Hal pertama-tama adalah membeli tiket, mereka hanya diam, dengan kesal aku membayar tiket masuk mereka berdua. Sungguh pria yang miskin mengajakku ke sini tapi tidak mampu membayarkan aku batinku. Lalu aku langsung masuk kedalam dan banyak sekali orang yang sedang berlibur sepertiku. Ini adalah hari weekdays bukan weekend tapi kenapa banyak pengunjung batinku dengan kesal.
Kami melihat Jerapah yang sedang makan bersama anaknya, sebelum aku ke sini kami memang sering bersama Aldo untuk mengunjungi, tapi Aldo memutuskan untuk kuliah di jepang maka dari itu aku sudah tak pernah ke sini karena Aldo kuliah di sana dan juga karena kesibukan aku yang bekerja setiap hari.
"Aaaa dia udah punya anak!" aku terkekeh dengan geli saat melihat Jerapah yang sudah memiliki anak. Dari tahun ke tahun Jerapah ini susah memiliki punya anak bahkan beberapa kali keguguran menurut informasi yang ada di internet.
"Al, liat itu sangat lucu. Tinggi dia" pandangan aku langsung tertuju kepada anak Jerapah tersebut.
Lalu aku langsung mendelik saat Aldo menyentil dahiku dengan pelaan, "Namanya juga jerapah ya tinggi ogeb!" cibir Aldo.
"Ayo." Aku mengajak mereka berdua dengan raut wajah yang berseri-seri meskipun kakiku berjalan dengan sedikit terseok-seok tapi hal itu tak membuat aku berjlan dengan pelan-pelan.
"Sialan lo Nat," aku langsung menoleh saat bajuku di tarik dari arah belakang.
"Ishhh… apaan si Al?" tanyaku dengan menggerutu sedangkan Aldo menatapku dengan bersedakap dada.
"Lo ningggalin Farel. Kampret lo emang." Aku langsung mencari Farel yang tak terlihat batang hidungnya. Lah kemana itu bocah?" tanya sembari mencari keberadaan Farel.
"Lo kalau jalan pelan napa?" dia langsung berdecak dengan kesal dan menidal nomor Farel.
"Lo duduk dulu deh, kasian gua liat muka lo yang kaya orang hilang!" aku langsung mencabik-cabik bibir dengan kesal dan menuruti permintaan dari Aldo.
Cukup lama aku menunggu Farel dan akhirnya Farel Kembali datang dan menenteng plastik yang entah apa isinya.
"Lo kemana anjir?" tanya Aldo sembari menatap Farel yang langsung mendudukan diri di sampingku dan menyerahkan plastik.
"Snack!" jawaban yang singkat membuat aku langsung membuka plastic dan ternyata dia benar membeli makanan ringan sehingga membuat aku langsung bersorak dengan senang.
"Asik.. dapet darimana ini?" tanyaku dengan menatap ke arah Farel, Farel hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dariku.
"Ya sudah mau jalan lagi atau gimana ini?" tanya Farel dan aku langsung mengangkat kepala saat memakan wafer kesukaan aku.
"Hah?" mulutku langsung menghentikan kunyah dan menatap ke arah Farel, "Lo mau makan di sini atau gimana?" tanya Aldo dan aku melihat ke sekitar sepertinya makan snack di sini tidak cocok pikirk karena banyak orang yang berlalu Lalang yang sedang menatap kami bertigs.
"Lebih baik kita nyari tempat teduh dulu dan juga gua udah lapar," aku langsung mengunyah dan membawa plastic sedangkan Aldo dan Farel hanya mentap cengo atas sikapku namun samar-samar aku mendengar Aldo meminta maaf atas sikapku.
Kami makan ringan yang di bawa oleh Farel dan seperti biasa aku masih bermanja-manja dengan Aldo, dan Farel hanya penonton kami berdua. "Gimana kalian engga bisa kan?" pamerku kepada mereka yang tengah berusaha membuat gelembung dari permen karet.
"Udah deh kalian nyerah aja, lo pada engga bisa!" aku langsung terkikik dengan geli dan langsung meniup permen karet dan menghasilkan gelembung yang cukup besar.
"Lo masih lapar?" tanya Aldo kepadaku sehingga membuat aku langsung menggelengkan kepala.
"Engga terlalu juga si!" aku langsung melihat melmepar batu kea rah danau yang di isi oleh kudanil.
"Ngapa lo?" tanya Aldo, lalu aku menghembuskan nafas dengan kasar. "Ngapa." Jawabku dnegan singkat sedangkan Aldo malah berdecih, "Cih cewek bilang engga ada apa-apa. Ngga apa-apa."
"Bulshit, nanti kurang peka cowoknya dan yang di salahkan adalah cowoknya!" aku langsung terkikik dengan geli saat mendengar ucapan dari Aldo.
"Ya gimana ini urusan cewek. Lo engga akan mengerti!" jawabku dan memakan Kembali makananku dan langsung menawarkan kepada Farel.
"Engga mau." Aku langsung menganggukan kepala dan mereka berdua hanya diam memandang danau yang sedang di renovasi.
"Ini mau diam aja atau mau jalan?" tanya Farel lalu aku mengalihkan ke plastic yang mau habis.
"Eumm… lebih baik kita jalan aja daripada kita di sini, aku rasa aku akan menghabiskan semuanya jika kau berdiam diri di sini!" aku langsung meringgis melihat sampah yang lumayan banyak sedangkan Aldo sudah memutar bola mata dengan kesal.
"Bawa sampahnya!" dia langsung beranjak meninggalkan aku dan tak lupa dia langsung membawa plastic makanan yang masih belu terisi.
"Hey!!! Tunggu." aku langsung berteriak dan Aldo langsun lari terbirit-birit.
"Sialan lo pada." umpatku dan langsung terburu-buru memasukan kedalam tong sampah yang tak jauh dariku.
Kami memutar kebun binatang, meskipun tidak luas tapi ya setidak hal itu bisa membuat aku sangat senang. Aku melihat Gorilla, Gajah, Harimau, Babi tapi bukan Babi, Rusa, Unta dan masih masih banyak lagi hewan yang aku tidak kuketahui. Ada beberapa hewan yang membuat aku berfantasi hal itu adalah Rusa, jika aku melihat rusa hal yang membuat aku mengingat adalah train to busan, dan itu membuat aku sedikit takut tentang hewan tersebut.
Aku ingin melihat Anoa, tapi waktu utnuk berkunjung di kebun binatang sudah habis sehingga membuat kami langsung mengurungkan ke tempat sana.
"Ayo pulang!" ajak Farel sehingga emmbuat aku langsung mengerucutkan bibir dengan kesal.
"Mengapa kita sebentar mengkunjunginya?" tanyaku dengan tak terima dan Aldo langsung merangkul bahuku dengan mencubit hidungku dengan gemas.
"Kawan, lo engga ingat waktu datang ke sini, matahari sudah ada di atas dan lo masih tanya kenapa sebentar?" aku langsung memutar bola mata dnegan malas.
"Bahkan matahri aja sudah mau terbenam. Emang lo engga lapar?" tanya Aldo kepadaku lalu aku menghembuskan nafass dengan kasar.
"Ya lapar juga si," aku menghembuskan nafas dengan pelan dan mengusap perutku yang sangat datar.
"Ya sudah kalau begitu, ayo kita nayri makan," ujarku dengan mengapit lengan Aldo.
Akhirnya kami makan dengan ayam bakar, Aldo memesan ayam goreng dan aku bersama Farel memesan ayam bakar. "Akhirnya makan juga!" aku langsung menyantap ayam bakar tapi sebelum itu akau mengucapakan selamat makan kepada mereka berdua.
"Gila sambel nya enak banget!" aku langsung menyambar sambel tersebut dan aku langsung mengalihkan pandangan kea rah mereka berdua yang tengah mentapku.
"Kenapa?" aku mengangkat alis dengan raut bingung sedangkan mereka hanya menggelengkan kepala dan melanjutkan makan Kembali.
Dua puluh menit kami sudah makan siang meskipun telat tapi setidaknya kami sudah makan siang. "Jadi mau kemana abis ini?" tanya Aldo dengan emnatap kami bergiliran seketika aku langsung menyeringgai menatap ke arahnya.
"Jangan senyum kek gitu, jadi parno gua." Aku langsung memeukul bahunya dan dia langsung mendelik ke arahku.
"Rel, lo mau kemana?" dan Farel hanya menjawab dengan singkat seperti perempuan yang sedang mendapatkan pms. "Terserah lo pada!" aku langsung mendelik ke arahnya dan menggerutu dengan kesal 'Bagaiaman mungkin dia hanya diam saja bahkan dia juga hanya menjawab dengan simple' batinku berucap lalu aku langsung mengalihkan pandangan ke jam tanganku.
"Sepertinya kita harus segera pergi, sebelum kita ketinggalan bus!" ajakku dengan Langkah cepat, mereka mengikutiku di belakangku. Mereka berdua hanya memutar bola dengan malas saat tujuan bus adalah ke sisi utara yang berarti dia akan menuju ke pantai sehingga membuat Aldo langsung mencegah unutk aku masuk ke dalam.
"Lah ngapain lo masuk ke tujuan pantai?" aku berdecak dengan kesal lalu aku langsugn menyeret mereka berdua untuk masuk ke dalam.
"Ingat matahari masih ada, jadi lo engga lupa sama janji lo waktu dulu bukan?" Aldo hanya bisa menganggukan kepala dengan patuh, lalu pandangan aku tertuju kepada Farel, "Rel lo gpp kan kalau kita ke pantai?" tanyaku dengan pelan lalu dia hanya menatapku dengan sekilas dan menganggukan kepala.