webnovel

The Knight: Hero of War

Setelah perang bersejarah melawan Iblis usai dengan kemenangan oleh para Pahlawan, kini generasi penerus para pahlawan telah lahir namun terdapat tanda-tanda perang bersejarah itu akan terulang kembali dengan bangkitnya kembali Raja Iblis.

Affand · ファンタジー
レビュー数が足りません
16 Chs

Dunia Baru

Hari itu langit tampak cerah sekali di musim semi, angin bertiup sepoi mengiringi rombongan yang berjalan di tengah padang rumput yang hijau. Sesekali rombongan itu terhenti akibat jalan yang rusak setelah pertempuran kemarin, melihat hal itu mereka bergotong royong untuk memperbaiki jalan. Sesudahnya rombongan tersebut melanjutkan perjalanan tanpa berhenti untuk istirahat sejenak. Danis yang masih tampak semangat berlarian sana-sini sambil kagum melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, sedangkan pasukan lainnya sudah tampak kelelahan.

Danis tampak berseri-seri. "Waaa!! pulau langit! tanaman aneh! bahkan hewan-hewan disini unik!!"

Vera memandang Danis dengan heran. "Aku belum pernah melihat orang yang punya banyak stamina seperti dia."

"Percayalah ... dia akan seperti itu sampai nanti malam," ucap Roy.

Vera terkejut. "T-tidak mungkin."

"Hei Roy! apa kamu membawa handphone? sepertinya tempat ini bagus untuk difoto." tanya Danis dengan semangat.

"Dengar, jika aku membawa handphone sudah dari tadi kugunakan." jawab Roy.

"henfun?" Bingung Vera.

"Kamu tidak akan percaya dengan apa yang akan ku katakan tentang mesin serba guna seukuran tangan manusia," kata Roy

Vera menjadi ragu. "Ee.. kurasa tidak."

"Bagus, sekarang diam dan tetaplah berjalan." Balas Roy.

Sambil berjalan Danis memperhatikan Feria yang berada di dalam kereta kuda. Kemudian Danis bertanya semenjak kejadian itu kenapa Feria mau melepaskan statusnya sebagai tuan putri kerajaan? Vera lalu menjelaskan bahwa setiap kaum bangsawan dari kerajaan lain tidak boleh melewati perbatasan kerajaan lain dengan seenaknya selain untuk urusan politik dan itupun setiap pergerakan bangsawan dikerajaan lain harus dibatasi. Danis mulai paham dengan penjelasan Vera meskipun dia tidak tertarik dengan urusan politik.

"Kenapa dia tidak berjalan kaki seperti kita?" tanya Danis lagi.

"Meskipun gelar bangsawannya sudah dicabut, bagi kami dia tetap Tuan Putri di Kerajaan ini." jawab Vera.

Danis melirik Feria. "Hee.. padahal jalan kaki itu sehat."

Vera yang mulai kelelahan. "Stamina Tuan Putri tidak sama denganmu, ughh berbicara terus menerus membuatku semakin lelah."

"Pasukan berhenti! Waktunya istirahat sejenak!" Teriak Erine.

Vera dan Roy merasa lega. "Akhirnya!"

Beberapa pasukan Centaur meregangkan otot mereka dengan duduk di atas rerumputan dan sisanya berjaga-jaga mengawasi sekitar. Feria dan Kapten Erine sedang berbincang mengenai tempat yang akan mereka tuju.

"Apa tempat yang akan kita datangi masih jauh?" tanya Feria.

"Kita akan sampai disana sebelum matahari tenggelam. Apa kamu ingin berjalan-jalan denganku sebelum kita melanjutkan perjalanan?" Erina mengulurkan tangannya.

Feria langsung berbalik badan. "Tidak terima kasih, sebaiknya kakak menyimpan tenaga untuk perjalan selanjutnya."

"Ayolah.. aku masih punya banyak tenaga, jangan khawatir." Erine menarik-narik tangan Feria.

Dibawah pohon yang rindang Danis, Roy, dan Vera sedang duduk istirahat sambil melihat sekitar.

Roy berbisik. "Pst.. hei Dan, bagaimana menurutmu dengan perempuan Centaur itu."

Sambil memperhatikan, Danis berkata. "Hmmm.. dia pasti kesusahan menggaruk pantatnya karena memiliki badan seperti itu."

"Hmm.. mungkin saja dia menggaruk dengan pohon.. Eh! bukan itu yang ingin kutanyakan!" Kesal Roy.

Mendengar percakapan Danis dan Roy, Vera langsung memukul kepala mereka sampai benjol "PLAKK!"

Roy kesakitan."AGHH!! apa-apa'an sih?!"

Vera dengan ekspresi menakutkan. "Sebaiknya jaga mulut kalian!"

Danis yang benjol. "Dasar Roy."

"Kamu juga!!" Teriak Roy.

Mendengar keributan itu Erine berkata. "Sepertinya mereka sudah saling akrab."

"Sepertinya." Sambung Feria.

Tak lama kemudian salah satu pasukan Centaur Erine memberi peringatan. "Sst! ada sesuatu mendekat!"

Merasakan hal yang sama Erina mulai memperingatkan kepada rombongan. "Semuanya waktu istirahat sudah habis, siapkan posisi kalian dan tetaplah awasi sekitar!"

"Tunggu dulu! apa yang terjadi?" tanya Roy.

"Ada monster yang ingin mendekat kesini." Jawab Vera.

Roy yang masih tidak percaya. "Monster katamu? apa kamu yakin?"

"Sangat yakin karena pasukan Centaur Erine itu sangat terlatih ditambah dengan aku seorang pemburu, apa kamu mau protes juga?" ucap Vera sambil melihat Danis

"Tidak aku hanya mau bertanya apa tempat ini biasanya dikelilingi Monster?" ucap Danis yang penasaran.

"Hmm.. kurasa tidak, mungkin Monster-monster itu berasal dari hutan Ferontire yang sudah terbakar." Balas Vera.

"Jadi begitu, hei Roy ... sebaiknya kita berada di barisan depan." Danis berlari.

Roy mengikuti Danis. "Tunggu aku!"

"Sebaiknya aku mengikuti mereka berdua supaya mereka tidak membuat masalah." Susul Vera.

Akhirnya rombongan itu meneruskan perjalanan mereka sampai tujuan yaitu Hutan Ferontire. Matahari masih terlihat meskipun tertutup awan, rombongan itu akhirnya sampai di perbatasan Hutan Ferontire yang terlihat rusak parah. Pepohonan tampak tumbang dengan bekas kebakaran yang masih tercium saat melewati jalan disertai banyaknya tumbuhan yang mati dan gersang. Sesampainya di tempat penampungan korban, mereka disambut dengan banyaknya korban luka bakar. Pertolongan dari Kerajaan dan dari Serikat sudah diterima namun mereka masih menghadapi sebuah masalah baru.

"Untunglah kalian datang tepat waktu." Sambut Basta.

"Basta, apa ada laporan baru?" tanya Erine.

"Sebaiknya kita membicarakan ini dengan Kepala Desa." Basta terlihat resah.

Feria turun dari kereta kuda. "Aku akan ikut kalian, tunjukkan jalannya."

Basta kaget dengan kehadiran Feria. "T-Tuan Putri?! kenapa bisa disini?!"

"Ceritanya panjang, sebaiknya kamu lakukan apa kata Tuan Putri," ucap Erine.

Basta dengan sigap menunjukkan jalan. "S-siap! lewat sini."

Gerombolan yang tiba di Desa Hutan Ferontire akhirnya memulai kesibukan mereka masing-masing dengan membangun tenda, menyiapkan makan, dan bahkan membantu merawat korban terluka.

Vera berbicara di depan Danis dan Roy. "Kalian berdua ikut aku mengumpulkan kayu bakar dan jangan sampai membuat masalah, mengerti?"

Danis dan Roy tidak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Vera karena mereka berdua terpaku dengan pemandangan yang belum mereka lihat sebelumnya.

Danis yang berseri-seri. "Whoaa.. tempat macam apa itu?"

"Entahlah, yang jelas itu bukan pulau." jawab Roy sambil terpaku.

Vera yang merasa kesal karena perkataannya dihiraukan akhirnya dia menyubit telingan Danis dan Roy lalu menyeret mereka ke dalam hutan untuk mencari kayu bakar.

Roy dan Danis yang kesakitan. "Ad-aduh duh duh!"

Disebuah tenda besar terlihat manusia setengah hewan yang sudah rapuh sedang menulis beberapa laporan tentang keadaan Desa saat ini.

Basta kemudian masuk dan memberi hormat kepada Kepala Desa yang rapuh itu. "Pak Goto, tuan putri Feria telah hadir bersama Kapten Erine."

Goto tampak terkejut dengan kabar itu. "T-Tuan putri ?! silahkan masuk!"

Feria dan Erine pun masuk dengan memberi salam, lalu mereka meminta untuk penjelasan tentang laporan terkini. Pak Goto menjelaskan dengan melampirkan surat-surat mengenai apa saja yang ia terima untuk membantu warga Desa yang terkena musibah.

"Terima kasih dengan sebesar-besarnya atas bantuan dari Baginda Raja yang bisa mencukupi kami saat ini dan selebihnya kami mendapat bantuan dari Serikat lokal maupun Serikat luar."

"Serikat luar?" tanya Feria.

"Benar, kami mendapatkan bantuan berupa makanan dari Serikat Crystal dan ..."

Feria memotong pembicaraan Pak Goto dengan kesal. "Serikat Crystal?! kenapa mereka tau tentang keadaan kerajaan ini?! Basta!"

Basta terkejut. "I-Iya?!"

"Apa anggota Serikat Crystal masih ada disini?!" Feria menatap Basta dengan tajam.

"M-Mereka sudah pergi sejak pagi tadi," ucap Basta dengan keringat menetes.

"Khh!! ternyata aku telat." Feria kesal dengan memgang kepalanya.

"K-Kenapa Tuan Putri terlihat kesal?" Bisik Basta.

"Jangan dipikiran, Tuan Putri mempunyai saingan berat dari Serikat Crystal." Bisik Erine.

"ooo"

"Apa ada lagi Serikat luar yang membantu Desa ini?" tanya Feria lagi.

Pak Goto yang terlihat gugup. "Y-Ya, Bantuan berupa material dengan tenaga medis dari Serikat Asgard."

Feria seketika menjadi senang. "Serikat Asgard?! apa kakek Orvin ada disini?!"

"Dia masih belum sampai kesini dan katanya dia ingin pergi ke suatu tempat dulu."

Feria terlihat sedikit kecewa. "Yaa.."

Pak Goto terlihat resah. "Padahal aku ingin meminta bantuan darinya karena kami baru saja mendapatkan masalah baru."

"Ada masalah apa?" tanya Erine.

"Makhluk suci Penjaga Dungeon Reruntuhan Menara Putih.. Unicorus akan terbangun dari hibernasinya di musim semi ini setelah 20 tahun lamanya. Jika dia melihat area hutannya terbakar dia jelas akan marah dan mengamuk. Itu akan membawa bencana di Kerajaan ini dan kita tidak bisa seenak saja membunuhnya karena itu juga akan berdampak buruk bagi Hutan Ferontire." jawab Basta.

Feria ingat akan sesuatu tentang Unicorus. "Hmm sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, kalau tidak salah ada seekor Monster yang tidak bisa dijinakkan oleh Papaku."

"B-Benar, Unicorus adalah salah satu Monster terkuat dari dataran Ferontire," ucap Erine.

"Hanya Orvin yang bisa membuatnya tidur lagi dalam 10 tahun dan juga kami di sibukkan dengan para Bandit yang berkeliaran saat mendengar kalau Desa ini menerima banyak bantuan dari Kerajaan maupun Serikat." Sambung Pak Goto.

"Ughh!! Bandit-bandit itu!" ucap Basta yang kesal.

Di sisi lain Vera, Roy, dan Danis sedang mengumpulkan kayu bakar untuk persiapan nanti malam. Danis yang merasa penasaran tentang banyak hal yang baru ia lihat di Dunia ini akhirnya membawa banyak hewan aneh dari hutan untuk di tunjukkan ke Vera.

"Vera lihat, ini apa?" Danis menunjukkan hewan aneh.

"Itu Katak." ucap Vera sambil mengumpulkan ranting pohon.

"Heh? ternyata katak di dunia ini bentuknya bulat. kalau ini?" Danis menunjukkan hewan aneh lagi.

"Itu Domba." ucap Vera.

Danis terkejut. "Domba katamu?! bahkan mukanya tertutup dengan bulu yang lebat."

"Berhentilah bermain-main! matahari sudah mulai terbenam dan kita masih belum cukup mengumpulkan kayu bakar!" Bentak Vera.

"Dengarkan itu Danis." Roy duduk sambil memakan buah.

"Kamu juga!" Vera marah.

"Hmm baiklah, ini pasti Ayam." Danis memegang makhluk aneh.

"Terserahlah ... t-tunggu dulu itu anak Cockatrice! Danis cepat lepaskan!" Teriak Vera.

"Ekh?!"

Hampir saja Danis tergigit oleh ular yang menyamar menjadi ekor dan seketika Danis menarik ekor ular itu dan melempar anak Cockatrice sampai terbang menjauh.

"Tadi itu hampir saja, terima kasih Vera." ucap Danis.

"Baguslah kamu tidak apa-apa."

"H-Hei kalian coba lihat disana." Roy menunjuk ke arah dalam hutan.

Danis dan Vera menoleh dan tampak dari kejauhan terdapat banyak monster yang berkeliaran mengintai dari balik pohon dan semak hutan.

Vera yang terkejut. "A-Aku lupa kalau sekarang adalah musim kawin monster-monster itu."

"Uwaa aku ingin memelihara salah satu dari mereka!" Danis melompat lalu Roy menariknya.

"Jangan becanda! sekarang kita cepat menuju Desa dan beri tau semua!."

Roy menyeret Danis lalu berlari bersama Vera menuju Desa, selama pelarian mereka dikejar oleh segerombolan monster-monster itu.

"Roy! gunakan dinding tanahmu! Danish! keluarkan kekuatanmu!" Teriak Vera.

"Aku tidak bisa konstentrasi saat ini, perutku masih lapar!" Teriak Roy juga.

"Aku juga." Ucap Danis yang diseret oleh Roy.

Vera marah-marah. "Dasar kalian! sial kalau saja aku bawa air minumku, hutan ini terlalu gersang!"

"Roy bisakah kamu berlari cepat? sepertinya mereka mengejar kita." Ucap Danis sambil menunjuk ke monster yang mengejar.

"Kalau ingin lari cepat gunakan kakimu sendiri untuk berlari!!" Roy kesal.

"Gawat kalau mereka terus mengejar kita, itu akan membahayakan Desa."

Danis melepaskan diri dari Roy. "Aku akan memancing mereka, kalian teruslah sampai ke Desa."

Vera dan Roy berhenti lari. "Tapi!"

"Percayalah." Danis menoleh.

"Aku akan cepat menyusulmu!"

Vera dan Roy melanjutkan pelarian mereka dengan Danis yang menjadi umpan supaya gerombolan monster-monster itu tidak memasuki area Desa.

"HEII KESINI!!"

Danis memancing monster-monster tersebut menuju kedalam hutan dan sesampainya disana Danis terkepung.

"Bagus sekarang aku terkepung di tempat yang aneh ... hmm sepertinya ini reruntuhan."

"GRAA!!"

"Eh!!"

Danis langsung menghindari serangan tersebut, tak disangka dia menginjak sebuah batu teleport yang langsung mengirim Danis ke tempat lain dan membuat monster-monster itu kebingungan .

"Ayo kalian semua maju sini!! lho dimana monster-monster itu? aku ada dimana ini?! aku tersesat!!"

Danis berada ditempat yang luas bewarna putih penuh dengan tiang dengan lantai yang digenangi air disertai tetesan air dari atas. Saat danis menoleh dia dikejutkan oleh seekor monster raksasa yang tertidur dengan bentuk seperti kuda bertanduk satu dengan bulu putih bersinar dan dikelilingi seperti kabut.

"Wadu."

Di tempat lain tampak seorang pria tua berjubah serba putih yang tengah duduk di sebuah puing-puing menara. Dia menatap pada lukisan dinding yang sudah terbelah dan di tengahnya terdapat sebuah senjata yang tertancap di sebuah altar. Kemudian pria tua itu memukul tongkatnya ke bawah sebanyak dua kali. "Tok! Tok!"

"Salam kawan lamaku, maaf aku sudah membangunkanmu dari mimpi indahmu. Ini aku Orvin, kamu pasti kaget melihat penampilanku tidak berubah sama sekali saat kita pertama kali bertemu. Aku terlalu sibuk dengan urusan dunia ini sampai lupa berkunjung ke tempatmu dan teman-teman kita lainnya. Aku datang kesini tidak hanya ingin berkunjung tetapi juga membawakan kabar jika Sejarah perang hari kegelapan itu akan terulang kembali. Aku tau kamu akan khawatir tapi janganlah kamu pikirkan masalah dunia ini kawan … beristirahatlah dengan tenang di surga sana dan serahkan urusan dunia ini padaku." ucap Orvin.

Bersambung.

-LORE:

Cockatrice: adalah monster ayam yang memiliki sisik seperti reptil dan monster itu memiliki ekor ular yang beracun.

-NOTE:

jangan lupa kasih komen, share, dan subscribe kalau bisa biar saya gak stress :v

Affandcreators' thoughts