webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · ファンタジー
レビュー数が足りません
40 Chs

Penjelasan

Di arena yang sudah sangat sepi karena ditinggal para penonton yang lari ketakutan saat Dinata lepas kendali tadi, tampak ada diskusi kecil antara Raja Indra, Gandara, Dinata dan Pangeran Ryan. Mereka membahas tentang arena seleksi yang kacau balau dan hancur akibat duel sihir tadi.

Dinata terlihat kaget ketika memandangi beberapa bangku yang membeku dan rusak, ia seakan tak percaya bahwa ia telah menghancurkan semua itu. Satu hal lagi yang membuat ia masih bingung yaitu kemunculan sosok mendiang Ratu Nias Kusuma ditengah pertarungan tadi.

"Sosok Ratu Nias Kusuma tadi hanya sebuah Hologram yang Ayah dan Paman Gandara perkuat dengan sihir, supaya terlihat lebih nyata. Hal itu telah kami rencanakan untuk membuat hatimu kembali cair."

"Hologram? Berarti itu hanya sebuah gambar kan ayah? Tapi jelas saya mendengar suara ibu tadi, apakah itu juga sihir?" Selidik Dinata penasaran.

"Suara? Tidak, Ayah dan Paman Gandara tidak mampu membuat suara sihir Hologram itu. Kalau begitu tadi mungkin ruh ibumu sudah masuk dalam sihir itu. Dia pasti sangat khawatir padamu, apa yang ia katakan, Dinata?"

Dinata terdiam sebentar, mengingat hal yang Ratu Nias Kusuma katakan padanya tadi.

"Ibu hanya berkata ingin sekali membesarkan saya dipelukannya. Satu hal lagi yang paling penting!! Pffftttt, ibu mengatakan saya lebih tampan dari ayah," gurau Pangeran Dinata yang membuat semua orang bisa kut tertawa dan suasana menjadi lebih hangat.

Pangeran Ryan yang ada di sana juga ikut tertawa, ia sudah banya mengerti setelah dijelaskan oleh Paman Gandara tentang situasi yang terjadi. Ia bahkan juga telah memaklumi sikap Pangeran Dinata tadi.

"Berarti, tinggal satu hal lagi yang harus kita selesaikan, Gunung Negalitipus," ucap Paman Gandara dengan nada suara yang terdengar serius.

"Iya, kita harus segera mencari solusi terbaik untuk menghentikan letusan gunung Negalitipus, Gandara."

"Sepertinya ada jalan untuk itu, Ayah," Dinata berusaha memulai ucapannya lagi setelah menarik napas cukup panjang, "setelah kunjungan ke desa Karang kemarin, seorang anak kecil yang sangat cerdas memberikan saya saran cara untuk menghentikan Negalitipus."

"Ide apa yang ia berikan padamu, Dinata. Ayo katakan pada kami!!" Ucap Raja Indra sangat antusias.

"Ide ini entah berhasil atau tidak, dia menyarankan saya untuk membekukan Negalitipus dengan fantalis sihir yang saya miliki."

"Tidak, itu sangat berbahaya, Dinata. Sebenarnya Ayah dan Paman Gandara telah mengetahui hal itu saat Peramal Surya memberikan pesan dari leluhur, tapi ide itu sangat berbahaya bisa membuat kamu celaka. Tolong jelaskan pada Dinata tentang hal itu, Gandara."

Gandara mengangguk pelan dan berusaha menjelaskan pada Dinata tentang resiko besar jika mengambil jalan itu adalah kematian. Bila magma Negalitipus dibekukan secara mendadak maka akan ada hawa panas yang melebih api saat pembekuan, hal itu bisa membunuh makhluk apapun yang berada didekatnya. Jika mau membekukan Negalitipus berarti kamu harus masuk kedalam puncaknya, berarti hawa panasnya bisa membunuh kamu," tutur Paman Gandara.

"Jika seperti itu sebaiknya jangan lakukan, Dinata. Hal itu terdengar sangat berbahaya dan kemungkinan selamat sangat kecil bahkan tidak ada," ucap Pangeran Ryan yang merasa hal ini bukan ide yang baik.

"Iya saya juga sudah mengerti, disetiap perbuatan ada resiko besar yang harus diambil yaitu kegagalan. Begitu juga dengan ide ini resiko yang harus saya ambil adalah kematian. Tapi bukankah kematian itu pasti, semua orang akan mati pada waktunya. Jika dengan nyawa saya bisa menukar ribuan nyawa dan kehancuran, maka keputusan seseorang yang memiliki hati nurani adalah melekukannya."

Semua orang di sana terdiam kagum mendengar ucapan dan pemikiran seorang yang baru saja mendapatkan hatinya kembali. Ucapan sungguh terdengar tulus tanpa ada rasa ego sedikitpun.

"Dan lagi, saya sudah berjanji pada Ali akan menyelamatkan desanya. Saya tidak mungkin melanggar janji saya pada seorang anak yatim yang cerdas itu."

"Sebenarnya Ayah kurang setuju dengan ide itu. Tapi bila keputusan kamu sudah bulat Ayah tidak akan menghalangi kamu sedikitpun, Ayah akan berusaha mengikhlaskan apapun yang takdir katakan nanti."

"Ayah," Dinata dengan cepat merangkul, memeluk sosok lelaki paruh baya yang masih terlihat mudah dan tampan itu, "jika Ayah sudah setuju maka saya akan melakukan hal itu besok pagi-pagi sekali, semakin cepat maka akan semakin baik untuk semuanya. Jika besok saya tidak kembali dengan selamat, Ayah tolong....."

Tatapan kagum dari Pangeran Ryan sama sekali tidak bisa disembunyikan olehnya. Matanya tampak bercahaya melihat sosok Pangeran Dinata yang begitu cerdas dan bijaksana tengah berbicara serius dengan Raja Indra.

Mata saya sudah ditutupi oleh sifat arogan dan keegoisan dulu, menganggap orang sebaik Dinata adalah monster. Kurang dari satu hari saya berhadapan langsung dengan dirinya, saya sudah merasakan ketulusan disetiap perbuatan yang dilakukannya. Ia adalah sosok calon pemimpin paling sempurna yang saya temui.