainya, kini berubah menjadi duri dalam hatinya jika kembali ia ingat. Erika, ibu kandung Teresa dan Kaisar, wanita yang pernah terfikir sebagai satu-satunya dalam hidup Evan, namun wanita itu juga yang menjadi batu dalam hidupnya untuk tahun-tahun selanjutnya bahkan setelah kematian wanita itu

Bayangan tentang malam kecelakaan yang nahas itu kembali terbentuk di dalam kepala Evan, Malam itu hujan, Evan baru saja tiba di rumahnya setelah kembali dari perjalanan bisnis tanpa memberi tahu terlebih dahulu kepulangannya yang lebih awal dari yang sebelumnya ia beritahukan pada wanita itu. Ada mobil asing di halaman rumahnya dan pintu yang tidak dikunci, dan selanjutnya Evan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri istrinya sedang berselingkuh di rumahnya sendiri, di tempat yang menjadi kekuasaannya, dengan wanitanya, yang berkhianat.

Adegan selanjutnya adalah emosi membara dan pertengkaran yang tidak terelakan. Evan menghajar lelaki asing itu dan bukan tanpa perlawanan, Erika membela lelaki itu dan saat itu Evan tau, ini semua telah berakhir, pernikahannya telah berakhir, janji sucinya dikhianati, dirinya dikhianati

Evan membangunkan kedua anaknya, hartanya yang paling berharga. hanya kedua anaknya yang ia ingat, tidak ada yang lain. Evan sudah tidak perduli dengan segala aset atau pekerjaannya, Erika dapat memiliki semuanya, tapi tidak dengan kedua anaknya

"JANGAN AMBIL ANAKKU" Raungan itu adalah suara Erika yang terakhir yang Evan dengar sebelum Erika meninggal pada malam yang sama akibat kecelakaan, mobil Erika memasuki jurang bersama kekasih gelapnya mereka mati bersama dalam kecelakaan itu, kecelakaan konyol dalam rangka mengejarnya, mengejar kedua anaknya

Erika, wanita itu begitu serakah, ia tidak ingin kehilangan apapun tapi tidak bisa mempertahankan apapun yang ia miliki, keserakahan wanita itu menghancurkan semuanya, semua yang Evan punya. Perasaan, Karir bahkan hubungannya dengan kedua anak-anaknya dan kesehatan mental kedua anaknya

Malam itu, mengubah semuanya, mengubah jalan hidup Evan. Teresa, Teresa putri kecilnya, Evan sudah tidak mengenalinya lagi, semua orang dalam keluarganya berubah dan mendadak menjadi asing. Teresa yang dulu adalah seorang gadis manis yang amat penurut dan Teresa sekarang adalah Teresa yang pendendam dan sangat membenci ayahnya. Sementara Kaisar, anak itu adalah anak yang berjiwa besar, pandai dan baik hati, Kaisar lebih mampu menerima kenyataan dibanding Teresa, tapi bukan berarti tidak ada luka dalam jiwa anak itu, Kaisar memilih untuk tidak banyak bersentuhan dengan masa lalunya lagi, anak itu mencoba untuk menghindari keluarganya sendiri, anak itu lebih memilih untuk sendirian.

Evan mencoba mengisi kembali slokinya yang kosong sebelum seseorang mengambil alih botol minuman itu

"Mas" Tukas Talita

Evan memaksakan sebuah senyum mabuk pada istrinya itu "Sayang" Tukasnya

"Mas, jangan minum lagi, kamu bisa bicara sama aku tentang masalah kamu mas" Tukas Talita merengkuh Evan dalam dekapannya

Seketika, semua wibawa pada Evan, tatapan mata mengancam, wajah keras dan keangkuhan hatinya luluh lantah. Evan menangis dan memeluk pinggang Talita "Aku sudah tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan Tal, keluargaku hancur berantakan" Tukas Evan disela tangisnya

Pelukan Talita makin Erat pada Evan dan sebelah tangannya mengelus punggung suaminya itu menenangkan "Mas, Keluarga kamu tidak hancur mas, ada aku, Hani, Teresa dan Kaisar mas, mas hanya harus menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Teresa dan Kaisar" "Mas, mungkin sudah sebaiknya dan sudah waktunya kamu ceritakan yang sejujurnya pada Teresa dan Kaisar mas, mungkin sudah saatnya mereka mengetahui segalanya"

Evan melepaskan pelukan Talita "Aku gak bisa Tal, Teresa dan Kaisar butuh seseorang untuk disalahkan, dan aku sudah di posisi itu sejak bertahun-tahun yang lalu, jika mereka tau satu-satunya yang berkhianat adalah ibu mereka, aku gak tau apalagi kesedihan dan badai kejiwaan yang akan mereka hadapi dan tanggung Tal" Evan terlihat kehilangan arah, tatapannya nanar

Talita menyandarkan kepalanya pada puncak kepala Evan "Mas, mungkin aku harusnya mengatakan ini dari awal mas, bagaimanapun kejujuran kamu adalah yang mereka butuhkan, jika kamu lebih lama lagi merahasiakan ini, kelak jika suatu saat Kaisar dan Teresa tau fakta yang sebenarnya dari orang lain dan waktu yang lebih lama lagi, mungkin perasaan anak-anak itu akan lebih terhianati berkali-kali mas" Talita menghembuskan nafas pasrah "Aku tau, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakan ini mas, tapi aku sudah ga tau lagi kapan waktu yang tepat itu. Mas, satu-satunya yang menyiksa kamu, Teresa dan Kaisar adalah pengorbanan kamu sendiri mas, pengorbanan kamu sebagai kambing hitam untuk disalahkan oleh Teresa dan Kaisar" Talita mengusap kepala suaminya dan mencium keningnya "Mas, tolong sekali ini kamu dengerin kata-kata aku, tolong sekali ini bener-bener anggap aku istri kamu" kemudian meninggalkan suaminya kembali menyendiri dalam ruang kerjanya, meninggalkan Evan dengan sloki kosong dan botol-botol minuman keras

Di sisi lain, Bintang bersandar pada tempat duduk di ruang kerja kantornya. Evan telah memberinya kabar dan hampir setiap hari bertanya padanya apakah Teresa berkunjung ke tempatnya atau tidak, semejak kepergian gadis itu berhari-hari yang lalu, Teresa tidak lagi berkunjung ke rumah sakit atau memberinya kabar, gadis itu seolah-olah pergi saja dengan semaunya.

Sama seperti Evan, Bintang juga mulai gelisah memikirkan keberadaan Teresa, gadis itu sudah seminggu tidak pulang ke rumahnya, tidak ke sekolah dan tidak punya ponsel untuk dihubungi, Bintang mulai meruntuki dirinya, mungkin begini rasanya menua, ia menjadi khawatir pada banyak hal termasuk Teresa yang sudah dianggap sebagai keponakannya sendiri. Di tengah lamunannya ponsel Bintang berdering

"Halo" Tukasnya

"Bin, kamu ada dimana? Di rumah sakit?" "Mas mau ketemu sama kamu bisa?" "Mas mau bicara tentang Teresa" Tukas suara di seberang sambungan sana

Dengan segera Bintang bergegas meninggalkan ruangan kantornya untuk secepatnya menuju rumah sakit, Bintang mengendarai mobilnya sambil mengirin sebuah voice mail kepada Evan jika iya berada di rumah sakit dan Evan bisa menemuinya di sana, entah mengapa, topic tentang Teresa sedang sangat menarik untuk Bintang akhir-akhir ini, terutama saat gadis itu hilang begitu saja, menimbulkan rasa cemas, gusar dan kesal pada Bintang yang ingin segera menemukan Teresa selayaknya seorang paman pada keponakan

Bintang memacu mobilnya secepat-cepatnya sambil sesekali menelakson kendaraan yang menghalangi jalannya, rahasianya tidak boleh terungkap, dirinya harus dianggap sebagai orang sakit yang sekarat, tidak ada boleh yang tau segala kendali bisnis masih ada di tangannya, tidak oleh ayahnya dan tidak juga oleh Evan

Dengan setengah berlari Bintang memasuki ruang rawatnya, ia menekan terburu bel untuk memanggil suster seraya melepaskan setelan kerjanya dan melemparkan sembarang pakaiannya itu ke dalam kabinet yang ada di kamar itu dan menggantinya secepat kilat dengan baju rawat inap rumah sakit

Bintang mengambil posisinya di ranjang sambil menetralkan nafasnya dan seorang suster datang, wanita paruh baya itu tersenyum bengis pada Bintang dan Bintang sama sekali tidak menghiraukannya. Perawat paruh baya itu sudah tau apa yang dikehendaki Bintang, yaitu memasang kembali infusnya. Rangga, asisten Bintang yang kerap mondar-mandir rumah sakit ini telah mengatur semuanya untuk Bintang, perawat pribadi yang melepas dan memasang inus Bintag sesuka hati Bintang, bahkan cctv yang sudah diatur sedemikian rupa di lorong telah dimanipulasi oleh Rangga sehingga Bintang dapat dengan leluasa keluar masuk kamar rawatnya tanpa campur tangan dan komentar orang-orang yang tidak dikehendaki olehnya

Suster itu memasang infus dengan kasar, Bintang mengernyit dan melotot kepada wanita setengah baya itu dan hanya diabaikan oleh sang suster. Setelah selesai dengan pekerjaannya, suster itu melenggang keluar bahkan tanpa menghiraukan Bintang

Bintang mendengus mengiringi kepergiaan perawat itu, Bintang memejamkan matanya untuk beberapa saat hingga ia mendengar suara ketukan pada pintu ruang rawatnya yang tidak tertutup sempurna. Evan muncul dari balik pintu itu

Penampilan pria itu berantakan, ia hanya menggunakan kemeja dengan hampir setengah kancinganya tanggal, rambutnya acak-acakan dan seketika aroma alkohol menguar dari tubuhEvan saat pria itu memasuki ruangan. Evan melangkah dengan sedikit terseret menuju ranjang Bintang, pria itu memaksakan sebuah senyum saat pandangannnya bertemu dengan Bintang

Evan duduk di kursi di sisi kanan ranjang Bintang "Gimana keadaan kamu Bin" Tukas Evan dengan wajah telernya

Bintang menyeringai sambil membuang tatapannya ke depan "Beginilah mas, sekarat" Sautnya

Evan terkekeh, lalu ia meringis "Sama mas juga" Tukas Evan tiba-tiba

Bintang mengalihkan padangannya pada Evan yang sedang tertunduk, dalam benak Bintang ia seperti mengetahui apa yang sedang terjadi, namun ia memilih diam

"Maaf ya Bin, mas ganggu kamu malem-malem gini" Tukas Evan masih tetap dengan pandangan telernya yang tertunduk

"Gapapa kok mas, saya juga belum istirahat" Saut Bintang "Ada apa mas mau ketemu saya?"

Seketika Evan melemparkan pandang pada Bintang "Menyangkut Teresa"

Kemudian mereka berdua diam untuk beberapa saat

"Mungkin kamu sudah tau jika Teresa benar-benar benci sama mas" Sambung Evan

Bintang diam mendengarkan

"Mungkin kamu juga selama ini bertanya-tanya kenapa Teresa sangat ingin menikah dengan kamu dengan segera"

Bintang mengalihkan pandangannya pada Evan, ia sangat penasaran dengan alasan mengapa Teresa sangat ingin menikah dengan dirinya

"Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan uang, jika kamu fikir Teresa mau menikah dengan kamu hanya karena uang, mas jamin bukan karena itu, Teresa sangat tidak perduli dengan uang, ia membuang semua yang mas berikan berkaitan dengan materi di luar uang jajannya" Tukas Evan membuang pandangannya kepada gorden yang tertutup "Teresa mau bales dendam ke mas" Kemudian Evan menunduk dalam "Ini rahasia terdalam keluarga mas, Mas Adam tau tapi kamu tidak" Evan menghembuskan nafas dalam, matanya berair "Mengenai rumah tangga mas yang hancur 13 tahun lalu, itu bukan karena pertengkaran karena mas tidak cocok dengan mantan istri mas, bukan juga karena mas punya wanita lain, bukan karena Talita. Tapi saat itu, mas mengetahui kalau mantan istri mas selingkuh, semuanya berakhir saat itu, hanya saja, yang Teresa dan Kaisar tau, mas lah yang merebut mereka dari ibu mereka dan mungkin saja setelah mas menikah lagi dengan Talita, Teresa berfikir bahwa mas lah yang selingkuh dan menyebabkan ibu mereka meninggal. Mereka menyalahkan mas untuk seluruh rangkaian cerita yang tidak enak untuk mereka kenang itu. Bertahun-tahun mas hidup seperti itu, dibenci anak-anak mas sendiri, tapi mas juga tidak ingin meluruskan cerita yang sebenarnya, mas tidak ingin anak-anak mas membenci ibunya sendiri"

Bintang diam mendengarkan semua rangkaian cerita yang selama ini disimpan rapat oleh Evan yang bahkan Teresa tidak ketahui

Evan mendongakan kepalanya "Kamu punya minuman ga?" Tanya Evan keluar dari topik pembicaraan "Mas butuh alkohol untuk mengalihkan perasaan mas untuk ini" Evan terkekeh sebentar mentertawai pertanyaannya sendiri "Mana ada kamu gituan di rumah sakit"

Bintang menyeringai ragu untuk sesaat "Mas, alkohol gak nyelesain masalah" Tukas Bintang akhirnya

Evan menyeringai meremehkan "Susu juga gak membantu masalah mas, Tang"

Bintang menghembuskan nafas dan menekan bel di atas nakas di samping ranjangnya, tidak lama seorang suster paruh baya yang sama dengan sebelumnya muncul untuk memasang kembali infusnya "Sus tolong secangkir teh hangat ya" Kemudian suster itu pergi dan hening untuk beberapa saat hingga suster itu kembali dengan sebuah baki berisi secangkir teh

Bintang menyodorkan cangkit itu pada Evan

Evan menyeringai tapi tetap mengambil cangkir itu dan menyesapnya rakus tidak perduli betapa panas air yang ada di dalam cangkir itu

Wajah Evan semakin memerah "Semenjak itu, anak-anak mas Teresa dan Kaisar mengalami guncangan yang sangat berat, Kaisar tidak ingin membuka dirinya untuk keluarganya sendiri, dan Teresa sangat membeci mas, Teresa akan melakukan apa saja yang membuat mas kecewa, bahkan menerima tawaran perjodohan dari Mas Arahap" Evan menyandarkan tubuhnya pada kursi dan mengusap wajahnya putus asa "Awalnya, mas tidak setuju dengan perjodohan itu, mas ingin Teresa terlebih dahulu mengejar semua mimpi-mimpinya dan menikmati masa mudanya dibanding harus berumah tangga" "Mas juga takut jika kamu hadir di hidup Teresa hanya untuk sementara karena masalah kesehatan kamu dan komitmen kamu untuk sembuh"

Evan memejamkan matanya seraya menerawang "Mas menyetujui perjodohan ini karena hutang budi mas dengan ayah kamu, juga mas mengira Teresa akan mengingkari perjodohan ini, karena Teresa selalu bertentangan dengan mas. Tapi, Teresa mendengar percakapan mas dengan Talita sewaktu membahas tentang perjodohan kalian, Teresa pulang sekolah lebih awal dan menguping percakapan kami, saat itu mas tidak menyadari kepulangan Teresa, mas baru mengetahuinya saat mengecek cctv sewaktu Teresa tidak pulang ke rumah dan setelah itu mas baru dapat kabar kalau Teresa menemani kamu di sini"

Bintang merebahkan kepalanya menatap langit-langit "Jadi mas tidak setuju dengan perjodohan ini"

Evan terkekeh sambil meringis "Awalnya mas tidak setuju dengan pernikahan kalian. Tapi sekarang mas mohon sama kamu tolong jangan lepaskan Teresa, tolong kamu jaga dia"

Bintang memejamkan matanya "Tapi mas juga tau kan kalau saya ini sekarat"

Evan membuka mataya, tatapan tajamnya langsung menghujam kepada Bintang "Kamu yang sengaja ingin bunuh diri. Kamu sengaja membuat dirimu sekarat. Kamu kabur-kaburan dari rumah sakit dan menolak pengobatan" Suara Evan meninggi seketika dan ia berusaha untuk menahan emosinya, Evan berdiri dan kemudian berlutut di sisi kanan ranjang Bintang "Mas mohon Bintang, jiwa kamu dan Teresa sama-sama terluka dan sakit karena kenangan yang tidak seharusnya kalian ingat atau bahkan kalian alami, mas sangat menyesal kalian harus mengalami itu, mas juga tidak bisa memutar waktu untuk menyelamatkan kalian dari segala hal yang telah terjadi di masa lampau. Mas yakin kalian bisa menjadi obat bagi satu sama lain. Mas mohon Bintang" "Mas gak mau Teresa kabur dan kawin lari dengan Roy, dia bukan lelaki baik-baik Bin" Mata Evan memerah, air mata tergenang di sana

Bintang berusaha membujuk Evan untuk bangkit berdiri, dengan terpaksa Evan berdiri dan kembali duduk di kursinya, fikiran Bintang langsung menerawang pada bocah tengik bertampang bengal yang saat itu begitu saja membawa kabur Teresa dengan motor dan menatapnya dengan pandangan menantang, bocah tengik itu bernama Roy "Siapa Roy itu mas?" Tanya Bintang amat penasaran dan kesal saat nama itu disebutkan

Evan membuang pandangnnya yang kosong pada gorden yang tertutup lagi "Roy itu teman sekolah Teresa, dia satu tingkat di atas Teresa, sedari kecil ia dibesarkan di panti asuhan kemudian diadopsi oleh keluarga pecandu narkoba, keluarganya berantakan dan mereka semua pada akhirnya berakhir dijalanan, bocah itu dijual oleh ibu angkatnya untuk bekerja dijalan, bocah itu hampir besar dijalanan"

bintang diam sejenak, ia merasa sedih "Gak ada yang salah dari itu mas, dia masih lebih baik dari pada saya yang sekarat ini" Tukas Bintang yang dibalas tatapan tajam dari Evan

"Dia pengedar narkoba Bintang, dia bertahan hidup dari itu!" "Mas tidak mau Teresa terjerumus, semuanya ini salah Bintang" Tukas Evan dengan nada suara meninggi "Kamu gak sekarat. Kamu masih bisa sembuh, peluang kamu untuk sembuh itu besar, kamu yang mencoba untuk bunuh diri!"

Bintang tertegun untuk beberapa saat "Bagaimana mas dapat menyimpulkan seperti itu?" Tanya Bintang dengan nada datar

Evan menyeringai "Kamu sengaja kabur-kaburan dari rumah sakit, tidak menerima perawatan, makan sesuka kamu, kamu bahkan masih punya liquor di laci nakas kamu" "Mas tau semuanya Bintang"

Evan menghembuskan nafas dan kembali menunduk "Mas minta maaf sebelumnya, mas gak berniat untuk memata-matai kamu, mas awalnya menaruh curiga saat lelang tender beberapa bulan lalu, Rangga tidak mungkin membuat proposal seperti yang saat itu ia ajukan, isi dari proposal itu lebih menggambarkan kamu, dan beberapa kali mas tanpa sengaja melihat kamu berada di kantor di saat yang seharusnya kamu menjalani pengobatan dan terapi kamu"

Evan kembali menyesap teh di dalam cangkirnya, ia terkekeh "Baru kali ini, dalam situasi kayak gini, mas malah dikasih teh"

Lalu sorot mata Evan berubah kembali menjadi lebih serius "Mas minta dengan sangat Tang, ini permintaan pertama dan terakhir mas ke kamu" "Tolong kamu jangan lepaskan Teresa"

Begitu saja kemudian Evan pergi meninggalkan ruangan Bintang

To Be Continue 13-08-20

Creation is hard, cheer me up!

I wish u guys the best of life XOXO

StrawMarsmcreators' thoughts