webnovel

52

Aku dan Starla telah lulus di tahun 2008 ini.

Krisis akibat kredit perumahan yang macet di Amerika Serikat mulai merambah ke seluruh dunia. Tahun-tahun mencekam melanda hampir semua negara. Ini adalah krisis yang sangat buruk, bahkan bisa disetarakan dengan Great Depression pada tahun 1930-an.

Bank-bank di Amerika Serikat bertumbangan, disusul oleh bank-bank di negara G-8. Begitupun dengan pasar saham. Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat perusahaan-perusahaan gulung tikar. Sudah kubeli saham-saham dalam jumlah banyak untuk memanfaatkan keadaan ini. Di masa depan, harga-harga saham ini akan kembali naik.

Starla sedang berdinas ke Amerika Serikat untuk pelatihan awal pekerjaannya.

Aku pun memutuskan untuk berlibur ke Eropa.

Seorang perempuan Inggris yang dikabarkan merupakan pemandu wisataku menyambut kedatanganku di bandara.

Ia seorang perempuan berwajah Kaukasian berambut pendek blonde pixie. Ia jenjang, tapi tidak kurus.

"Halo Mr. Praditya, perkenalkan, saya Rachel Arlington dari Express, senang bertemu dengan Anda. Apa kabar?" ia mengulurkan tangannya.

"Luar biasa, senang bertemu Anda juga, dan bagaimana kabar Anda, Miss Arlington?" kusambut uluran tangannya.

"Panggil Rachel saja, dan kabar saya sangat baik," ia tersenyum.

"Oke Rachel, dan panggil saya Ferre saja,"

"Baiklah, Ferre, bagaimana penerbangan Anda?" ia membawakan mantelku.

"Nice flight, Anda sudah lama bekerja di Express?"

"Sekarang tahun kedua saya, dan ini merupakan kehormatan serta kebanggaan besar bahwa saya ditugaskan menyambut pembuat pesawat terkenal,"

"Anda terlalu memuji saya, Rachel,"

Ia tertawa.

"Jadi, bagaimana rencana Anda?" lanjutnya.

"Oh, saya hendak menyaksikan final Liga Champions dulu,"

"Ahhh... Chelsea melawan Manchester United kan?"

"Benar, Anda senang sepakbola?"

"Jiwa saya untuk Chelsea, Ferre,"

"Kalau begitu, ayo kita saksikan bersama?"

"Apakah tidak mengganggu Anda? Saya khawatir Anda ingin menikmati waktu sendirian menontonnya,"

"Ah, Anda sudah berbaik hati menjemput saya di bandara. Kini giliran saya membalas budi, mari,"

"Tidak apa-apa? Biasanya pemikir seperti Anda suka me time,"

"Anda sangat memahami orang, Rachel. Tapi biarlah kali ini saya menjamu Anda,"

"Oh, terima kasih banyak kalau begitu,"

Walaupun hasil final tersebut sudah pasti bagiku, tapi euforia stadion yang begitu menggema benar-benar mengoyak sanubariku. Pangeran William ikut datang menyaksikan.

Rachel tampak tidak peduli akan kedatangan pangerannya. Ia menyemangati pemain Chelsea, dan bersorak saat Frank lampard mencetak gol yang menyamakan kedudukan.

Beberapa hari kemudian baru kuadakan jumpa penggemar dan menandatangani novel-novel yang dibawa para penggemar Harry Potter. Rachel menemaniku hingga akhir, dan mengantarku ke bandara.

"Jadi, Anda akan ke Austria dan Swiss?" tanyanya saat melepasku.

"Benar, menyaksikan Euro 2008. Apakah Anda tidak berminat?"

"Saya sangat berminat, tapi sepertinya belum memungkinkan. Lagipula negara saya kali ini tidak berpartisipasi,"

"Ah ya, sayang sekali. Kalau begitu, sampai jumpa,"

"Ya, saya menantikan pertemuan kita lagi,"

Kami berjabat tangan, dan aku pun terbang ke Eropa daratan.

Seperti biasa, kumenangkan sejumlah besar uang yang jumlahnya menyamai budget film Mission Impossible dari taruhanku untuk setiap pertandingan, dan puncaknya pada kemenangan Spanyol di pertandingan terakhir.

***

Pada tahun ini, lahan taruhan yang baru telah kembali terbuka. Sejak setahun lalu, Barack Obama telah mulai dikenal. Starla sering sekali menonton pidatonya, terutama saat masa kampanye calon presiden Amerika Serikat.

"Kok kamu kayak nggak tertarik? Ini calon presiden Afrika-Amerika pertama, lho. Pasti menarik," katanya.

"Dia bakal menang, pasti,"

"Lawannya cukup kuat, McCaine,"

"Percaya padaku, dia pasti menang,"

"Kok kamu bisa yakin?"

"Lihat dari rekorku selama ini, kamu percaya kalo aku bisa salah?"

Starla memandangku.

"Ferre..." ia mengambil remote controller, mematikan pesawat televisi, lalu mengarahkan seluruh pandangan dan tubuhnya kepadaku.

"Ya?"

"Kamu ini... sebenarnya siapa?"