Semua orang tengah ribut, kabar bahwa sang Kaisar mendatangi akademi membuat para murid berbondong-bondong untuk melihat wajah sang Kaisar. Mereka jelas bisa melihat dari jendela kesal yang menujukkan kereta sang Kaisar yang tengah berhenti di depan akademi.
Tapi berbanding terbalik bagi Rimonda dan Ramon yang saling bertatapan dengan raut wajah tidak nyaman. Tidak ada yang tau alasan sang Kaisar datang ke sana dan hal itulah yang membuat semua orang penasaran "kalian tidak menyambut Yang Mulia Kaisar?" tanya Caesar menatap Ramon yang menggeleng.
"Itu tidak ada gunanya"
Rasanya ada yang salah, tapi Caesar tidak tau apa itu dan dia tidak cukup berani untuk bertanya. Tentu saja Caesar langsung memilih diam menatap ke arah murid yang meributkan bagaimana wajah sang Kaisar yang masih tampan di umurnya yang sekarang.
"Hei.." suara itu membuat Caesar menoleh menatap seorang pria yang dia tau sudah menolongnya kemarin.
"Oh.. kau ke sini!" Caesar terkejut menatap tidak percaya pria itu yang mengangguk.
Mereka jelas berbeda kelas dan ini masih jam pelajaran membuat Caesar jelas yakin bahwa pria ini membolos atau dia memanfaatkan kedatangan Kaisar untuk pergi dari kelasnya. Entah yang mana jawaban yang benar tapi Caesar tidak peduli di kembali melirik si kembar yang menatap tajam ke arah pria itu.
Ah.. benar mereka belum saling kenal dan rasanya Caesar harus mengenalkan mereka berdua sekarang "dia temanku juga" ucap Caesar membuat si kembar melirik pria itu sebelum tersenyum ramah.
"Oh.. begitukah!"
"Saya Richard, salam kenal pada Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri" ucap pria itu membungkuk memberi salam dengan sopan.
"Jangan lakukan hal seperti itu" sahut Rimonda tidak menyukai seseorang merendah pada mereka.
Richard tersenyum, tentu rumor yang beredar tentang si kembar sudah dia dengar. Tapi dia tidak menyangka bahwa banyak orang yang malah menjelekkan mereka di saat keduanya begitu ramah pada rakyat biasa. Sepertinya memang banyak yang membenci kehadiran mereka walau Richard sendiri tidak tau alasannya.
"Senang berkenalan denganmu panggil aku Ramon seperti Caesar" ucap Ramon mengulurkan tangannya menyambut Richard yang membalas uluran tangan Ramon.
"Kau juga panggil aku Rimonda saja" sahut Rimonda menatap Richard yang mengangguk.
"Yang Mulia Pangeran dan Yang Mulia Putri"
Suara dari arah pintu membuat mereka berdua menoleh menatap seorang profesor yang memiliki pangkat tinggi datang pada mereka. Keduanya kebingungan tapi tetap bersikap biasa saja sampai profesor itu mendekat dan langsung membungkuk sopan membuat keduanya menghela nafas.
"Katakan ada apa?" ucap Rimonda dengan nada kurang bersahabat, mungkin tidak terlalu terlihat tapi Ramon dan Caesar tau jelas bahwa Rimonda tengah kesal sekarang.
"Yang Mulia Kaisar ingin menemui anda berdua, jika Yang Mulia berkenan saya akan mengantar anda berdua menemui beliau"
Keduanya kembali menghela nafas, rasanya sang kaisar datang ke sini bukan hanya untuk melihat tempat ini. Ternyata dia berniat bertemu dengan mereka, sepertinya ada hal yang ingin sang Kaisar katakan pada mereka. Tapi keduanya tidak tertarik mengingat sang Kaisar yang begitu membuatnya kesal.
Tapi mereka tidak bisa menunjukkan bahwa hubungan keduanya dengan sang Kaisar tengah buruk. Jelas mereka tau apa yang harus mereka lakukan sekarang, dan si kembar langsung mengangguk dan berjalan meninggalkan kelas mereka di ikuti profesor itu.
Keduanya terus berbincang di dalam pikiran mereka mengabaikan beberapa murid menatap keduanya dengan pandangan kagum. Kedatangan sang Kaisar ke sini dan mengatakan ingin bertemu dengan mereka langsung menutup rumor bahwa si kembar tidak di sayangi sang Kaisar.
Walau masih saja ada yang mengelak dan masih merendahkan si kembar, mengingat mereka jelas tau hal itu sejak dulu. Siapa lagi kalau bukan Putri Duke yang melihat sendiri kehidupan si kembar di Istana Kekaisaran. Tapi keduanya tidak peduli dan langsung mempercepat langkah mereka.
Manik mereka menatap kedua pengawal yang selalu mengikuti sang Kaisar yang membuka pintu untuk mereka. Ah.. rasanya menyebalkan ini kembali lagi dan mereka langsung masuk menatap sang Kaisar yang tersenyum. Keduanya membungkuk memberikan salam pada ayah mereka.
"Salam pada Yang Mulia Kaisar"
"Duduklah"
Keduanya langsung duduk menatap berbagai jenis camilan dan teh yang tersaji rapi di atas meja. Rasanya mereka akan mendengar hal yang membosankan sekarang "bagaimana kabar kalian, aku dengar kalian membolos kemarin"
Sepertinya sang Kaisar datang karena kabar mereka membolos dari mata-matanya itu. Kalau tidak memang apa, bukankah sang Kaisar begitu sibuk untuk mengurus mereka yang menjadi begitu buruk untuk seorang keturunan Kekaisaran. Tapi kenapa untuk mengurus hal seperti itu harus sang Kaisar yang turun tangan.
Rasanya ada sesuatu yang membuat sang Kaisar datang meluangkan waktu sibuknya, tapi mereka tidak tau apa itu dan hanya bisa menduga-duga saja sejak tadi "katakan saja apa yang anda inginkan" dan Rimonda tidak akan menunggu sampai sang Kaisar mengatakannya langsung.
Sang Kaisar menghela nafas, tau jika inilah yang akan di dapatkan. Untung saja pintu ruangan sudah di tutup dan hanya ada mereka saja di sana. Jadi Rimonda tidak akan bersabar untuk sekarang "jangan basa-basi, itu menyebalkan!" lanjut Rimonda menatap sang Kaisar yang mengangguk paham.
"Apa kalian menginginkan tahta"
Si kembar terkejut dengan berbagai pemikiran yang mulai ribut, rasanya seperti ada sebuah kesempatan bagus untuk mereka sekarang. Dan mereka jelas akan memanfaatkan hal ini "apakah anda mulai mengamati kami, rasanya tidak mungkin anda datang ke sini hanya untuk mendengar hal ini saja"
Ramon melirik Rimonda yang tersenyum miring, ucapan Ramon tentu saja benar dan ini sangat menyenangkan untuk di lihat.
"Bukankah kalian dekat dengan Kesatria Kuil Suci, aku tau kalian mengincar tahta sekarang" sahut sang Kaisar membaut keduanya tersenyum miring.
"Ternyata benar, kau memata-matai kami. Baiklah, jika begitu tidak ada yang perlu kamu tutupi lagi bukan. Iya! Kami mengincar tahta dan akan menjatuhkan anak kesayangan kalian itu! Bagaimana apa kau tertarik untuk mendengar sebuah cerita?"
Memancing adalah kebiasaan Rimonda dan dia akan melakukan hal yang sama pada ayahnya sendiri. Memang apa pedulinya jika sang ayah akan merasa kesal padanya, bahkan Ramon saja duduk tenang dengan secangkir teh di tangannya sekarang. Tentu dia akan mengamati saja bagaimana kembarannya menyelesaikan masalah kali ini.
"Aku tau kau begitu tertarik pada kekuatan ini tapi apa kau tidak ingin bertanya kenapa kami mendapatkan kekuatan ini dan kenapa bukan anak kesayangan kalian itu!" Rimonda tidak akan mengatakannya dengan mudah tapi inilah hal yang harus dia lakukan untuk mengetahui isi pikiran sang Kaisar saat ini.