webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · ファンタジー
レビュー数が足りません
40 Chs

Gunung Berapi Negalitipus

Plak...

Sebuah tepukan kecil mendarat di pundak Pangeran Dinata, "Ayah?"

"Dinata, ada sedikit masalah yang terjadi. Para bangsawan dan keluarga kerajaan meminta untuk ayah memasukan pusaka bara kristal pada gunung berapi Negalitipus yang telah menunjukan aktivitas erupsinya" tutur Raja Indra terlihat panik, "menurut perhitungan gunung itu akan menumpahkan lavanya sekitar 10 hari lagi. Dan hal itu akan membuat hangus lebih dari setengah kerajaan Neterliandis. Tapi bagaimana caranya bara kristal merah dapat diberikan jika itu ada di tangan kirimu."

"Lalu saya harus bagaimana, Ayah?"

"Sama sekali belum terpikirkan oleh ayah bagaimana keputusan yang harus diambil selanjutnya," Raja Indra tampak putus asa.

"Oh iya," sebuah ingat tentang pembicaraan dengan Paman Gandara melintas dipikiran Pangeran Dinata, "Paman Gandara pernah mengatakan sesuatu pada kita dahulu, bila bara kristal merah dilepaskan dari tangan kiri saya, ada kemungkinan saya akan tetap hidup dan bara kristal merah tetap menyala. Bagaimana kalau kita coba lakukan itu, Ayah?"

"Tidak, kamu ingat? kemungkinan berhasilnya sangatlah kecil. Dan kemungkinan buruk jauh lebih besar, nyawamu menjadi pertaruhan untuk hal itu, Dinata."

"Tapi Ayah, tak ada jalan lain selain mencoba kemungkinan sekecil apapun. Saya tak mau egois, mengorbankan banyak nyawa atas ledakan gunung itu hanya karena kepentingan saya sendiri."

"Ayah tidak akan sanggup hidup bila kemungkinan buruk itu terjadi padamu. Cukup kehilangan ibumu di masa lalu membuat ayah hancur tapi tidak kehilangan kamu juga," Raja Indra tak sanggup melanjutkan ucapnya dan memeluk Pangeran Dinata.

"Ayah adalah ayah yang sangat baik dan sempurna untuk saya, tapi jangan lupa ayah juga seorang raja untuk seluruh orang di kerajaan Neterliandis. Keputusan raja menentukan kehidupan semua orang di sini."

Suasana mendadak haru di ruang yang sangat sepi, hanya ada emosi yang tak terkendali antara ayah dan anak ini. Air mata tak kuasa tertahan di pelupuk Raja Indra, ia tak mungkin mengambil resiko sebesar itu untuk putra satu-satunya.

Namun tak mungkin juga ia menutup mata dan telinganya ketika nasib kerajaan di ujung tanduk. Sungguh sulit menjadi ayah sekaligus raja yang baik bagi kerajaan Neterliandis.

***

Kediaman Perdana Menteri Suliam tampak ramai dengan perayaan lolosnya Pangeran Antoni ke tahap seleksi dua dengan nilai sempurna. Makanan-makanan mewah terhidang di meja, beberapa bangsawan lain hadir dalam perayaan besar ini. Banyak diantara mereka tengah memberikan selamat dan pujian pada Pangeran Antoni.

"Apakah kalian melihat ekspresi Raja Indra saat membicarakan tentang bara kristal merah tadi? Sepertinya ada yang ia sembunyikan dari kita," terkah Perdana Menteri Suliam dan para bangsawan lain.

"Iya saya juga merasa wajah Raja Indra menegang saat itu, pasti ada hal yang salah pada bara kristal merah" jawab salah satu bangsawan yang ikut hadir di sana.

Pangeran Antoni yang sedang memikirkan Liliana tampak tak fokus, sehingga pembicaraan ini sama sekali tak ia dengarkan. Pikirannya melayang membayangkan janji pertemuan dengan Putri Liliana tak bisa ia penuhi.

'Liliana pasti sedang menunggu saya sekarang, apa dia kedinginan saat ini? Bagaimana saya bisa pergi dari acara ini ayah sedang memperhatikan saya,' batin Antoni tampak tak tenang.

"Bagaimana menurut kamu, Antoni. Apakah perlu kita cari tahu?" Tanya Perdana Menteri Suliam yang membuat Antoni sontak kaget tak tahu arah pembicaraan ini.

"Ah, tentu," Pangeran Antoni asal menjawab untuk pertanyaan yang tak ia tahu arahnya, "oh iya, maaf Ayah, Paman. Saya ada perlu di luar, jadi saya pamit pergi sebentar," ucap Antoni yang berlalu ke luar kediamannya untuk menemui Putri Liliana.