webnovel

Hanya karena itu?

翻訳者: Wave Literature 編集者: Wave Literature

Suasana yang akrab dan rasa aman kembali lagi. Chi Wan tahu bahwa tidak akan ada yang terjadi lagi.

Dia menyandarkan tubuhnya pada lengan Wen Mo. Lalu mengangguk dengan perlahan, "Aku bisa."

Wen Mo nafas lega. Jari-jari kakinya menggenggam pistol yang tergeletak di lantai. Dia kemudian menendang pistol itu ke udara menggunakan dengan punggung kakinya seperti menendang bola. Dengan cepat dia meraih pistol itu, lalu mengarahkannya ke orang yang jatuh ke tanah! 

"Siapa yang mengirimmu kesini?"

Pria itu tersenyum licik. Tangannya yang masih tidak terluka merogoh ke dalam pakaiannya….. 

Wen Mo yang berusaha melindungi Chi Wan menyuruhnya untuk segera mundur. Tapi terlihat pria itu telah mengeluarkan sebilah pisau tajam. Dengan kekuatan yang penuh pria itu pun menggorok lehernya sendiri! 

Darahnya berceceran, pria itu tumbang dan tidak lagi bernafas.

Chi Wan yang baru membuka matanya langsung melihat wajah pria yang terbaring da. tidak bisa berkata itu. Dia merasa seperti ada ledakan di kepalanya, seketika itu dia pingsan di lengan Wen Mo. 

Wen Mo melemparkan pistolnya. Dia khawatir dengan Chi Wan. Memanggil Qin Yu untuk segera datang. 

Dia menggendong Chi Wan masuk ke dalam mobilnya. Lalu kembali pulang ke Chuk Yuen.

Pembantu rumah tangga disana tertegun melihat Chi Wan. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar.

"Cepat pergi panggil Peter." Perintah Wen Mo.

"Baik, Tuan Muda."

Sekarang Wen Mo menatap Chi Wan yang sudah dibaringkan di tempat tidurnya. Wanita dengan wajah yang mungil itu tampak seperti orang yang hampir mati. Saat ini, suasana hatinya Wen Mo rumit dan tak karuan. 

Kenapa Chi Wan seperti itu?

Tadi dia bisa berdiri dan bahkan melarikan diri.

"Tuan muda kesayanganku. Aku datang menyelamatkan dunia!"

Peter berjalan masuk dengan membawa kotak obat. Dia melihat Chi Wan yang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur dan tiba-tiba mendengus.

"Ini bukan yang terakhir kalinya..."

"Lihatlah di sini."

Wen Mo terlalu malas mengatakan apapun padanya. Dia langsung menarik celana panjang Chi Wan dan melihat ada memar di kakinya yang ramping itu. Pandangannya memelas seperti menyayangkannya. 

Peter tidak bisa berkata apa-apa. "Cidera sepele semacam ini hanya membutuhkan obat kecil. Di malam yang besar ini kamu memanggilku hanya untuk ini?"

Wen Mo menyipitkan matanya, "Saya membayarmu dengan gaji yang tinggi bukan agar kamu hanya berdiri dan berbicara omong kosong."

Mimik wajah peter berubah seperti perutnya terlilit, dan ia pun langsung memeriksa Chi Wan. Ia meninggalkan sebotol obat dan beberapa salep untuk lukanya.

Hanya ketakutannya yang terlalu, tidak ada yang lebih! Ada juga cedera kulit! Apapun yang begitu mengkhawatirkan! Dia sangat ketakutan setengah hari itu. Dia berpikir ada sesuatu yang salah!

Wen Mo berkelahi dari awal hingga akhir. Dia terluka bukan pada wajahnya saja tapi belakang kepalanya juga.

Dengan tangannya sendiri, Wen Mo secara mengobati memar yang ada di kaki Chi Wan menggunakan alkohol. Dia menyentuh dan mengusap dengan perlahan pada lukanya. Sensasi sentuhan Wen Mo dan perihnya alkohol itu membuat Chi Wan tersadar.

Chi Wan menghela nafas lega dan langsung siuman!

"Jangan bergerak. Kamu akan segera membaik." Wen Mo menatapnya. Tanpa sadar, nada suaranya telah menjadi sangat lembut.

Kepala Chi Wan berkeringat merasakan sakitnya. DIa tidak mendengar suara Wen Mo sama sekali.

"Sudah."

Ia meletakkan salepnya. Wen Mo dengan lembut mengatur posisinya dengan baik.

 Chi Wan: "Terima kasih…."

Kamar tidur itu menjadi sunyi dan senyap. Wen Mo tidak tahu harus berkata apa, dan begitupun dengan Chi Wan. Semuanya terjadi hari ini dengan begitu mendadak, membuat Chi Wan agak malu dengan semuanya.

Wen Mo memandangnya dengan perasaan yang rumit dalam hatinya. Sejak Chi Wan datang, Wen Mo tidak pernah tahu bahwa dirinya akan merasakan emosi yang serumit itu.

"Kenapa?" Tanya Wen Mo untuk membuka pembicaraan. 

Seketika Chi Wan langsung menjawab, "Apanya yang kenapa?" 

Wen Mo bertanya lagi, "Kenapa kamu melawannya di depanku?"

Chi Wan menggigit bibir bawahnya. Pandangannya terlihat kosong. "Aku tidak ingin berhutang budi padamu."

"Hanya karena itu?"

Wen Mo pun berusaha mencari sesuatu yang menarik pandangannya, namun dia hanya melihat tubuh Chi Wan yang ramping dan mungil. Sangat sulit membayangkan tubuh sekecil itu dapat mengeluarkan kekuatan yang luar biasa.

Mengingat adegan itu, Wen Mo masih sulit untuk mempercayainya.