webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · 若者
レビュー数が足りません
167 Chs

Eps.70

Flashback On

" please kasih aku satu kali lagi kesempatan "

Shea masih tak bergeming, perlahan Shea melepaskan pelukannya dari Yesaya

" aku minta maaf Yes, aku nggak mau bersikap egois... kalo pun aku masih cinta sama kamu, tapi bukan bearti aku harus milikin kamu... pertunangan kamu tinggal menunggu hitungan jam, kamu nggak bisa lari dari keputusan yang sudah kamu ambil "

" tapi itu terpaksa She.... aku ngelakuin itu hanya semata demi Oma, dan sekarang aku nyesel aku udah ngelakuin kesalahan sama kamu "

" seharusnya kamu berfikir dua kali sebelum mengambil keputusan, dan sekarang sudah terlambat untuk menyesali semua nya... aku udah ikhlasin kamu sama Valentine... Dalam cinta nggak ada yang salah Yes, hanya saja terkadang waktu dan keadaan yang harus membuat cinta di persalahkan, kamu mau kan berteman sama aku sekali lagi "

Shea mengulurkan tangannya pada Yesaya, ia tak ingin menjadikan Yesaya musuh di masa depan.

Yesaya masih terdiam, menatap dua bola mata Shea yang indah, memaksakan dirinya untuk tersenyum sembari menerima uluran tangan Shea.

Flashback Off

" Shea..... "

Panggilan lembut dari Brian membuyarkan lamunan Shea

" iya Pi? "

" kamu kenapa? "

" nggak apa-apa kok Pi " Shea kembali melanjutkan sarapan nya.

Shalu dan Brian hanya diam dan saling melempar pandang.

" papi berapa lama di sana? "

" sekitar 3 - 5 harian "

Shea kembali tak bergeming

*****

Tolong, jangan pergi terlalu lama

jangan buat aku kembali menunggu

karena berada di dekatmu membuat ku nyaman~

{ Shea Vee Alexander }

Entah kenapa, Shea lebih merasa kehilangan saat keberangkatan Alvarez dari pada Yesaya yang akan bertunangan dengan wanita lain.

Ia menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang yang berukuran king size itu, memandang langit-langit kamar nya.

" kenapa Alvarez nggak bilang sama gue ya kalo dia mau pergi " batin Shea

" eh.... tapi siapa gue? gue kan bukan pacar nya... " Shea mengacak rambutnya kesal

Kemudian Shea, beranjak menuju balkon di kamar nya memandang langit yang sedikit mendung, ia menghela nafas lelah sebelum meraih ponselnya yang sudah beberapa kali berdering, Shea mengerutkan keningnya saat melihat nomor yang tidak ia kenal tertera di layar ponselnya

" nomor siapa ya? " gumam Shea sebelum ia menerima panggilan itu

" ya hallo.... "

" She.... Lo dimana? " Shea tersenyum saat mendengar suara seseorang yang ia kenal dari seberang sana

" gue di rumah, kenapa? "

" jalan yuk..... suntuk gue di rumah "

" mau kemana sih Jan... emang Lo nggak liat cuaca udah mau ujan kayak gitu? "

" yaelaa She.... come on, cuma ujan air aja kali, bukan ujan api "

" ya udah ok.... gue ganti baju dulu, nanti gue jemput "

" ya ampun She..... Lo emang sahabat gue paling baikkkkkkk " Shea menjauhkan ponsel dari telinga y saat mendengar teriakan Janet

" lebay Lo... " Shea langsung mengakhiri panggilannya, lalu menuju Walk in closet untuk mengganti bajunya

******

Hari sudah mulai hujan, tapi tak menghambat perjalanan Shea dan Janet menuju caffe Victoria, jalanan pun sedikit lenggang.

Shea dan Janet sudah duduk manis di caffe tujuan mereka, suasana caffe sudah terlihat sangat ramai dari hari biasanya karena hari ini adalah hari weekend.

" terimakasih " ucap Shea dan Janet serentak saat seorang waiters mengantar makanan mereka

" sama-sama mbak... " balasnya lalu berlalu pergi

" oh ya, nanti malem apa Lo bakalan dateng ke acara Yesaya? " tanya Janet pada Shea.

Shea mengalihkan pandangannya keluar Jendela, hujan sudah turun dengan dengan deras membasahi ibukota

" gue udah ngelepasin dia... seperti yang Lo bilang ke gue waktu itu " pandangan Shea masih tertuju pada hujan

" gue nggak tau Jan, kenapa gue lebih ngerasa kehilangan Alvarez saat dia pergi tanpa pamit sama gue... " batin Shea

" She.... Lo mikirin apaan sih? " sentuhan lembut dari Janet menyadarkan Shea dari lamunannya

" nggak kok, gue nggak mikirin apa-apa " Shea memaksakan dirinya untuk tersenyum, matanya kini tertuju pada seorang laki-laki yang ia kenal baru saja masuk dari pintu utama caffe

" Gilang... " gumam Shea

" Gilang? Gilang siapa? " tanya Janet dengan mengedarkan pandangannya

" itu cowok yang duduk di meja no 10 " tunjuk Shea, Janet pun beralih pada meja yang ditujukan oleh Shea

" Gilang.....!!! "

Merasa namanya dipanggil, Gilang pun mencari sumber suara yang memanggil nya, saat matanya sudah menemukan orang yang memanggil nya, Gilang tersenyum ramah sambil melambaikan tangannya.

" hei..... " sapa Gilang yang sudah menghampiri Shea dan Janet

" sendirian? "

" iya nih "

" oh ya, kenalin ini Janet dia sahabat gue " tunjuk Shea

" hai gue Gilang " Gilang mengulurkan tangannya pada Janet dan diterima olehnya

" Janet.... " balasnya

" gimana kalo Lo gabung sama kita aja? " tawar Shea

" beneran nih nggak apa-apa? "

" yah nggak lah "

Jadilah mereka duduk di meja yang sama

" oh ya Jan, Gilang ini sahabatnya Alvarez " Janet tersenyum manis pada Gilang, dan itu berhasil membuat jantung Gilang berdebar dengan cepat

" senyum nya manis banget " batin Gilang

" Lo kuliah dimana? " kali ini Janet yang bertanya

" gue udah lulus kuliah, sekarang gue udah kerja "

" kerja dimana? "

" di perusahaan Taxmania "

" waw..... serius? hebat dong itukan perusahaan besar sekelas sama perusahaan Alexander Group " ucap Janet sambil sedikit melirik kepada Shea

" dan denger-denger, pimpinan nya itu masih muda banget ya? terus ganteng pula.... " sambung Janet dengan antusias

" uhuk uhuk uhuk " Shea tersedak oleh minuman nya sendiri, Gilang hanya mengulum senyumnya

" Shea... hati-hati dong " ucap Janet tanpa merasa bersalah sama sekali.

" iya... pimpinan gue itu orangnya emang ganteng banget, bahkan hampir semua staf di kantor itu mengidolakan nya " tambah Gilang

" oh ya... jadi penasaran gue " ucap Janet dengan menopang dagunya

" guys.... dari pada ngomongin soal ganteng-ganteng, mendingan kita lanjut makan.... " Shea menghela nafas berat

*****

Malam tiba, waktu yang sudah lama di nanti oleh Valentine akhirnya tiba juga. Valentine sudah mengenakan gaun merah panjang tanpa lengan, menunjukkan kulit putih nya, ia sangat terlihat cantik malam ini Sedangkan Yesaya mengenakan tuxedo berwarna hitam kemeja putih, serta dasi kupu-kupu berwarna merah melingkar di leher nya.

Semua tamu undangan sudah memenuhi balroom hotel.

" gue masih rasa ini kayak mimpi deh " ucap Cheryl

" iya gue fikir, Yesaya bakalan sama Shea... ternyata takdir berkata lain " sambung Nabila

" eh, gue nggak liat Shea " ucap Samudera yang mendengar kan pandangan nya pada setiap tamu undangan yang hadir

" iya... gue juga nggak liat Bokap Shea " sambung Vino

" ya ampun Ragil, Lo dari tadi nggak berhenti makan!!! " Cheryl menepuk pundak Ragil yang sedang asyik dengan makanan di piring nya

" mumpung gratis... makanannya juga enak " sahut Ragil dengan mulut yang di penuhi dengan makanan

" Daniel sama Janet juga belom dateng " ucap Nabila.

Andai waktu bisa ia kendalikan, ingin sekali Yesaya cepat meninggalkan acara pertunangan ini dan langsung menemui Shea

" sayang... kamu mikirin apa sih, fokus dong sama acara kita " bisik Valentine, Yesaya memutar bola matanya dengan malas

" hei bro... "

Daniel dan Janet baru saja tiba dan langsung menghampiri Yesaya

" selamat yah, semoga acara Lo lancar sampe hari pernikahan dan semoga nggak ada drama lagi " ucap Janet dengan raut wajah dingin

Daniel menatap adiknya dengan tajam, sedang kan yang bersangkutan tak mempedulikan

" jaga ucapan Lo " bisik Daniel, Janet tak menghiraukan Daniel dengan santai ia meninggalkan mereka lalu mendekati Vino dan yang lainnya.

" kita fikir Lo nggak akan dateng Jan " ucap Cheryl

" Daniel mana? " tanya Vino

" tuh.... lagi sama raja dan ratu semalam " ucap Janet dengan ketus

" Shea nggak dateng? " tanya Samudera, sedang kan Janet hanya menggeleng

*****

Detik waktu terus berjalan, Shea menatap langit dari balik jendela kamarnya yang masih terbuka hingga sinar rembulan masih setia ikut menyinari kamar yang hening itu dan angin malam yang ikut menyapu wajah cantik Shea

" selamat berbahagia Yesaya " gumam Shea

" semoga, kita di pertemukan lagi oleh sang waktu dengan kisah yang baru, dan ku titipkan semua rindu yang membelenggu di jiwaku lewat angin malam... Aku sama sekali nggak pernah menyesal dengan keputusan yang sudah aku ambil, karena aku sadar sekeras apapun kita mempertahankan hubungan itu jika kita tidak di ciptakan untuk bersama, maka berpisah adalah jalan akhirnya " Shea menghela nafas lelah.

*******

Yesaya, menepi kan dirinya dari para tamu undangan dan teman-teman nya, ia butuh waktu untuk sendiri.

Senyum manis dari wajah cantik Shea terus melintas di benak Yesaya, ia sudah tahu bahwa Shea tidak akan hadir di hari pertunangan nya, dan dirinya pula tidak memaksa Shea untuk hadir, karena ia juga tahu akan seperti apa jadinya perasaan Shea saat melihat dirinya akan melingkarkan cincin di jari manis wanita lain tepat di hadapan nya.

Daniel yang melihat kegalauan dari sahabat nya, langsung menghampiri dirinya dengan membawa secangkir minuman.

" nih... minum dulu, biar Lo nggak dehidrasi " Daniel mengulurkan secangkir minuman untuk Yesaya

" thanks... " Yesaya langsung meneguk sampai habis minuman yang dibawa oleh Daniel

" Shea nggak dateng? "

Yesaya hanya menggeleng dengan lemah, saat menjawab pertanyaan sahabat nya itu

" gue nggak bisa bohongi perasaan gue, Shea masih ada disini " Yesaya menunjukkan letak jantung nya

" Lo cowok bro!!! jangan lemah " bujuk Daniel

******

Janet, sedang asyik bersama teman-temannya namun matanya kini menangkap seorang laki-laki yang pernah ia jumpai sedang berbincang dengan tamu yang lainnya

" kayaknya gue kenal sama tu cowok deh " batin Janet

Tanpa ragu, ia melangkah kan kakinya menghampiri laki-laki tersebut

" Gilang..... " sapa Janet dengan ramah

" Loh.... Janet Lo ada disini juga? " Gilang tak kalah terkejut saat melihat Janet ada di belakang nya

" iya... Yesaya itu temen gue, dan bokap gue salah satu rekan bisnis keluarga nya Yesaya "

" wah.... kebetulan banget ya kita ketemu disini "

" Lo ada hubungan apa sama Yesaya? atau Lo dari sebelah Valentine ya? "

" bukan, gue cuma perwakilan dari perusahaan Taxmania untuk hadir disini karena bos gue lagi nggak bisa hadir "

" owh..... gitu " Janet manggut-manggut tanda ia mengerti.

Seorang wanita berparas cantik mengenakan dress merah muda selutut menghampiri Gilang dan Janet

" Gilang.... " sapanya

Gilang sedikit acuh tak acuh saat melihat seorang wanita yang menghampiri dirinya

" kok Lo dateng sendiri, Alvarez mana? " tanya wanita itu

" Alvarez? apa yang dimaksud ni bule, Alvarez nya most wanted kampus yak? " batin Janet

" dia nggak bisa dateng, karena lagi ada urusan di luar " jawab Gilang ketus

" terus dia kapan pulang? "

" bukan urusan Lo kali kapan di pulang... gue ingetin sama Lo berhenti gangguan Alvarez " ucap Gilang lagi, merasa mendapat perlakuan ketus dari Gilang, wanita itupun pergi

" eh bentar deh, maksud cewek tadi itu Alvarez yang sama kan? " tanya Janet dengan bingung setelah kepergian Clara

" iyalah... emang ada berapa nama Alvarez yang Lo kenal? " Gilang tersenyum jahil

" itu cewek bule tadi siapa? "

" itu namanya Clara, dia mantan nya Alvarez sekaligus sepupu dari calon pengantin cewek... " tunjuk Gilang pada Valentine yang sedang berkumpul bersama keluarga Yesaya

" ya ampun bener-bener sempit nih dunia " gumam Janet

Acara masih terus berlanjut, sampa sesi berdansa, semua mata tertuju pada Yesaya dan Valentine banyak pasang mata yang memuji kecocokan mereka berdua, hal ini pula mengingat kan Yesaya pada saat ia berdansa dengan Shea saat ulang tahun perusahaan keluarganya beberapa tahun yang lalu.