webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · 若者
レビュー数が足りません
167 Chs

Eps.86

Yesaya mencoba untuk membuka matanya, walau masih terasa sangat berat, samar-samar dirinya juga mendengar suara rintihan seorang wanita, sambil memegang kepalanya yang masih terasa pening Yesaya mencoba bangkit dari tidurnya.

" kamu... " mata Yesaya terbelalak saat melihat seorang wanita yang membalut tubuhnya dengan selimut berjongkok disudut kamarnya.

" apa yang terjadi???? " Yesaya mulai merasa panik,

" jangan bilang, kalau kamu lupa dengan apa yang sudah kamu lakuin ke aku Yesaya!!!! " pekik wanita itu

Yesaya mencoba kembali mengingat apa yang terjadi semalam, namun semakin ia memaksakan diri justru malah membuat kepalanya semakin sakit, tapi kemudian dirinya menyadari kalau saat ini tubuhnya tak memakai sehelai benangpun pun hanya.

" ini nggak mungkin!!!! "

" apa yang nggak mungkin Yesaya.... kamu menarik tubuhku dan memaksa aku untuk melakukan itu semua!!!!! "

" enggak!!!!! aku nggak mungkin ngelakuin itu ke kamu Valentine!!!!!! seingat ku semalam, aku hanya merasa tubuhku panas dan kepalaku sakit, setelah itu aku tidak tahu lagi apa yang terjadi, aku tidak melakukan apapun sama kamu!!!! " Yesaya tak terima dey apa yang dituduhkan oleh Valentine.

" dan kalau pun iya aku mencoba melakukan itu semua, seharusnya kamu menjauh!!!!! " ujar Yesaya dengan nada tinggi

" aku sudah mencoba, tapi tenaga seorang laki-laki lebih kuat dari seorang wanita Yesaya!!!! " Valentine tak mau kalah

" enggak!!!! aku nggak percaya dengan semua ini!!!! " Yesaya langsung beranjak dari ranjangnya, kemudian memunguti pakaian nya yang sudah tercecer di atas lantai dan dengan cepat memakai nya.

Tiba-tiba, pintu kamar di buka secara paksa, bukan hanya Yesaya dan Valentine yang terkejut melainkan beberapa orang yang saat ini sudah berada di depan pintu kamar pun juga terkejut melihat penampakan ini.

" Yesaya.... Valentine..... apa yang kalian lakukan!!!!!!!! " bentak Mariam sorot matanya sudah memancarkan kemarahan pada dua orang dewasa itu

Bella terasa sakit di dalam dadanya, kala melihat putra yang sangat ia banggakan sudah bertelanjang dada bersama seorang wanita yang seharusnya menjaga kehormatan nya sebagai seorang wanita.

" mama... " ucap Morgan yang berhasil menangkap tubuh wanita paruh baya itu yang hampir saja terjatuh, Yesaya juga bisa melihat kesedihan yang mendalam di mata ibu yang sudah melahirkan nya.

Saat ini mereka semua sudah berada di ruang keluarga, Valentine yang masih menangis kini sudah berada dalam pelukan Mariam sedangkan Yesaya berdiri menghadap keluar jendela. Morgan juga ikut menenangkan sang ibu yang juga menangis namun tanpa suara, tatapan mata Bella kosong.

" kalian harus segera menikah " ucap Mariam yang memecah keheningan, Bella tak bergeming begitu pun dengan Morgan.

" ENGGAK!!!!!! " Yesaya menolak dengan keras apa yang di ucapkan oleh Mariam, dirinya menatap Mariam dan Valentine secara bergantian

" kamu tidak bisa menolak Yesaya!!!! kalau kamu tidak ingin menikah dengan Valentine kenapa kamu harus merenggut kehormatan gadis ini!!!!!! apa kata orang-orang nanti!!!! kamu tidak memiliki pilihan lain Yesaya selain menikah dengan Valentine!!!!! " ucap Mariam dengan lantang dan tak ingin di bantah.

" aku sama sekali tidak merasa melakukan hal keji itu pada Valentine Oma....!!!! Yesaya kembali tak mau kalah

" lalu apa kamu fikir, aku yang memaksa kamu untuk melakukan itu!!! kamu dalam keadaan tidak sadar Yesaya " kali ini Valentine membuka suara nya

" kalau kamu sudah tahu aku dalam keadaan tidak sadar, seharusnya kamu menjauh dariku bukan malah mendekat.... " balas Yesaya dengan sarkas, Valentine menegang

Bella beranjak dari kursinya lalu berlalu pergi tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia sudah tak tahan mendengar perdebatan antara putra dan juga ibu mertuanya itu, hatinya semakin terasa sesak saat mendengar tuduhan yang dilontarkan kepada putranya, karena sejujurnya Bella mempercayai apa yang dikatakan oleh Yesaya, tapi bukti juga sudah mengarah kepada putranya, hatinya merasa dilema.

Yesaya melihat ibunya yang sudah duduk di tepi ranjang, hatinya merasa tercubit melihat tetesan cairan bening yang keluar dari mata wanita paruh baya itu.

" ma..... " Yesaya merebahkan kepalanya di atas pangkuan sang ibu

" mama percaya aku kan? mama percaya pada putra mama kan??? " Yesaya ikut meneteskan cairan bening itu dari sudut matanya.

" aku nggak mungkin ngelakuin itu " lirih Yesaya, perlahan dirinya merasa bahwa kepalanya saat ini sedang dielus oleh telapak tangan yang hangat, Bella mulai terisak dalam tangisnya dan itu spontan membuat Yesaya mengangkat kepalanya dan menatap Bella yang sudah menangis tersedu-sedu.

" mama percaya sama kamu nak.... tapi bukti menunjukkan kalau kamu bersalah " Bella menempelkan kening nya pada sang putra, lalu ia menangkup wajah Yesaya dengan kedua tangannya.

" kamu harus menjalani takdir yang sudah di tentukan oleh Tuhan nak... "

" apa itu artinya mama membenarkan apa yang dituduhkan mereka padaku " Yesaya merasa tak percaya apa yang dikatakan oleh ibunya.

" jika kamu benar, dimana pun kamu berpijak pasti akan selalu benar nak... dan cepat atau lambat, baik ataupun buruk pasti akan ada seseorang yang dikirim oleh Tuhan untuk mengungkapkan kebenaran mu dan menunjukkan kalau kamu tidak salah.... " Bella berusaha memberikan kekuatan untuk putra nya.

" apa aku harus menikah dengan wanita yang sama sekali tidak aku cintai ma? "

" lebih tepatnya kamu harus bertanggung jawab atas bukti yang sudah ditujukan pada dirimu.... " Bella mengalihkan pandangannya keluar jendela, sedang kan Yesaya hanya mampu berdiam diri.

*********

Shea dan Alvarez baru saja keluar dari sebuah toko kue langganan mereka, dengan wajah berseri-seri Shea menentang dua box kue basa kesukaannya.

" aduh, aku lupa kunci mobilnya ketinggalan diatas meja kasir tadi sayang.... " entah kenapa Shea merasa bahwa kata-kata

' sayang ' itu sangat berarti baginya dan selalu membuat dirinya merasa berbunga-bunga

" kamu duluan aja ke parkiran, aku balik kedalam ambil kunci " Shea hanya mengangguk, Alvarez kembali masuk kedalam toko kue, Shea berjalan sendiri menuju parkiran.

Baru saja Shea sampai di depan mobil Alvarez, Shea melihat seorang wanita yang ia kenal berjalan seperti orang linglung, dan dari arah yang berlawanan sebuah mobil melaju dengan kencang.

" AWAS!!!!!!! " pekik Shea sambil berlari kearah wanita itu dan dengan cepat ia menarik tangannya.

" loh Shea mana, bukannya tadi gue nyuruh dia duluan... " Alvarez celingak-celinguk tak melihat keberadaan gadis mungilnya itu di parkiran, tapi hanya ada dua box kue yang terletak di atas kap mobilnya.

" Lo nggak apa-apa kan? " tanya Shea pada wanita yang sudah ia selamat kan.

wanita itu hanya mengangguk, wajah nya masih terlihat syok bahkan lebih syok lagi bahwa wanita yang menyelamatkan dirinya adalah rival nya sendiri.

" ada yang luka nggak... soalnya kan tadi kita sama-sama jatuh " ucap Shea lagi

" gue baik-baik aja kok, Lo sendiri gimana... kan yang paling kenceng jatuh itu Lo, bahkan badan gue yang nimbrung badan Lo " balas wanita itu

Shea tersenyum sebelum ia menjawab

" enggak apa-apa kok, cuma lecet dikit doang " ujar Shea sambil menunjukkan goresan pada lengannya

" ya ampun Shea.... itu lengan kamu kenapa? " seorang laki-laki meraih lengan Shea yang terluka

" enggak usah lebay... lecet dikit doang, lagian nggak sakit kok " pada hal sudah jelas-jelas terlihat dari wajahnya bahwa Shea sedang menahan pedih.

" dikit apaan!!!! ini lukanya cukup lumayan "

" apaan sih ngomel-ngomel nggak jelas "

" nggak jelas apanya, pacar aku luka loh ini "

Shea memutar bola matanya, inilah yang ia tak suka dari Alvarez, laki-laki itu tidak akan pernah mau mengalah kalau sudah berdebat dengan dirinya.

" dulu saat Lo deket sama Alvarez, apa dia juga nyebelin kayak gini? " tanya Shea pada wanita yang berdiri di belakang Alvarez.

Alvarez baru menyadari, bahwa disana dirinya tak hanya berdua dengan Shea melainkan ada orang lagi.

" enggak kok She.... dia dulu nggak secerewet ini, dia lebih terkesan enggak pernah perduli dengan orang-orang sekitar nya, dia hanya sibuk dengan dunianya sendiri bahkan saat gue sama dia, dia nggak pernah menganggap diri gue ada, berbeda saat dia sama Lo " Alvarez terdiam menatap dingin dua manik mata yang pernah mencintai nya

" sekali lagi makasih ya Shea, Lo udah nyelamatin gue " kini wanita itu berbicara pada Shea

" cuma kebetulan aja kok, lagian Lo jalannya jangan meleng kan bahaya... oh ya Clara, Lo mau kemana? " tanya Shea

" gue mau ketemu sama orang " jawabnya

" gimana kalo kita anter, nggak apa-apa kan Rez... " Shea memiringkan kepalanya menghadap Alvarez

" nggak usah repot-repot, gue bawa mobil sendiri kok She, kebetulan mobil gue di parkirin di seberang " potong Clara sebelum Alvarez menjawab.

" gue duluan ya... bye.... " Clara pun berlalu pergi, Shea membalas lambaian tangan Clara sedang kan Alvarez masih tetap tak bergeming.

Sekarang, Alvarez dan Shea sudah berada di dalam mobil namun Alvarez belum melajukan mobilnya ia justru meraih sesuatu di kursi penumpang bagian belakang.

" mau ngapain? " tanya Shea dengan bingung

" mau makan kamu.... " jawab Alvarez ngasal

" serem amat.... " dengus Shea

" sini.... " Alvarez menadahkan tangannya, setelah ia mendapatkan apa yang dia cari

" apa? " Shea masih bingung, sedangkan Alvarez sudah berdecak kesal

" apa setelah menjadi seorang pahlawan hari ini, tiba-tiba kamu jadi bego kayak gini??? " ada raut tak suka yang terlihat jelas dari wajah tampan laki-laki itu

" kamu ngomong apaan sih " balas Shea, Alvarez menggelah nafas lelah kemudian menarik lengan Shea yang terluka secara posesif

" awww.... " pekik Shea yang merasa perih di bagian lain yang sedang sedang di bersihkan oleh Alvarez

" katanya nggak sakit, tapi teriak juga " gumam Alvarez tanpa menoleh kearah Shea

" tadi emang nggak sakit kok " bantah Shea dengan sedikit gugup.

" nggak usah bohong.... apa kamu lupa, aku bisa baca fikiran kamu " cela Alvarez

" dasar nggak sopan baca fikiran orang " gerutu Shea

" Awwwwww.... " kali ini Shea berteriak lebih sedikit kencang dibandingkan tadi, karena Alvarez dengan sengaja menekan luka Shea

" dasar muka tembok.... kamu sengaja ya... " Shea memukul dada bidang Alvarez

" nggak kok, kamu nya aja yang lebay "

" huh..... dasar cowok nyebelin.... " gumam Shea

" tapi kamu cinta kan? " Alvarez menatap dalam-dalam kedua bola mata Shea yang terlihat sangat indah baginya.

Shea tak berkutik setelah mendapatkan tatapan itu, entah kenapa jantung nya berdebar dengan cepat seakan-akan ingin melompat dari tempat nya, suasana berubah menjadi hening.

" ya ampun kok debaran jantung gue jadi nggak beraturan gini sih... dan kenapa telapak tangan gue jadi panas dingin ya.... " batin Shea,

" ehemmm... " suara deheman itu menyadarkan Alvarez dari lamunannya yang terus memandang Shea, mereka berdua pun sama-sama menjadi salah tingkah

" kok tiba-tiba jadi panas gini ya? " tanya Shea

" itu AC nya belom di nyalain " jawab Alvarez dengan datar.

" luka kamu udah aku obati, oh ya jangan lupa besok penerbangan kita jam 10 pagi " Alvarez mengingat kan Shea akan keberangkatan mereka ke Bali

" iya " balas Shea, kemudian melempar pandangannya keluar jendela, setelah mobil itu melaju meninggalkan parkiran.

********

Berbeda dengan keadaan Shea yang sedang berbunga-bunga, Clara justru sedang menangis di dalam mobilnya. Hatinya benar-benar terasa sakit saat melihat perhatian yang di berikan Alvarez pada rivalnya itu.

' gue ingetin lagi kalo Lo lupa, Lo sendiri yang ninggalin Alvarez '

tiba-tiba, wanita itu kembali teringat akan ucapan Mananta, dan itu semakin membuat nya sakit atas kesalahan yang pernah ia lakukan pada Alvarez.

' dan yang satunya justru lebih memilih cinta yang kuat untuk mempertahankan wanita yang paling layak di pertahankan dan di lindungi di bandingkan kembali menerima wanita yang sudah tidak tahu malu '

kalimat demi kalimat yang di lontarkan oleh Mananta terus bergema dengan kencang di telinga nya, Clara pun teringat dengan kejadian buruk yang hampir saja akan menimpanya, dirinya tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau Shea tak cepat menolongnya. Rasa bersalah dan penyesalan terus memburu di dalam jiwanya.