webnovel

To Be Young and Broke

Teresa seorang gadis berusia 18 tahun berusaha membalaskan dendamnya pada seseorang yang amat menyayangi dirinya, ayahnya. Tetapi jalannya tidak mulus, diantara dendam dan ayahnya, Teresa dihadapi oleh seorang teman, sahabat dan mungkin cinta pertamanya, di sisi lain kehidupan bersama Bintang seorang duda berusia 17 tahun lebih tua dari dirinya dengan kondisi sekarat menjanjikan pembalasan dendam yang lebih mudah dan cepat untuk dipilihnya. Apa yang akan terjadi diantara mereka? Pertarungan antara cinta dan dendam, masa muda dan kematangan, kemapanan dan kehancuran.

StrawMarsm · 若者
レビュー数が足りません
26 Chs

20| To Be Young and Broke

Suara ngengat sangat mengganggu tidur Teresa, kepalanya berdenyut dan seluruh tubuhnya gatal hingga terasa perih karena nyamuk dan gigitan serangga malam lainnya serta angin yang kian lama berhembus semakin dingin. Gadis itu terbangun setengah sadar dan setengah mati menahan denyutan penger pada kepalanya, gadis itu memegangi kepalanya dengan kedua tangannya kuat-kuat, seluruh tubuhnya terasa tidak karuan dan mual mulai memenuhi perut dan tenggorokannya. Gadis itu menyandarkan tubuhnya sebelum berusaha menahan denyutan di kepalanya dan membuka matanya, pandangannya buram, lampu kuning itu masih bersinar temaram dan langit sudah menggelap sepenuhnyam, tidak ada bulan dan bintang, hanya ngengat dan dinginnya malam, gadis itu meraih dompet pestanya dan mendapati Jordan yang juga tertidur di sampingnya, ingatannya mulai memutar segala peristiwa beberapa jam yang lalu yang mereka lalui dengan berbagai macam pembicarann melantur dan minuman

Gadis itu menggoyangkan tubuh pria mabuk di sampingnya sambil dirinya sendiri menahan pengar kepalanya, lelaki itu sama sekali tidak bergeming dan dengkuran halus mulai terdengar dari pria itu, Teresa memejamkan matanya menahan pening yang sudah ada di kepalanya dan pening ketika gadis itu menyadari bahwa ia tidak tau dimana dirinya berada, salain fakta bahwa sampai beberapa menit yang lalu ia tertidur di atas sebuah pick up bersama ketua osis yang sebelumnya merupakan manusia yang paling ia hindari keberadaannya di muka bumi ini, dalam keadaan mereka berdua mabuk, di tengah udara malam dan ngengat-ngengat serta gaun merah yang cukup terbuka

Gadis itu meraih ponselnya yang bergetar sedari tadi, mata gadis itu terpejam sementara ketika menangkap cahaya layar ponselnya yang memekan netranya, nama Bintang tertera pada layar itu

"Hallo" Tukas Teresa dengan serak

"Dimana kamu" Suara itu dalam dan tajam

Teresa memutarkan pandangannya lagi mencari apapun sebagai tanda yang dapat dikenalinya, tapi gadis itu berakhir dengan menggeleng yang tentu saja tidak dapat dilihat oleh Bintang "Di bukit gak tau dimana" Tukasnya sambil lagi-lagi memejamkan matanya menahan pengarnya

Ada eraman di sebrang panggilan telfone itu

Kemudian sengan samar gadis itu mengingat ada sebuah billboard di sebuah jalan besar yang bertuliskan green valey dan sebuah papan pudar pada bangunan gudang tua tadi bertuliskan the brothers, gadis itu terbatuk lalu melanjutkan kalimatnya "Green Valey, the brothers" Kemudian ponselnya ia jatuhkan begitu saja untuk bangkit berdiri dan muntah di samping pick up itu

Gadis itu mengguncang sekali lagi tubuh Jordan dengan keras hingga pria itu merintih tapi tetap tidak membuka matanya, menyerah dengan Jordan, gadis itu kembali mengumpulkan barang-barangnya dan dengan sempoyongan, gadis itu melompat menuruni pick up itu, gadis itu terjatuh namun bantalan tubuh yang cukup tebal dan rasa mabuk yang menjalari tubuhnya membuat gadis itu tidak merasa kesakitan, dengan susah payah ia kembali bangkit dan berjalan memasuki gudang tua itu untuk mememukan jalan keluar

Setelah keluar dari gudang tua itu, Teresa yang linglung akibat mabuk hanya berjalan lurus entah menuju kemana, jalan itu sepi dan kegelapan malam yang hampir subuh itu hanya menarik bagi ngengat dan serangga malam untuk berkeliaran. Beberapa kendaraan melintasinya dan beberapa orang menyorakinya dengan berbagai suara dan berkataan gombal meledek gadis muda, cantik dan mabuk itu yang sama sekali tidak dihiraukan gadis itu, dari kejauhan gadis itu melihat segerombolan orang yang bersiu-siul padanya dan beberapa diantara mereka semakin mendekat ke arah Teresa, gadis itu memutar arah dan hendak kembali menuju gudang tua yang sudah jauh di belakangnya, langkah sempoyongan Teresa bukan tandingan kecepatan setengah berlari sekelompok laki-laki yang bertampang serampangan itu, gadis itu dengan mudah di hadang oleh dua orang diantara mereka di depannya dan dua orang lagi di belakanganya, empat orang lelaki itu mengepungnya, gadis itu menunduk berusaha menutupi kepalanya dengan kedua lengannya, keepat lelaki itu berbicara dan menggodanya, seorang diantaranya malah memegang pinggang Teresa, gadis itu hendak teriak dan memejamkan matanya kuat-kuat hingga suara-suara yang menggodanya berubah menjadi suara teriakan dan pukulan, Teresa memejamkan matanya semakin kuat, sebelum gadis itu memberanikan diri untuk mengintip dari celah kedua lengannya dan melihat apa yang terjadi

Bintang di sana, diantara para pria serampangan itu dengan tampang yang tidak kalah berantakan dari mereka, Bintang melawan pria-pria beringas itu seorang diri, Teresa tidak menyangka pria itu mampu melakukanya, gadis itu menoleh ke belakang dan mendapati lebih banyak lagi pria yang bertampang serampangan itu mendekat ke arah mereka dan di sisi lain Teresa yang meskipun mabuk, menyadari bahwa Bintang sudah mulai kehabisan tenaga berhadapan dengan empat orang lawannya itu, gadis itu tanpa ragu berjalan membelah pertengkaran itu dan menarik Bintang untuk kembali ke mobilnya yang berhenti tidak jauh dari mereka

Lelaki itu menatapnya tajam, wajahnya benar-benar memancarkan amarah yang tertahan, namun Bintang jug amelihat kerumunan orang serampangan itu yang dalam sepuluh langkah lagi akan tepat berada di belakang mobilnya, dan itu bukan sesuatu yang akan berujung baik. Pria itu mulai memanuver mobilnya gila-gilaan sebelum berputar arah dan melaju kencang meninggalkan segerombolan orang bergaya serampangan itu

Teresa menyandarkan tubuhnya pada jok mobil itu, kepalanya semakin pening dan sekarang kakinya sakit karena harus berjalan jauh menggunakan heels konyol itu, Bintang mengendarai mobilnya gila-gilaan dan Teresa sama sekali tidak perduli, lelaki itu memancarkan aura dingin dan kemarahan yang berusaha keras diabaikan oleh Teresa, gadis itu bahkan tidak mau menatap Bintang untuk saat ini

Bintang memarkirkan mobilnya dengan serampangan dan membanting pintunya begitu keras sehingga Teresa terlojak, pria itu kemudian membuka sisi pintu Teresa dan begitu saja menyeret gadis itu untuk keluar. Pukul 5 pagi ketika gadis itu tidak sengaja melihat jam tangan Bintang yang mencengram satu pergelangan tangannya, dilihatnya beberapa orang yang sebelumnya tidak pernah ia lihat keluar dari mobil-mobil yang satu demi satu terparikir asal di dekat mobil Bintang, merek asemua keluar dan hanya diam sambil menundukan kepala dan kedua tangan yang saling menggengagam di depan mereka, Teresa melihat Bu Farida membukakan pintu untuk mereka, tapi perempuan setengah baya itu juga menunduk dan diam saja

Bintang menyeret Teresa ke kamarnya, pria itu tidak menatap gadis itu dan tidak membiarkannya untuk pergi ke kamarnya, pria itu terus mencengkeram pergelangan tangan gadis itu dan menyeretnya hingga ke kamar pria itu lalu menghempaskan gadis itu ke ranjangnya, pria itu melepaskan dasinya yang sudah menggantung tanpa bentuk itu lalu kembali berbalik langsung menapat Teresa dengan raut murka lelaki itu mencium bibir Teresa tanpa ampun,membuat gadis itu meronta dan meringis. Tanpa aba-aba pria itu membalikan tubuh Teresa dan menarik paksa jas coklat yang melekat pada gadis itu, pria itu menyalakana perapian yang tidak jauh dari ranjangnya dan melemparkan jas itu begitu saja ke api yang menyala-nyala itu

Bintang kembali meraih Teresa untuk menciumnya, gadis itu menolak dan mendorong Bintang dengan segala kekuatan yang masih tersisa padanya

"Gue gak sudi dicium sama laki-laki munafik kayak lu" Tukas gadis itu diiringi dengan air mata yang begitu saja mengalir

Bintang kembali menerkam gadis itu, menjambak rambut panjangnya ke belakang hingga gadis itu meringis lagi memegangi kepalanya

"PERGI DARI GUE" Teriak gadis itu lagi "LU BOHONGIN GUE SOAL ROY, LU GAK PERNAH BILANG SAMA GUE TENTANG KONDISINYA! LU TAU OPRASINYA BERMASALAH DAN LU DIEM AJA BANGSAT!" Maki Teresa berontak sekuat tenaga dari Bintang dan melepaskan ciuman lelaki itu

Pria itu menahan kedua tangan Teresa dengan satu tangannya dan mencengkram rahang gadis itu dengan satu tangannya yang lain "Berani kamu bahas laki-laki laknat itu di depan saya!" Desisnya

Lelaki itu kembali mencium Teresa dengan membabi buta tanpa melepaskan cengkraman-cengkramannya

"Saya akan buat kamu mengingat selamanya jika sekali lagi kamu lari dari saya dan mabuk dengan siapapun yang memberikan kamu jasnya" Bisik Bintang pada Teresa dan kemudian begitu saja pria itu merobek gaun Teresa

Gadis itu setengah mati melawan Bintang dengan meronta, gadis itu menggigit lengan Bintang dan seketika ia berlari menuju jendela kamar Bintang yang terbuka dengan gaun yang setengah koyak. Gadis itu berdir diambang jendela besar yang terbuka itu dengan salah satu tangannya berpegangan pada bingkai jendela

"Lu mendekat ke arah gue, gue gak ragu buat loncat" Tukas gadis itu penuh ancaman "Lebih baik gue mati dari pada harus berhubungan sama pembohong kayak lu"

Bintang mengeram di tempat ia berdiri, itu bukan pemandangan yang ingin disaksikan olehnya, Teresa dengan gaun setengah koyaknya berdiri menantangnya di pinggir jendela tanpa memperdulikan gaun yang sebentar lagi tanggal dari tubuhnya, gadis itu seolah tidak memperdulikan apapun bahkan angin yang berhembus dibelakangnya dan mengurai rambutnya sama sekali bukan masalah untuk gadis itu menunjukan tekatnya

Untuk sementara Bintang memejamkan matanya dan menarik nafas panjang "Kamu mati, Roy mati" Tukas pria itu dengan nada tajam tapi matanya masih tetap terpejam

Teresa bergeming di tempatnya, sejenak raut wajah penuh keyakinan gadis itu goyah, memikirkan Roy membuat keberanian yang seolah tak tergoyahkan itu, begitu saja runtuh

Bintang membuka matanya dan sorot tajam begitu saja menghujam pada Teresa "Kamu loncat sekarang dari jendela itu, saya hentikan semua upaya pengobatan si bangsat itu" "Tanpa kamu saya tidak butuh si keparat itu dalam keadaan hidup, bahkan saya tidak peduli dia mati sekalipun" Bintang menantang Teresa, lelaki itu duduk di pinggir ranjangnya menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan pandangannya lurus menatap tajam Teresa

Gadis itu diam balik menatap mata Bintang, pria itu menekannya pada titik terlemahnya, Roy. Teresa sekali lagi melihat sisi lain dari lelaki di hadapannya, lelaki itu seperti sosok lain lagi yang baru dikenalnya. Perlahan gadis itu turun dari jendela besar itu, gadis itu menatap Bintang dengan kesal dan pria itu membalasnya dengan seringai yang saat itu terkesan kejam

"Dasar Setan!" Kutuk Teresa pada manusia di depannya, suaminya

Bintang tidak memudarkan seringai pada wajahnya "Kamu yang membuat saya seperti ini" Tukas lelaki itu masih menatap tajam gadis di hadapannya

Gadis itu berusaha secepat mungkin menggapai pintu keluar dan secepatnya keluar dari kamar Bintang, namun lelaki itu menahanya, begitu saja lelaki itu menghadang Teresa dan meraih kedua lengannya, mencengkramnya dan melepas ikat pinggang yang ia kenakan, pria itu mengikatkan kedua lengan Teresa pada kepala ranjangnya dengan kasar dan keras sehingga kedua pergelangan tangan gadis itu memerah

Teresa meronta dan tentu saja diabaikan oleh Bintang, gadis itu meringis karena saking sakitnya, perkelangan tangannya terasa kebas, namun gadis itu tetap meronta dan sesekali berteriak pada Bintang, lelaki itu mengabaikan Teresa dan mengambil sesuatu pada salah satu kabinet yang ada di ruangan itu, Bintang kembali pada Teresa dengan membawa sebotol minuman yang Teresa tidak ketahui minuman apa itu

Bintang menghantamkan botol minuman itu pada kepala ranjang yang hanya berjarak beberapa centi dari Teresa, gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat karena sepihan kaca dari botol itu dan isinya seolah bertebaran di ranjang itu, Bintang mengangkat botol itu beberapa centi diatas kepalanya dan menuangkan isinya pada mulutnya yang membuka dengan rakus, pria itu kemudian membuang begitu saja botol itu ke lantai yang mengakibatkan bunyi kencang dan lagi-lagi seprihan kaca dan sisa isi botol itu yang seolah berhamburan di sekitar Teresa,

lelaki itu mendekat lagi ke arah Teresa yang menolaknya dengan meronta, lelaki itu begitu saja mencium bibir Teresa, gadis itu menolak, namun pria itu tetap memaksanya, Bintang menekan rahang teresa dengan salah satu tangannya hingga gadis itu terpaksa membuka mulutnya, seketika itu, Bintang mengalirkan cairan pahit yang tadi di minumnya kepada Teresa, cairan itu hangat dan teramat pahit, kepala Teresa yang sebelumnya sudah membaik dari efek pengarnya, seketika itu kembali berdenyut, minuman itu seperti membakar tenggorokannya dan perlahan perutnya

Bintang menatap gadis itu yang memejamkan mata akibat alkohol yang ia berikan "Kamu suka minum? Saya berikan kamu minum" Tukas lelaki itu masih dengan nada tajamnya, Teresa membuka matanya dan balik menatap Bintang, pria itu hanya berjarak satu langkah dari tempat ia setengah berbaring dengan kedua tangan terikat di kepala ranjang, lelaki itu kemudian kembali memangkas jarak mereka "Selamanya kamu harus ingat, kamu itu milik saya! Kamu yang mengumpankan diri kamu sendiri pada saya, sekarang saya terima tawaran kamu, kamu akan terjebak dengan saya selamanya!" Bisik lelaki itu sambil salah satu tangannya merobek gaun Teresa yang sudah setengah koyak itu

Teresa meronta dengan lebih membabi buta dan menatap Bintang dengan kemarahan yang luar biasa

Bintang mengabaikan tatapn gadis itu dan menikmati pemandangan indah di hadapannya

"BANGSAT" Teriak gadis itu memaki pada suaminya

Bintang tidak mengalihkan pandangannya dari istrinya "Kamu milik saya, saya bebas melakukan apapun terhadap kamu" Saut lelaki itu dalam dan serak

"ANJING! GUE BUKAN ANJING LU BANGSAT! LU GAK BISA PERLAKUIN GUE KAYAK GINI! ANJINGPUN GAK AKAN SUDI LU PERLAKUIN KAYAK GINI!" Teresa mulai berteriak-teriak mengutuk dan mengecam Bintang

Lelaki itu mengabaikan segala teriakan gadisnya dan menciumi gadis itu dengan membabi buta "Tidak ada yang mengatakan kamu anjing saya, kamu istri saya, jangan samakan diri kamu dengan anjing, saya tidak rela" Lelaki itu berbisik pelan namun tajam sambil mengecup dan mencium telinga Teresa "Kamu yang membuat saya melakukan ini semua pada kamu, kamu yang membangkitkan sisi kejam dalam diri saya" Tukas lelaki itu lagi sebelum kembali menciumi Teresa dengan membabi buta

Lelaki itu dengan begitu saja telah berada di atas tubuh Teresa sambil tidak henti-hentinya dirinya menciumi dan mengecap gadis itu dengan membabi buta

Teresa memejamkan matanya, ia sudah kehabisan tenaga untuk melawan, hari itu terasa amat panjang dan menyakitkan untuk dirinya, gadis itu putus asa dan setetes air mata jatuh dari matanya dan mengalir di pipinya, kepala gadis itu kembali berdenyut dan lengannya seperti mati rasa, gadis itu pasrah dengan segala yang akan terjadi

Bintang merasakan sebulir air mata yang jatuh dari kelopak mata gadis itu, gadis itu memejamkan matanya erat-erat dan diam tanpa meronta lagi, jelas sekali raut wajahnya memancarkan ketakutan yang amat sangat walau kedua matanya terpejam, Bintang nyaris gila dengan hasrat yang ada di tubuhnya akan gadis itu. Lelaki itu melakukan yang ia inginkan kepada istrinya, ia melakukan semuanya diiringi dengan air mata Teresa

Bintang membuka kembali salah satu kabinetnya dan mengambil satu botol lagi alkohol dari sana, pria itu menenggak minuman itu dengan rakus sebelum kemudian kembali mendekat kepada Teresa dan kemudian melepaskan ikatan ikat pinggangnya di kepala ranjang pada gadis itu, lelaki itu memejamkan matanya ketika melihat hasil perbuatannya pada kedua pergelangan tangan gadis itu, darah menetes dari kedua lengan gadis itu, lelaki itu berlutut di sisi ranjang sambil memegangi kedua lengan Teresa tepat di atas luka yang ada di kedua pergelangan tangan gadis itu

"Maafin saya" Tukas lelaki itu pelan

Teresa membuka matanya menyadari pria itu membuka ikatan di pergelangan tangannya dan kemudian berlutut di sampingnya dengan permintaan maaf, gadis itu menatap Bintang dengan tatapan jijik dan marah, pening yang masih ada di kepalanya akibat alkohol dan kesal yang masih menguasai harinya tidak terelakan, gadis itu diam seribu bahasa

"Saya tidak berniat menyakiti kamu" Lelaki itu menaruh keningnya pada pergelangan tangan Teresa "Saya juga tidak mengerti saya mudah sekali kehilangan kendali pada kamu" Tukasnya lagi kemudian kembali meraih botol minumannya, sebelum lelaki itu menenggaknya, Teresa merebut botol minuman itu

Gadis itu menenggak minuman itu dengan rakus tidak menghiraukan rasa pahit yang teramat sangat dan sensasi terbakar pada tenggorokannya, gadis itu menenggak isi botol itu berharap jika semua yang terjadi padanya hanya mimpi belaka

Kepala gadis itu berdenyut hebat tidak lama setelah ia berhenti menenggak minuman dari botol itu hingga tandas, segala yang gadis itu lihat seolah berganda dan beterbangan, dengan memaksakan diri, gadis itu bangkit dari tempat tidur Bintang

"Maafin lu?" Gadis itu menggeleng "Kalo itu jadi permintaan terakhir sebelum lu mati, lu juga belum tentu dapetin maaf dari gue" Tukasg gadis itu dengan air mata yang sekali lagi menetes dari matanya "Tapi lu gak boleh minum alkohol lagi" "Hati lu sakit" Tukas gadis itu sembari memegangi salah satu sisi perutnya dengan nada suara yang turun naik. Bintang ikut berdiri di hadapan Teresa dan sebelum gadis itu melangkah, gadis itu telah terlebih dahulu ambruk ke dalam dekapan Bintang, gadis itu teler

Bintang mendekap tubuh mungil itu dalam dekapannya, mengeratkan kedua tangannya pada tubuh gadis mabuk itu seakan tidak mau melepaskannya "Maafin saya" Tukas pria itu lagi sambil menundukan kepalanya dan mencium puncak kepala gadis itu

Bintang membaringkan Teresa pada ranjangnya, pria itu melepaskan kemejanya dan memakaikannya pada tubuh istrinya, matanya tidak bisa teralihkan dari kedua pergelangan tangan Teresa yang terluka, lelaki itu mengecup kedua pergelangan tangan itu dan membuka nakasnya mengeluarkan peralan luka untuk membalut luka itu, lelaki itu merebahkan dirinya di samping Teresa, membuat lengannya menjadi bantal gadis itu, Bintang tidak menghiraukan serpihan kaca dari botol yang ia pecahkan yang berserakan di ranjangnya dan menusuk tubuh bagian atasnya yang terbuka, lelaki itu merapatkan dirinya dengan istrinya, ia memeluk gadis itu dengan sebelah lengannya yang bebas, Bintang mengecup puncak kepala gadis itu, ia tidak menghiraukan hasrat yang tumbuh pada dirinya dan pria itu menatap sedih pada gadis yang tertidur di pelukannya, ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya, begitu saja dirinya lepas kendali atas gadis itu, pria itu memejamkan matanya, bahakn setelah disakiti sedemikian rupa, gadis itu masih mencoba menyelamatkanya dari alkohol dan menenggak semua minuman itu hingga berakhir tidak sadarkan diri seperti sekarang

Bintang mengingat kembali peristiwa yang terjadi sebelumnya, pria itu terbawa emosi ketika seseorang gadisnya menyangkal dirinya sebagai suami ditambah seorang rekan kerja gila yang menjodohkan istrinya dengan anaknya yang masih ingusan itu dan segalanya berjalan dengan cepat, Teresa marah kepadanya dan gadis itu begitu saja menghilang dari pesta. Bintang tidak tau kemana dan dengan siapa gadis itu pergi, ponselnya tidak dapat dihubungi dan tiada yang tau keberadaanya, hal itu membuat pria itu gila

Bintang mencari Teresa kesegala tempat yang bisa pria itu fikirkan, menghubungi semua orang yang dapat diperintahkannya untuk mencari gadis itu dan memarahi siapapun yang mengintrupsinya saat itu, gadis itu baru menjawab panggilan ponselnya menjelang pagi dan semua yang terjadi kemudian hanya membuat amarah Bintang semakin terbakar dan semuanya berakhir dengan keadaan ini

Matahari sudah terbit di luar sana, dan lelaki itu sama sekali belum tidur semalaman, hasratnya dan rasa bersalahnya membuat matanya kian terjaga, lelaki itu hanya mengeratkan pelukannya pada istrinya

Bintang terus memperhatikan Teresa, gadis itu terlelap dengan aroma alkohol yang menguar, peluh membasahi kening gadis itu, Bintang menyekanya lembut tanpa mau membangunkan gadis itu, hari ini merupakan hari yang panjang bagi gadisnya, gadis itu terlelap selama beberapa jam sebelum gadis itu terlihat gelisah dalam tidurnya

Gadis itu mengerutkan dahinya dan keringat lebih banyak lagi keluar dari pelipisnya, gadis itu menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri pelan sambil matanya tetap terpejam, "Mama" Satu kata itu yang terucap dalam gumanannya, gadis itu mimpi buruk

Bintang membawa gadis itu dalam dekapannya, seraya memeluknya erat "Saya ada disini, saya akan jaga kamu" Tukas pria itu sambil menengusap-usap punggung gadis itu yang masih tertidur

Bintang mengecup puncak kepala gadis itu, Bintang mengetahui tentang trauma Teresa dan masa lalu gadis itu yang masih menghantuinya hingga saat ini, gadis itu sudah melalui pergolakan batin yang berat dan sekarang Bintang harus menambahnya lagi dengan segala luapan emosinya yang menyakiti gadis itu, pria itu memejamkan matanya sambil bergumam "Saya mencintai kamu"