webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · ファンタジー
レビュー数が足りません
40 Chs

Masih Ada Hati

2 hari setelah kematian Ratu Diana, rumor tentang Pangeran Dinata yang menghabisi nyawa Ratu Diana dan Bayan, menyebar luas di semua kalangan bangsawan dan masyarakat Neterliandis. Mereka semua seakan takut ketika berhadapan langsung dengan sosok Pangeran Dinata yang terlihat begitu dingin dan tak segan melukai seseorang jika merasa terusik.

Raja Indra begitu bingung sekaligus khawatir dengan perubahan putranya ini, putra yang begitu hangat dan selalu ceria kini telah menjadi sosok kejam dan dingin. Tak ada belas kasih sedikitpun di setiap tindakannya.

Pangeran Dinata kemarin bahkan membekukan sebuah desa beserta seluruh penghuninya, karena ada segerombolan pembunuh yang bersembunyi. Desa Demang memang terkenal dengan sarang orang-orang jahat, seluruh penduduknya hampir bekerja dalam dunia gelap. Hal inilah yang lantas membuat Dinata tidak berpikir panjang untuk melenyapkannya semua orang di sana.

Tapi mata publik seakan tertutup dengan semua alasan apapun, yang mereka lihat hanyalah seorang monster yang membekukan sebuah desa karena nafsunya.

"Dinata, tolong kendalikan fantalismu jangan sampai merasuk dalam pikiran kamu juga. Besok adalah seleksi tahap akhir berupa Duel sihir, dan lawan kamu adalah Pangeran Ryan Triwangka. Dia orang baik dan berbakat, jangan sampai kamu membunuh seorang yang seperti dia. Cukup kehilangan Pangeran Antoni yang berbakat membuat duka di Neterliandis, jangan sampai kehilangan Pangeran Ryan yang kuat membuat kerajaan Neterliandis hancur."

"Ya, tapi saya tidak janji jika membuat dia luka ataupun cacat saja," jawab Pangeran Dinata singkat dan tampak sibuk dengan tanaman di taman pribadinya itu.

Pangeran Dinata terlihat merawat bunga langka Lencena dengan teliti, sesekali dia mencium bunga itu dan lantas tersenyum. Ia bahkan membuat jembatan dari ranting pohon ketika melihat seekor semut tengah terjebak dalam genangan air. Matanya tampak begitu teduh dan hangat ketika melakukan hal itu, membuat Raja Indra percaya masih ada harapan untuk kembali membuat hatinya mencair.

"Dinata, tolonglah jangan seperti itu," ucap Raja Indra dengan nada sedikit memohon.

"Ehm, akan saya coba," ucap Pangeran Dinata menatap sebentar ke arah Raja Indra yang duduk di bangku taman dan kemudian kembali fokus ke ke arah semut kecil itu.

"Terima kasih." Mata Raja Indra sedikit berkaca-kaca mendengar ucapan Dinata yang terdengar cukup lembut tadi.

"Aih... cepatlah semut, tangan saya sudah pegal memegangi ranting ini. jika kamu tidak segera berjalan saya akan menenggelamkan kamu di kubangan air," ucap Pangeran Dinata berusaha meyakinkan dengan caranya yang kasar pada semut yang akhirnya memilih untuk menyebrang dan pergi.

Dinata yang terlihat begitu sibuk dengan ranting dan semuanya, membuat Raja Indra tersenyum bangga dengan usaha putranya untuk meyakinkan seekor semut agar mempercayainya. Hal ini persis sama dengan yang ia lakukan selama 17 tahun ini untuk meyakinkan mereka bahwa dia orang baik, namun semua kebaikannya tidak dianggap karena satu masalah saja.

Ayah yakin masih ada bagian hatimu yang tidak ikut membeku dan berfungsi sekarang, Dinata. Ayah percaya kamu akan menjadi orang yang memiliki hati selembut salju, seperti dulu....