webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · 若者
レビュー数が足りません
167 Chs

Eps.20

Shea mengajak Yesaya pergi ke makam Ibunya, belum sampai pada tempatnya dari jauh Shea melihat seorang wanita yang duduk di pinggiran makam sang ibu

" itu siapa...? " gumamnya

Shea dan Yesaya pun menghampiri nya

" Tante siapa....? " tanya Shea dengan hati-hati yang sudah berdiri tepat di belakang nya

Wanita itu langsung menoleh kebelakang nya, matanya menatap lekat pada wajah Shea

" maaf.... Tante siapa, kenapa Tante ada di depan makam ibu saya? " tanya Shea lagi

" ibu? " gumam wanita itu dalam hati

Tanpa menjawab, ia langsung berlalu meninggalkan makam, merasa tak puas Shea mengejarnya

" Tante tunggu..... " panggil Shea, namun tetap tak di hiraukan olehnya. Ia terus berjalan dengan cepat lalu masuk kedalam mobilnya dan berlalu pergi

" aneh banget " ucap Shea

" Kenapa... ? " tanya Yesaya

" kira-kira Tante tadi siapa ya....? kok dia bisa di makam mommy aku " balas Shea

" temennya almarhumah mommy kamu mungkin.... " ucap Yesaya

" tapi, aku belom pernah liat dia sebelumnya " balas Shea lagi.

Shea dan Yesaya kembali ke makam untuk menabur bunga di atas pusaran ibu Shea.

Semasa dalam perjalanan nya, wanita yang bertemu dengan Shea terus memikirkan perkataan Shea.

" ibu....? "

" apa dia sudah kembali ? "

" apa dia anak Vee ? "

" apa Brian sudah kembali ? "

telinga nya terasa berdengung, dan kepalanya terasa sedikit pusing, ia berhenti di persimpangan jalan fikiran nya di penuhi rasa keingintahuan.

**Keesokan hari

Shea sudah rapi dengan seragam nya, jepit kecil berbentuk bunga matahari sudah menempel menghiasi rambutnya.

" Malam ini, papi mau ke acara rekan bisnis Papi apa kamu mau ikut ? " tanya Brian yang menghampiri Shea di ruang makan

" Ikut aja Shea... Opa yakin kamu pasti menyukai acaranya " goda Gunawan

Gunawan sudah tahu, kalau Wijaya Group adalah perusahaan orang tua Yesaya, namun ia sengaja tak memberi tahu Brian apalagi Shea.

" aduh.... isinya pasti orang tua semua " ucap Shea dengan wajah malasnya

" ikut aja sayang... siapa tau nanti kamu ketemu sama orang ganteng " goda Anita, sedangkan Brian hanya tersenyum

" Oma apaan sih... " balas Shea dengan jengkel

" oh iya Oma lupa, kamu kan udah punya pacar... mirip artis Korea pula " goda Anita lagi

" uhuk uhuk uhuk "

Shea tersedak mendengar penuturan Oma nya, lalu melirik kearah Brian yang sudah sedari tadi tersenyum menunjukkan gigi putihnya

" nanti Shea fikir-fikir lagi " ucap Shea, lalu beranjak mengambil tasnya

Brian melihat wajah Putri nya yang terlihat sedikit pucat

" Shea... kamu sakit " tanya Brian dengan menempelkan telapak tangan nya pada pipi Shea.

" enggak kok... " jawabnya santai

" tapi muka kamu pucet loh sayang "

" papi tenang aja, aku sehat kok mungkin kurang sedikit pakek makeup aja.... udah ya aku berangkat dulu, bye Papi... Oma.... Opa... " Shea sudah berjalan keluar pintu, diiringi oleh Ajeng di belakang nya

Brian masih memperhatikan Shea yang baru saja keluar

" kamu kenapa...? " Anita melihat kecemasan pada wajah Brian

" enggak ada apa-apa ma... " jawabnya

" kamu jangan hawatir, Shea itu anak sehat " ucap Gunawan, Brian mengangguk setuju

Shea sudah sampai di sekolah nya, meskipun wajahnya yang terlihat sedikit pucat namun ia tetap ceria dan bahagia apa lagi saat melihat Yesaya yang sudah menunggunya di parkiran

" aku duluan ya " ucap Ajeng, sembari berjalan lebih dulu dari Shea

Shea dan Yesaya berjalan bersama memasuki area sekolah, dari kejauhan Kinan bisa melihat mereka sedang bersenda gurau.

Saat jam istirahat Yesaya seperti biasa duduk dikantin bersama teman-temannya, sedangkan Shea di ruang musik bersama tim seni.

" Lo sama Shea gimana? " tanya Ragil

" udah baikan? " sambung Samudera

" udah " jawabnya singkat

" Lo juga sih, berduaan aja sama Kinan " ucap Vino dengan menepuk pundaknya

" ya... gue mikirnya biasa aja, tapi nggak tau kalo itu buat Shea cemburu " balas nya

" ehhhhh bukan itu aja, dia juga liat saat Lo ngecup jarinya Kinan " Janet baru datang dengan membawa makanan nya

" serius....!!!!! " Yesaya terkejut

" ya iyalah.... gue juga bakalan ngelakuin hal yang sama kalo itu terjadi sama gue " jawab Janet sambil duduk di sebelah Ragil

" Lo ngapain ngecup jarinya Kinan " tanya Samudera yang masih penasaran

" jarinya ke iris pisau dapur, jadi gue bantuin biar darah nya berhenti keluar " jawabnya

" enak ye, jadi Yesaya di kelilingi sama cewek cantik " ucap Ragil dengan wajah melas nya

" mangkanya tu muka burik sesekali perawatan... biar beningan dikit " balas Daniel

" sialan Lo... " ucap Ragil dengan kesal, sambil mengambil makanan di piring Janet

" Ragil..... nggak modal banget sih Lo " teriak Janet, membuat Yesaya dan mereka yang berada di dekat Janet menutup telinga mereka

" pelit banget si Lo.... " balas Ragil

" gak tau malu Lo.... " Janet memukul lengan Ragil dengan kencang

" gue yakin ni... nggak akan ada cowok yang suka sama adik Lo yang tenaga nya kayak kuli gini.... tangan gue sampe sakit " ucap Ragil meringis kesakitan dengan mengusap lengannya

" Lo nya aja yang lembek... " balas Daniel sambil menoyor kepalanya

" gila..... nggak adik, nggak kakak sama aja hobi banget nyiksa orang " ucap Ragil lagi

Sedangkan Yesaya, Samudera, dan Vino hanya tertawa.

Tak lama Nabila, Cheryl dan Kinan muncul menghampiri mereka dan langsung duduk di bangku yang masih kosong

" eh, kita kumpul lagi yok... di basecamp " ajak Nabila dengan antusias

" tumben.... " ucap Samudera

" gue lagi males aja di rumah " balas Nabila

" giman Yes? " tanya Vino

" kalo kalian mau ke basecamp ya ngga apa-apa, di sana juga ada Romeo dan yang lainnya " jawab Yesaya dengan santai

" Kinan Lo mau ikut ? " tanya Nabila

Semua pandangan mereka tertuju pada Kinan yang tak jauh bersebelahan dengan Yesaya

" emang, gue masih boleh ikut ? " tanyanya

" ya iyalah... Lo kan temen kita " jawab Nabila

" kalian aja kali... gue nggak " balas Janet dengan wajah sinis, lalu beranjak dari bangkunya

" Lo mau kemana? " tanya Yesaya

" gue mau ke ruang musik, liat Shea takut kalo Aiden ngedeketin dia dan buat cowoknya yang juga cemburuan ngamuk-ngamuk, bahkan mungkin bisa aja adu bogem " jawab Janet dengan sengaja menyinggung Yesaya

" so.... sebelum terlambat, gue mau nyelamatin Shea " sambung nya lalu pergi, belum jauh ia menghentikan langkahnya dan kembali berbalik kearah mereka

" oh ya gue lupa... Ragil Lo yang bayar makanan nya , karena Lo yang ngabisin " ucap Janet lagi dan pergi

" wah ..... parah adik Lo Dan.... " ucap Ragil, membuat Yesaya dan yang lainnya tertawa.

Di ruang musik, Shea sedang membereskan alat-alat musik dibantu oleh Aiden dan tim seni lainnya, setelah selesai mereka pun duduk istirahat sejenak

" nih ... minum dulu " Aiden memberikan botol air mineral pada Shea

" makasih ya.... " ucap nya lalu meminum air mineral pemberian Aiden

" gimana, udah siap untuk pertunjukan lusa? " tanya Aiden dengan duduk santai

" masih agak sedikit deg-degan sih " balasnya

" santai aja.... anggap aja Lo lagi bercermin jadi nggak nervous " ucap Aiden

" kak ... She.... kita duluan ya " ucap anak-anak tim seni

" ok.... " balas mereka berdua

Kini tinggal mereka berdua di ruang musik

" Lo mau kekantin? " tanya Aiden

" kayak nya nggak deh, gue mau istirahat dulu sebentar terus mau langsung balik ke kelas " jawab Shea

" muka Lo pucet, Lo sakit ? " tanyanya lagi

" nggak... mungkin kecapekan aja " jawab Shea, sambil beranjak dari kursinya

" gue kekelas duluan ya " ucap Shea

" ok... " balas Aiden

Shea berjalan menuju pintu, belum sampai di pintu Shea merasakan sakit di kepalanya seakan semua benda yang ia lihat itu berputar

" Shea.... Lo kenapa " Aiden berhasil merengkuh tubuh mungil Shea yang hampir tumbang

" kepala gue sakit banget " ucap Shea sambil memijit pelipisnya

" duduk dulu.... " Aiden membantu Shea untuk kembali duduk di kursi

" Shea .... Lo kenapa? apa Lo sakit? " entah kapan Janet datang, ia langsung memegang tubuh Shea yang terduduk lemah

" kita bawa ke UKS aja " ajak Aiden

" iya bener.... yuk bantuin " sambung Janet

Tanpa menolak, Shea pun ikut saran Aiden dan Janet untuk membawanya ke UKS.

Shea sudah terbaring di ranjang kecil yang berada di ruang UKS

Aiden mengolesi minyak angin pada sisi kiri dan kanan kening Shea

" sakit banget yah.... " tanya Janet

" nggak kok, cuma sedikit " jawab Shea

" atau gue minta izin aja ya sama guru BK supaya Lo bisa pulang cepet dan istirahat di rumah " Janet yang memberikan saran

" nggak usah... nanti juga pusing nya hilang kok " balas Shea

Disisi lain, Yesaya menuju kelas Shea namun tak ada dia disana

" cari Shea ya kak? " tanya Maya salah satu teman Shea di kelasnya, Yesaya hanya mengangguk

" tadi gue liat, dia dibawa kak Aiden ke ruang UKS " ucap Maya

Mendengar perkataan Maya, tampa basa basi Yesaya langsung berlari ke ruang UKS

" Shea ..... " Yesaya langsung merengkuh tubuh mungil nya yang terbaring di atas ranjang

" kok kamu tau aku ada disini? " tanya Shea

" seharusnya, aku yang nanya kenapa kamu ada disini... " balas Yesaya, wajah nya yang tampan sangat terlihat hawatir

" hello... ada orang disini...!!! bukan cuma Lo berdua " ucap Janet dengan melambaikan tangan nya tepat di depan wajah Yesaya

Yesaya juga melihat Aiden ada di depannya

" tadi Shea hampir pingsan, mangkanya gue sama Aiden bawa dia kesini " ucap Janet dengan berpangku tangan

" kamu pulang aja ya, biar bisa istirahat di rumah " Yesaya memberikan nya saran

" tadi, gue juga udah bilang kayak gitu... tapi anaknya nggak mau... " balas Janet

" aku nggak apa-apa, cuma pusing biasa kok... nanti juga ilang, lagian aku juga nggak mau buat orang rumah pada hawatir terutama papi karena papi bakalan posesif banget kalo tau aku sakit " ucap Shea

Yesaya tidak berkata apapun lagi, selain menggenggam erat tangan Shea. Melihat pemandangan yang menyakitkan matanya, Aiden lebih memilih keluar dari ruang UKS berbeda dengan Janet yang duduk santai di tepi ruangan tersebut dan fokus pada ponselnya.