Heni yang menyaksikan betapa Amia dengan begitu senangnya memeluk pemuda tersebut sedikit menjadi terkejut.
Heni melirik lagi pada Pak Ben, Pak Ben melintangkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri.
"Nggak mungkin!" ujar Heni setengah berbisik dengan mencondongkan tubuh ke arah Pak Ben. "Bu Mia yang selama ini sulit untuk ditaklukkan cowok—kok bisa?"
"Sst…!" lagi-lagi Pak Ben melintangkan telunjuk di bibirnya. Lalu senyuman itu, kedipan mata itu.
Sungguh tidak terpikirkan sedikit pun oleh Heni. Selama ini, ia yang juga cukup akrab dengan si pemilik perusahaan itu tahu pasti, Amia sama sekali tidak pernah terlihat mau membuka hati pada laki-laki mana pun. Kecuali pada Pak Ben, itu pun sebatas hubungan sebagai kakak dan adik. Selebihnya, Heni tidak sekalipun pernah melihat Amia begitu bermanja dengan laki-laki lain.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください