webnovel

Torpedo siap tempur

Bentakan King seketika membuat Hera takut ia buru-buru keluar dari kamar mandi.

"Ma..maafkan saya tuan, saya terpaksa memakai baju dari mami, karena gaun yang saya pakai tadi sudah kotor," ujarnya sambil menunduk, tangannya mulai sibuk menutupi belahan dua gundukannya yang terpampang nyata di depan mata King, belum lagi paha mulusnya yang juga terlihat oleh King.

"Sial!" mata King seakan terbelalak melihat penampilan Hera yang begitu menggoda baginya, tanpa ia sadari alat tempurnya berubah wujud lagi, torpedonya kembali melesak berdiri tegak di balik celananya, ia buru-buru membelakangi Hera dan berjalan menuju lemari dan mengambil dengan sembarang kemeja panjangnya dan menyuruh Hera untuk memakainya.

"Pakai ini!" ujarnya sambil menyerahkan kemejanya kepada Hera, ekor matanya masih sempat melihat dua gundukan kembar istrinya itu yang terasa pas di tangannya.

"Sa..saya, ada urusan sebentar keluar," ujarnya gugup tanpa menoleh ke arah Hera yang sedang memakai kemejanya.

Ini adalah pertama kalinya ia gugup dengan seorang wanita setelah Gladis tiada.

Dengan torpedo yang masih tegak berdiri, King masuk ke dalam ruang kerjanya, langsung menuju toilet dan kembali mengulang olah raga lima jari seperti yang tadi ia lakukan pada sore hari. Ia kembali membayangkan lekukan tubuh Hera yang sempat ia lihat tadi. Berkali-kali ia mencapai puncak nirwana namun Sang Torpedo masih tetap tegak.

"Ini tidak bisa dibiarkan, gue harus bisa menguasai diri!" pikirnya dalam hati, lalu ia keluar dari ruang kerja masuk ke dalam lift, menuju lantai bawah dan langsung membuka kulkas yang ada di dapur. Ia minum beberapa gelas air untuk menetralkan hasratnya.

Sementara itu, Hera yang kelelahan tidak dapat menahan rasa kantuknya. Ia mengedarkan pandangannya, tidak ada yang bisa ia tiduri selain kasur king yang luas.

Hera pun tertidur di atas kasur King dengan posisi meringkuk layaknya anak kecil yang ingin dilindungi.

King yang merasa jika ia sudah dapat mengendalikan dirinya, segera kembali ke kamarnya di lantai atas.

Ia masuk ke dalam kamar dan mendapati jika Hera sudah tidur dengan pulas.

Sejenak ia duduk di sisi tempat tidur lain dan memperhatikan Hera yang tidur dengan pulas dengan memakai kemejanya yang kebesaran, namun saat ia melihat jika paha Hera yang mulus masih terpampang nyata di depannya, ia buru-buru menarik selimut dan menyelimutinya karena jika tidak, bisa jadi alat tempurnya kembali berubah menjadi torpedo siap tempur.

King mencoba untuk berbaring, namun matanya masih belum bisa terpejam, ia malah asyik melirik ke arah Hera yang sedang tertidur dengan nafas teratur.

"Ternyata, ia sangat cantik saat tertidur," gumamya dalam hati.

Tiba-tiba Hera memeluknya, layaknya sedang memeluk guling. Ia juga menyandarkan kepalanya di dada bidang King.

Seketika ia kaget dengan tindakan Hera yang memeluknya saat tidur, ia beberapa kali mencoba melepas pelukan Hera namun tidak bisa, gadis itu malah semakin erat memeluknya.

Entah mengapa, matanya terasa berat dan ingin rasanya tidur.

Tanpa keduanya sadari, mereka tidur sambil berpelukan malam itu.

Pada saat subuh menjelang, Hera terbangun dengan posisi ia yang berada dalam dekapan King.

"Ke..kenapa aku bisa ada dalam pelukannya? dan tadi tanganku juga memeluk pinggangnya," gumamnya dalam hati.

Ia mencoba melepas pelukan King dari tubuhnya namun tidak bisa, ia terus mencoba dan berusaha namun saat tubuhnya sudah lepas dari lilitan pelukan King, tiba-tiba suaminya itu menahan lengannya lalu berkata dalam tidurnya, "Gladis.., ku mohon, jangan pergi.., ku mohon tetaplah disini," ujarnya sambil menarik kuat tubuh Hera dan kembali memeluknya dengan erat.

Hera merasakan pelukan King yang sangat erat sampai ia kesulitan untuk bernafas. Ia hanya bisa menitikkan air mata saat King kembali menyebut nama Gladis berkali-kali dan memeluknya semakin erat tanpa jarak sedikitpun, sehingga dua gundukannya juga tidak berjarak lagi dengan dada bidang King dan ia merasa tersiksa karena itu.

Ia takut King kelepasan dan menyerangnya tiba-tiba, ia berdoa dalam hati semoga hal itu tidak terjadi.

Isakan Hera yang tertahan, sayup-sayup terdengar di telinganya. Ia semakin menajamkan pendengarannya dan mencoba membuka matanya yang terasa berat, ia mendengar isakan itu terasa menyayat hatinya.

Dengan mata masih tertutup Ia mulai meraba sesuatu yang saat ini ia peluk dengan erat. Ia mulai memegang dua aset pribadi Hera yang masih suci. "Ini benda apa? kenapa terasa sangat kenyal di kedua tanganku?" karena penasaran ia semakin meremas kedua benda itu yang terasa penuh di tangannya, dan sepertinya semakin terasa enak saat ia sentuh.

Sementara Hera, mulai gelisah saat tangan King mulai meremas dua gunung kembarnya.

Ia mulai berontak, karena tubuhnya tidak menginginkan sentuhan King. Dengan memberanikan diri ia berkata sambil berlinang air mata, "tu..tuan, saya mohon.., lepaskan saya tuan.., tuan.., jangan.., ah..," satu desahan di iringi derai air matanya tiba-tiba menyadarkan King dari tidurnya.

Ia segera membuka matanya dan melihat kedua tangannya yang sedang meremas kedua gundukan Hera. Dengan rasa kagetnya, ia segera melepas kedua tangannya dari dada istrinya.

"Ma..maaf," ujarnya tertahan. Lalu buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Hera yang berderai air mata.

Hera bersyukur, King bisa cepat bangun, karena jika tidak, bisa saja terjadi suatu hal yang mungkin akan membuat dirinya kehilangan sesuatu yang paling berharga yang ia jaga selama ini dan ia belum siap untuk itu.

Sementara itu, King yang berada di dalam kamar mandi kembali melampiaskan hasratnya yang sudah sampai ke ubun-ubun, torpedonya kembali tegak berdiri, lagi-lagi ia melakukan olah raga lima jari untuk menetralisir amukan alat tempurnya.

"Gila! gila! gila! apa yang terjadi denganku?" namun ia tidak dapat menemukan jawaban dalam dirinya, apa yang sebenarnya terjadi dengannya.

Ia memilih berendam dalam bathtub karena masih bingung untuk menghadapi Hera, saat ia keluar dari kamar mandi nantinya.

Ia lalu meraih hpnya yang tadi ikut ia bawa saat masuk ke dalam toilet dan mulai menghubungi Juyan untuk segera membelikan beberapa pakaian untuk Hera sesuai dengan yang ia mau.

Hera mencoba bangkit berdiri dan mulai merapikan ranjang yang mereka tiduri. Ia kembali menyemangati dirinya sendiri untuk tetap semangat dan mencoba melupakan apa yang baru saja tejadi. Ia menganggap jika King sedang khilaf dan mengira Hera adalah wanita yang ada di dalam mimpinya saat itu.

King keluar dari kamar mandi, saat Hera sedang merapikan kasur dan membelakanginya.

Hera yang berjinjit seketika membuat King menelan ludahnya saat melihat belahan paha istrinya yang kembali menggelitik alat tempurnya yang baru saja ia jinakkan.

"Oh God, cobaan apalagi ini!" teriaknya dalan hati, yang kembali menahan gejolak dalam dirinya.