webnovel

Chapter 67 Tiger Meet Cat

Di sisi lain, Noah bertemu dengan Kazumi di sebuah kafe. "Maaf memanggil mu mal mal di kafe 24 jam ini" Kata Noah duduk di hadapan nya.

"Ini baik baik saja, aku senang jika aku harus di butuhkan" Kazumi membalas dengan baik.

"Ah, kalau begitu baiklah, apa aku boleh langsung bahas intinya?" Tatap Noah lalu Kazumi mengangguk.

"Apa kau tahu, siapa yang menyebarkan tuai benuai soal obat terlarang itu? Karena ada seseorang yang keras kepala menuduh Leo berhubungan dengan obat itu, apa ada orang lain di tempat dimana kita bertarung saat itu?" Noah menatap.

Kazumi terdiam sebentar. "Um... Yang aku lihat di sana, sesuatu yang aneh, yakni Virendra dari Asisten Tuan Mandara sendiri, di ada terakhir kali aku menyerang mu dan kita bertarung, aku tidak tahu apa yang dia lakukan di sana dan ketika kita sudah berdamai, kita menemukan bahwa atasan mu terluka parah" Kata Kazumi.

"(Fiks.... Virendra yang melakukan nya.... Leo pasti sedang membunuhnya sekarang.... Haiz....) Memang nya, siapa itu Virendra, apa hubungan nya sampai sampai dia melakukan hal berani pada Leo jika tahu resikonya? Bukankah dia hanya karakter sampingan?" Noah menatap.

". . . Dari yang aku dengar melalui atasan ku ketika aku masih berada di organisasi terminator itu.... Virendra dulunya adalah pengikut setia ayah dari atasan mu, tapi kepercayaan yang sia sia membuat nya harus tersiksa karena dia terus ditindas hingga ia membenci keluarga milik atasan mu, mungkin karena hal itu dia melakukan tindakan berisiko pada atasan mu" Kata Kazumi membuat Noah terdiam. "(Atasan ku? Maksudnya Leo?)"

Hari selanjutnya, Caise terbangun di pagi hari dengan Oliver yang memasak di dapur.

"Ka... Kakak... Kau tak perlu melakukan nya, harusnya aku yang memasak" Caise menatap panik.

"Tak apa Caise, aku juga tak tega melihatmu tidur pulas" Oliver membalas dengan senyuman ramah di wajahnya, Caise menjadi berwajah merah tersentuh.

"Ngomong ngomong Caise, aku menemukan ini" Oliver menunjukan sebuah anting lelaki di tangannya. Caise terdiam mengamati dan menjadi terkejut. "(Itu... bukanya anting tindik Mas Leo!!! Kenapa bisa ada di sini, apa terjatuh?!)" Dia langsung panik dalam hati. Seperti nya Leo tak sengaja menjatuhkan anting nya di apartemen Caise.

"Kenapa Caise, wajahmu sudah tebak, rupanya Caise sudah besar yah... Sudah memiliki lelaki, tapi kenapa dengan beraninya mengatakan bahwa kau tidak punya lelaki, apa hal ini yang menyebabkan kau menolak tawaran ku untuk menjadikan mu kekasih ku? Rupanya ada lelaki lain" Kata Oliver dengan kalimat maupun nada yang memojok.

"Tu... tunggu kakak, kau salah paham!?"

"Hm? Ada apa.... Tidak apa-apa jika kau memang sudah berpacaran Caise, Bukankah sudah biasa jika gadis seperti mu dapat lelaki, aku hanya berpesan hati hati saja" Oliver menatap tanpa memasang wajah suram apapun, hanya wajah cerah dan ramah yang dari tadi terlihat untuk Caise.

"Um... me.. memang benar sih... (Jika aku bilang itu milik Mas Leo, kakak akan tahu yang sebenarnya karena dia memang mencoba menjatuhkan Mas Leo)" Caise menjadi terdiam khawatir lalu mengambil anting itu langsung dari tangan Oliver membuat Oliver terdiam bingung. "Um... biarkan aku yang menyimpan nya" Tatapnya lalu Oliver tersenyum dan mengangguk. Sepertinya Oliver menganggap itu biasa, tapi jika dia sudah tahu itu milik Leo, ekspresi nya juga tak akan bisa dikatakan tenang.

---

Di kantor, Noah terus berbicara pada Leo sambil terus melemparinya kertas di meja.

"Apa kau tahu ini semua sangat berharga!! Jika kau terus menunda nunda pekerjaan mu hanya karena satu orang hukum yang begitu keras kepala memburu mu, kau harusnya khawatir pada gadis mu, apa kau lupa jika aku pernah memberitahukan padamu bahwa Caise memiliki hubungan kekeluargaan dengan Oliver tapi asal kau tahu, dia itu bukan kakak kandung, Caise juga bukan adik kandung, jadi bisa di simpulkan, Oliver itu mengaku ngaku di depan teman teman nya yang sesama polisi, bahwa Caise adalah adiknya, dengan begitu dia bisa naik pangkat cepat karena pada saat itu, Caise selalu membantunya menyelesaikan sebuah kasus.... Bla...bla...bla...." Noah terus bicara. Hingga Leo benar benar kesal tidak tahan.

"Dan juga, soal permintaan dari Nona Walwes dan Tuan Mandara---

"Akh.... Berisik kau kapal Noah!!" Leo berteriak dan bangun dari tumpukan kertas itu.

"Ini soal permintaan mereka berdua, kau harus memenuhinya segera tapi kau malah melambat lambat pekerjaanmu dan lihat sekarang sudah menumpuk disini" Noah menatap sambil menata kertas kertas itu.

"Cih... Aku hanya ingin keluar dari semua ini... Aku bahkan sudah bilang pada mereka bahwa aku ingin berhenti dari pekerjaan ku..." Kata Leo.

Seketika, ketika mendengar hal itu Noah menjadi terkejut tak percaya dan langsung terpaku tak bergerak.

"K... Kau bilang apa? K....k... Kau ingin keluar dari mana?"

"Ya dari sini lah, aku udah capek jadi kayak gini.... Lebih baik aku menjalani kehidupan bersama Caise, dia sebentar lagi lulus sekolah kan... Aku juga kemarin belum bertemu dia sama sekali...." Leo menatap sambil membayangkan Caise.

"Ini bukan mimpi kan.... (Jangan jangan aku tadi ketiduran... Jika dia keluar dari ini semua, seharusnya dia tahu resikonya.... Dia akan tertindas lagi....)"

"Ini memang bukan mimpi" Tatap Leo dengan wajah datar.

"Apa yang membuatmu akan keluar dari ini semua.. Hoi kau itu Choi.... " Noah menatap.

"Aku tak peduli.... Jika kau terus berpikir sama seperti mereka yang tak mau aku keluar, aku akan lebih memilih liburan saja kalau begitu..."

"Liburan?! E... Yeah.... Itu mungkin lebih baik dan jangan sekali kali keluar dari pekerjaan mu, memang nya kau akan kemana?"

"Yah paling tidak aku ingin ke hawai"

"Berapa lama?"

"Mungkin setahun...." Leo membalas dengan tanpa ragu membuat Noah terkejut. "Apa?! Setahun itu sangat lama!! Siapa yang mengerjakan pekerjaan mu selagi kau pergi!! Hoi, apa kau dengar aku!!!"

"Haiz... Aku tidak dengar, gantikan saja saat aku sedang pergi" Kata Leo sambil berdiri dan berjalan pergi.

"Leo.... Apa ini karena gadis itu" Tanya Noah dengan serius.

Seketika Leo berhenti berjalan dan tersenyum kecil. "Dia gadis yang menarik, aku mungkin bisa mengajak nya. ... Lagipula apa salahnya jika aku harus liburan bersama nya, kabur dari hukum keras kepala itu juga bakal nyaman.... Selagi dia tidak menyentuh Caise.... Aku juga tak akan kecewa..." Kata Leo, ia kembali berjalan.

Noah menghela napas pasrah lalu ponsel Leo yang ada di meja berbunyi, ia mengangkatnya. "Ya direktur, maafkan aku dia sedang sakit" Dia mencoba membuat alasan untuk Leo.