webnovel

28

Dengan berdebar kunantikan penerbangan pertama B-250. Semua desain dan proposal bisnis yang kubuat sebelumnya, telah terdaftar atas nama Papa. Desain yang telah disetujui dan diterima oleh Boeing telah melalui serangkaian uji coba.

Ini merupakan suatu pagi yang penting.

Aku tidak meragukan B-250 akan terbang di kesempatan perdana. Malah aku yakin ia akan terbang dengan mulus. Pesawat ini sudah pernah terbang sebelumnya, di kehidupan yang lain.

Tentu saja banyak pihak yang meragukannya. Ini pertama kalinya pesawat dengan kapasitas lima puluh penumpang dibuat. Sejumlah teror mental telah ditiupkan berbagai pihak, yang kuketahui berasal dari para pesaing Boeing.

Jika mereka benar, maka nama Papa dan almamaternya menjadi taruhan. Demikian juga sahabat Papa yang mempromosikan desain ini. Papa bisa kehilangan nama baik, bahkan mungkin pekerjaannya.

Isu tersebut kurang lebih juga memberikan ketegangan pada diriku. Bagaimanapun investasi yang ditanamkan untuk pesawat ini sudah sangat besar. Pemerintah Amerika Serikat tentunya turut andil dalam pembiayaannya.

Dengan tegang kuteropong pesawatku yang telah dinyalakan mesinnya. Suara gemuruhnya dapat kudengar, jauh lebih keras daripada orang lain mendengarnya.

B-250 telah memasuki Bandara Internasional Seattle-Tacoma. Ia melaju pelan, berputar arah, kemudian menuju landasan pacu. Mataku mengarah ke seluruh penjuru. Di suatu sudut, ada jajaran pimpinan Boeing, juga perwakilan kementerian pertahanan Amerika Serikat.

Uji coba ini tidak disiarkan secara langsung. Kami memutuskan untuk menerbangkan prototipe pesawat ini diam-diam, untuk menghindari risiko yang terburuk, yang pastinya akan menyenangkan untuk pihak-pihak yang sejak awal menghendaki kegagalan kami.

Aku menahan napas saat B-250 mulai berjalan. Pesawat ini telah melalui serangkaian pengujian, dan telah diuji terbang setinggi lima meter selama kurang dari sepuluh detik. Tapi tentu saja ia belum pernah terbang tinggi.

Kupejamkan mata, dan kupanjatkan doa. Sesekali kubuka mataku dan kulihat wajah tegang Papa. Kami bersama berdoa, dan aku percaya bahwa pesawat ini tidak akan gagal.

B-250 berjalan, lalu berputar untuk mengambil landasan panjang. Pilot McEvans memacu pesawatku tersebut, semakin kencang, dan semakin kencang.

Aku tidak bernapas.

Semakin mendekati batas kecepatan, lalu semakin kencang, dan saatnya pun tiba...

Ia terbang!!!

Kuhembuskan napasku kuat-kuat.

Semua ketegangan telah mencair.

Roda-roda pesawat B-250 telah terangkat dan menembus udara kota Seattle.

Gemuruh tepuk tangan menggema. Papa memelukku, lega. Kami bertangis-tangisan.

Sejumlah pejabat Boeing dan Kementrian pertahanan Amerika Serikat satu demi satu datang menghampiri, lalu menyalami dan mengucapkan selamat kepada Papa.

Pesawatku telah terbang dengan anggun. Ia melesat dengan kecepatan tinggi, dan kami monitor dari menara kontrol.

Satu jam kemudian, pesawatku telah mendarat dengan mulus. Semua orang yang ada di sana bertepuk tangan. Aku hanya bisa bersujud syukur.

Era keemasan baru saja tiba.