Melihat sikap nakal Hadyan, Tasia hanya bisa mendecih namun juga tidak kuasa menahan senyuman di balik bibirnya yang mengerucut manyun "Dasar pamrih!" gerutunya.
Namun Haydan tidak perduli. Ia hanya terus mengetuk-ngetuk sisi bibirnya sambil memejamkan mata.
Tasia kembali mendecih dengan kedua pipi merona. Bukannya ciuman yang membuatnya jadi malu, mereka sudah terlalu sering melakukannya, bahkan hal yang lebih dari itu. Namun sikap Hadyan yang jarang-jarang seperti inilah yang selalu sukses membuat wajah Tasia menjadi panas. Karena tidak mau berlarut-larut, akhirnya Tasia menurut saja pada apa yang Hadyan inginkan. Ia mendaratkan ciuman hangatnya pada bibir si ular.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください