webnovel

Chapter 5

"Omma Olla, boleh aku bertanya sesuatu?"

Omma Olla masih sibuk dengan desain bajunya, dia adalah desainer yang jarang dikenal. Hanya beberapa orang yang mau dia terima untuk jadi kliennya.

Dia menutup diri dari media.

"Tentu saja putri."

"Apakah anda punya musuh?"

Dahi omma Olla mengkerut, tidak faham maksud dari pertanyaan sang Putri.

"Ah maksudku, aku membaca berita di media. Banyak sekali orang-orang yang masuk penjara karna bertengkar, dan karna banyak musuh."

Ya, putri akhir-akhir ini memang sering membaca tentang suatu hal yang berhubungan dengan hukum, keadilan, hak asasi, dan jalan keluar.

"Ah ituuu... Tergantung siapa kamu sayang. Kalo kamu adalah putri presiden, atau pejabat negara, pasti banyak yang mengincar nyawamu, tapi tenang saja, di dunia ini Raja arthur tidak terkenal sama sekali. Dan bertengkar lebih tepatnya memperebutkan sesuatu, entah kemenangan, atau sorak tangan. Kenapa kamu bertanya begitu? Apakah ada yang mengajakmu bertengkar di kampus?"

"Hanya bertanya saja."

Omma Olla kembali dengan kegiatannya.

"Di mana bibi Helena?"

"Di taman belakang, sedang bercocok tanam dengan pelayan, bosan hanya berdiam saja di rumah katanya. Padahal ayahmu menyuruh wanita itu untuk bisa menikmati kemewahan di bumi."

Omma Olla mengamati mimik wajah sang Putri, bertanya dalam hati. Apakah putri merasa ada yang mengikutinya? Atau penyihir itu tau tentang kedatangan keluarga raja langit yang turun ke bumi? Atau hanya hal biasa? Seperti banyak orang yang iri dengan putri, cantik , kaya, pintar, memiliki tubuh yang indah.

Bukankah hal seperti itu bisa memicu perkelahian? Dia tertawa dalam hati, seolah menantikan hal konyol terjadi dalam hidup putri.

***

UVA ramai dengan kegiatan pesta penyambutan mahasiswa baru, dirayakan di lapangan dekat fakultas sains.

Banyak yang sibuk ikut serta dalam penyambutan yang akan dilakukan 1 hari lagi, Belanda memiliki ciri khas dengan gaya Eropa. Dan tema pesta penyambutan adalah Disney. Wow..

Putri melangkah mendekati beberapa teman barunya yang sibuk duduk dirumput hijau, mengamati beberapa pria tampan yang lebih tua satu angkatan dari mereka.

"Lihat pria yang sedang memasang spanduk nama, wahhh hidungnya bagaikan menara di Paris."

"Ahh, lebih ganteng yang sedang menata kursi, badannya sangat nyaman untuk dipeluk."

Kara, Lyly, Chyntia, dan Davina sibuk dengan pemandangan yang membuat mereka betah berlama-lama di sini.

"Jess, kamu pernah pacaran? Gadis cantik sempurna sepertimu pasti banyak yang mengantri." ucap Lyly.

Jessica menggeleng, dia sibuk dengan ponselnya, menonton keindahan dunia, dan tempat-tempat keren di seluruh dunia.

"Kamu belum pernah pacaran? Wahhh rugi banget dong!!"

Jessica tak menggubris teman-temannya, dia sibuk dengan youtubenya.

"Kamu sedang apa sih?" menengok Jessica yang sedari tadi diam tak berkutik.

"Aku pingin ketempat yang ada di video."

"Sultan mah bebas." jawab mereka kompak.

***

Pesta penyambutan dimulai jam 8 malam, Halaman kampus dipenuhi dengan seluruh mahasiswa baru , dan beberapa senior, staff kampus, dan penjaga.

Jessica mengenakan tema Elsa, gadis yang memiliki kekuatan es.

Dia sangat anggun dengan gaun warna biru cerah, sarung tangan dengan manik-manik kristal, rambut yang digulung sebagian, melihatkan lehernya yang indah, liontin dengan manik berlian sebesar biji kacang polong, dan high heels putih.

Jessica menyapa Chyntia dan lyly. Mereka lucu dengan karakter Belle dan Ariel putri duyung. Pandangannya mengedar kearah kerumunan orang-orang yang mengelukan sebuah nama.

Arsen. Pria yang di atas panggung, menyanyi dengan gitarnya bersama band mereka, teman-temannya menarik jessica menuju keramaian.

Dia tidak berselera. Tubuhnya merasa dingin karna pakaiannya yang terbuka, dia keluar dari halaman. Ingin menenangkan tubuhnya dengan sentuhan ajaibnya.

Jessica menjauh dari keramaian, sejak datang dia mencari tempat yang lumayan sepi dan merasa tidak bersemangat. Jantungnya tiba-tiba terasa sakit, tidak tahu kenapa. Bahkan dia tidak mendengar suara nyanyian pria bernama Arsen dengan jelas.

Dia berkeliling mencari tempat untuk mengatur nafasnya, dan melihat air kolam belakang fakultas sains dekat taman yang tidak ada orang. Dia menyentuh air itu, membentuk pusaran kecil, mengusap ke wajahnya yang berpeluh.

Dia mengatur nafasnya. Angin berhembus lebih kencang, kulitnya merinding.

Sayup-sayup terdengar suara..Shyuuuuu...

Jantungnya terasa lebih nyeri, dia mencengkram lututnya, berkomat-kamit mengucapkan mantra. Menyilangkan kedua tangan, berkonsentrasi untuk menghubungi Kak Alaska.

Bayangan hitam terlihat mendekat, tubuh putri membatu. Kakinya terasa kaku untuk digerakkan.

"Siapa kamu?" tanya putri dengan berteriak. Lengang. Tidak ada jawaban.

Dia terus menghubungkan telepati dengan kak Alaska. Terhubung.. Cahaya putih mengkilat membius nya, kemudian dia terbangun lagi. Jiwa kak alaska sudah merasuki tubuhnya. Plop.

Bayangan hitam itu menghilang. Putri terduduk di lantai, mengusap dahinya yang berkeringat, dia sering diserang dengan bayangan-bayangan aneh di istana. Tapi kali ini, jantungnya merespon terlalu cepat.

Suara langkah kaki terdengar, hembusan nafas terdengar lirih. Bayangan manusia terlihat duduk di ujung dinding, berjarak 5 meter darinya.

Apa bayangan itu lagi. Asap mengepul, melayang ke udara. Uhuk-uhuk, asap itu membuat tenggorokan sang Putri terbatuk-batuk.

"Hey!"

Ucap seseorang.

Pria itu. Pria yang tadi menyanyikan sebuah lagu di panggung.

Pria itu mendekat, putri terdiam menatap pria yang berjalan ke arahnya. Mau apa dia?

"Lu ngapain di sini?"

Klik. Pria itu menyalakan senter kecil, menyoroti wajah cantik putri. Tangan putri terangkat menutupi wajahnya yang tersorot, pria itu diam beberapa detik.

"Maaf sudah mengganggumu."

Putri pergi begitu saja melewati pria yang diam tak berkutik didekatnya.

Sttttt.. kaki putri terpleset kantong plastik, pria itu menangkapnya. Dan cup.

Badan putri menindih pria itu, bibir mereka bersentuhan. Pria itu merengkuh punggung putri.

Ciuman putri di bumi, dengan Arsen. Senior kampus yang jadi pria populer di kalangan para gadis.

Putri segera berdiri, berlari dan meninggalkan pria itu yang masih tergeletak di tanah.

Hah!? Tadi itu apa?.. Pikir putri. Jantungnya tidak merasakan sesuatu, tapi dia gugup setengah mati.

Arsen bangkit, Dia mengusap bajunya yang kotor. Berlari menyusul gadis yang mengecup bibirnya, tapi putri sudah hilang. dia mengambil liontin yang terjatuh.

"Ke mana dia? Apa dia mahasiswi baru?"

Arsen mengusap bibirnya, aneh. Padahal ini bukan yang pertama baginya, kenapa kecupan tadi rasanya sangat manis???

Putri segera melajukan mobilnya, teman-temannya menelpon puluhan kali. Dia tidak betah berlama-lama di sini, badannya terasa sakit, terutama jantungnya.

Dia ingin bertanya pada bibi Helena dan paman Nicholas. Apa yang mengikutinya tadi. Bahkan dia melupakan ciuman pertamanya dengan pria yang tak dikenal. Mobil melaju dengan cepat.

Putri langsung menemui bibi Helena, menceritakan hal aneh yang terjadi padanya.

"Tapi putri baik-baik saja bukan?"

Putri mengangguk, tak peduli keadaannya sekarang. Rasa penasarannya memuncak, dia mendesak bibi Helena untuk memberi tahu apa yang sedang terjadi.

"Dulu saat usiamu 10 tahun yang, putri pernah jatuh sakit karna melihat bayangan hitam seperti yang terjadi barusan. Kita sudah memanggil tabib istana, dan paman Nicholas. Tapi, kata paman nicholas, putri sedang menerima kekuatan baru. Dan memang rasanya sakit. Coba putri gerakkan tangan putri, apakah ada perubahan? Dulu putri bisa menghilang setelah melihat bayangan hitam yang mendekati putri sepuluh tahun yang lalu."

Putri jessica menggerakkan tangannya keudara. Tang! Lampu meredup. Omma Olla berteriak marah karna sedang sibuk dengan komputernya.

Tang! Lampu menyala lagi.

"Putri, putri bisa menyerap cahaya!"

Putri tampak bingung, dan masih tidak percaya.

"Anda adalah keturunan murni dewa langit putri, dan aku tidak heran melihat kekuatanmu hari ini, bisa saja nanti putri terbang ataupun bertransformasi menjadi sesuatu yang menakjubkan."

Putri mengangkat tangannya lagi, mengerjai omma Olla dan terdengar suara omma olla yang marah-marah.

"Ah.. Bibi, aku mengalami hal aneh."

"Apa lagi yang terjadi putri?"

"Aku mencium seseorang."

...Hening.