webnovel

The Mistake (balas dendam)

Tak pernah terpikirkan oleh lyra, pemuda tampan, mapan dan seorang presdir lebih memilih ia yang punya wajah jelek dari sang kakak. Terlebih sebelumnya kedua orang tersebut berpacaran. Lalu siapa sangka niat Denes Alkhair adalah memilih ia hanya agar sang mantan kekasih, kakak Lyra menyesal lalu kembali padanya. Saat hari pernikahan, Lyra harus menanggung malu saat Denes bilang ingin menikah dengan sang kakak. Akhirnya Lyra sadar, ia hanyalah umpan basi. Kemunculan Martin Jinan yang sudah lama membenci Denes membuat Lyra terjebak antara pilihan sulit. Akankah Lyra menikah dengan Martin diiming-imingi pembalasan dendam pada keluarga Alkhair? Baca novel Raein23_Raein yang lain, Berawal dari Satu Malam dan Devil CEO and Stronger Girl.

Raein23_Raein · 都市
レビュー数が足りません
165 Chs

19 Capai Kesepakatan

"Nanti biar aku tanyain ke Arsy. Kalau dia tertarik ke Jane, aku bantu dia. Persis yang kamu pikirkan."

Yes, Lyra senang bukan main. Rasanya mau peluk Martin. Boleh gak?

"Aku mau peluk kamu, boleh?"

Mata Martin mengerjap lamat-lamat. Barusan Lyra bilang ingin peluk?

Bersikap manis?

Senyum Martin terlihat. Orang itu tatap lurus Lyra yang berubah total. Cantik. Sudah ia duga sang istri mitra with benefit lebih dari sekedar layak pandang, namun menawan.

"Kamu cantik, kemari, kita makan bersama. Ini kamu sendiri yang masak, aku suka."

Woh, langsung klepek-klepek?

So, Lyra sudah berhasil ambil hati orang tersebut?

Itu bagus.

"Terima kasih."

"Jangan senang dulu, masih banyak hal yang terjadi kedepannya. Aku boleh aja bilang suka ke kamu tapi manusia berubah-ubah."

"Maksudnya, kamu ingin selingkuh dan kasih tahu aku? Wah benar-benar suami idaman nih."

Hilang sudah nafsu makan Lyra. Bayang-bayang romantis langsung berganti hal buruk. Hah... bikin sakit hati.

Percuma dia bela-belain dandan, nyatanya gak terlalu berpengaruh. Sakitnya tuh disini, hati Lyra. Sakit. Hiks. Tuhan.

"Dasar, maksud kamu apa sih!? Mau selingkuh?"

Lyra bersikap random.

Martin terkekeh, main-main dikit langsung direspon serius. Nah model begini buat Martin greget.

"Gak kok, jangan berpikir aneh-aneh. Aku tetap untukmu."

Martin berhenti sejenak.

"Setidaknya untuk sekarang. Berusaha lebih keras, sweetie."

Lyra refleks usap dada. Kasar, kalau bisa ia kepengen ngamuk.

Makan hati terus, jalan bahagianya dimana nih?

Sudahlah, daripada galau mending Lyra makan. Saat galau nafsu makan orang itu nambah bukannya kurang.

Keren, mau gimanapun gak akan kurus si Lyra.

Perempuan tersebut terdiam di tempat oleh suapan tiba-tiba Martin. Untung gak salah sasaran. Kalau nanti nyuapin hidung, atau lubangnya gimana?

Lebih-lebih kena puppy eyes Lyra. Gak bisa terlihat imut lagi dong.

"Aish apa-apaan sih. Udah aku mau ke toilet dulu. Disini ada toilet gak?"

"Ada, di sebelah sana."

Lyra kebelet kencing. Bukan BAB, masa sih makanan baru masuk langsung dikeluarin aja. Yang lama belum 'diproses.'

"Hah..."

Saat keluar, tebak yang Lyra lihat?

Si pacar Martin tengah memeluk sambil nyelongsor nyium Martin. Aduh, gak tahu Lyra sensitif habis lihat kakak ipar sekaligus orang yang menipunya bercumbu panas?

Sekarang masuk pun disuguhkan scene tak bermutu?

Awas, Lyra ingin ngamuk!

Badak, devil, evil, monster, hantu dan makhluk asing alias alien. Keluarlah!

Lyra menjadi banyak hal tersebut diatas!

Lihat nih, Lyra bakalan mencak-mencak!

***

Sret.

Plak.

Belum lama di telepon Lyra bilang jangan ganggu suaminya lagi. Lalu orang tersebut sekarang main nyongsor, ya beginilah. Tamparan telak.

Si perempuan menatap marah ke Lyra. Dia dapat akses ke kantor, gimana Lyra gak ngamuk?

Lyra yakin, orang tersebut pastilah sering jadi tamu semi VVIP. Martin kan maniak, saat butuh pelepasan ya tinggal panggil. Kenapa sih gak mau main solo?

Sret.

Seperti yang sudah-sudah, belum lama, Lyra menangkis tangan orang itu yang ingin jambak rambutnya. Wajah Lyra khas orang kesal. Lalu, berlagak congkak.

"Sayang, tolongin aku. Masa sih kamu udah bosan? Kamu tahan sama hubungan serius? Aku rela jadi simpanan kamu. Kamu sendiri yang bilang gak mau terikat hubungan."

Aish, rasanya Lyra kepengen penggal leher orang gila tersebut. Mau main-main dengannya?

Wanita yang nawarin diri jadi simpanan?

Gak tahu malu!

Alhasil Lyra natap lebih seram dari yang awal. Tatapan terburuk yang pernah ia lakukan.

"Heh perempuan murahan, kamu pikir suami aku langsung klepek-klepek sama kamu? Kami pengantin baru, kalau mau nawarin, ya pas udah lama nikah dong. Kalau sekarang gak bakalan mempan," pungkas Lyra. Ia tak habis pikir, si perempuan hanya ingin uang. Yakin 100% deh.

Terus orang kaya mah bebas, banyak yang selingkuh oleh gak kuat nahan nafsu.

Detik berikutnya Lyra sadar. Ngomong apa sih dia?

Secara tak langsung memperbolehkan si 'perempuan hot' mengacau di rumah tangganya.

Matilah, Lyra. Cepat mati!!!

Nawarin orang ngacau.

"Satin, keluar dulu, nanti kita ketemu."

Senyum manis perempuan tersebut muncul. Ia dengan congkak mendongkrak ke Lyra. Seakan-akan bilang "look, l win!"

'Kamu cuman sampah!'

Agak kaget juga sih lihat penampilan Lyra lebih teliti. Cantik. Orang tersebut cuman gak mau berbenah, kalau ingin, banyak kok yang suka. Tinggal bisa atau enggak tebar pesona. Istilah kasarnya begitu.

Takut Martin marah oleh sikapnya, Satin pun langsung beranjak. Ya udah, yang penting dia dapat celah.

Kabur.

Sekarang tinggallah Lyra yang mencak-mencak. Ini maksudnya gimana sih!?

Huhu Lyra kesal. Angry!

"Kalau gak digituin dia gak bakalan minggat. Saat bertemu nanti, akan ku jelaskan ke Satin untuk tak menganggu. Aku mencampakkannya."

Sebegitu mudah Martin ngomong, bak membalikkan telapak tangan. Lyra tak habis pikir. Rasanya masih aja sakit. Hiks, tega.

Sama-sama perempuan, kalau Lyra yang dibuang semacam sampah, gimana!?

Gak mau!

"Ayo lanjut makan." Martin tawarkan hal lain ke Lyra.

"Kamu bilang hanya berhubungan ke satu orang selama belum bosan. Tapi apa yang aku lihat? Kamu bercumbu dengan orang lain saat aku sudah dandan. Kurang ya? Dasar manusia, gak pernah puas dengan yang ia miliki."

Tanpa bilang apapun, Martin tarik lengan Lyra untuk duduk dipangkuannya. Masih ada waktu manja-manja.

"Gak usah khawatir, aku bakalan jatuhin dia kok. Kan kamu istri aku."

Lyra tak merespon. Ia takut, selama hidupnya baru kali ini terasa semacam dipermainkan. Apa yang ada dalam pikiran Martin, Lyra cuman tahu ia takut.

Martin memasukkan satu sendok makanan dan mengunyahnya lalu tanpa aba-aba mencium sang istri. Saling berbagi makanan dalam mulut.

Lyra meringis saat gigi Martin tak sengaja gigit lidahnya. Orang itu gak sabaran. Sakit tahu!

Hati dan fisik sakit. Dasar.

"Akh, sakit."

Pangutan terlepas. Lyra tak habis pikir, orang itu kok rada-rada aneh?

Sakit banget tahu gak!!!

Orangnya cuman nyengir gak jelas yang entah karena apa, terlihat lebih tampan dari yang sudah-sudah. Saat pakai wajah datar aja masih tampan apalagi senyum.

Bisa buat kadar gula nambah.

Itu ceritanya biar Lyra gak marah lagi?

Begitukah?

"Jangan ngembek dong cantik. Sudah ku bilang, perasaan buat lemah. Kalaupun kamu menyukai seseorang, tak harus terlalu terikat. Posisikan diri sebaik mungkin."

Lyra terpaku, kenapa semakin dia ingin beranjak dari perasaan suka ke Martin, ia justru tambah terjebak?

Akibat kurang bisa menage pikiran nih. Padahal sudah sah-sah Martin brengsek, masih aja suka. Lyra pun tak paham dari mana perasaan laknat tersebut datang. Sejak kapan, Lyra tak tahu.

Lyra meringis saat ada yang mengganjal di bawah. Tepatnya pusat tubuh sang suami. Harus diserang habis-habisan sekarangkah?

Gak mau!

Ini kantor lho.

"Kamu ngerasa kan. Ayo, aku bisa main cepat."

Iya, Anda mah cepat tanggap soal itu, tapi selangkangan Lyra yang sakit. Pernah gak sih mikir gimana sakitnya perempuan. Coba gantian, biar bisa rasain.

Dasar lelaki maniak!

Lyra yang sulit, bukan Martin. Kalau orang itu sih tinggal menikmati saja.

*****