webnovel

Perjanjian Pra nikah

Setelah semua dokumen selesai, tinggal ada tiga orang yang berada di ruangan itu.

"Nona Hera, anda telah resmi menjadi istri tuan King, ada beberapa syarat-syarat yang Anda harus patuhi," pengawal Juyan menyodorkan beberapa lembar kertas di hadapan Hera.

Sedangkan King duduk santai di sofa, kembali sibuk di layar ipadnya.

Hera menerima lembaran kertas itu dan mulai membacanya, ada beberapa peraturan yang harus Hera patuhi, diantaranya yaitu :

1. Mematuhi setiap aturan dari suami

2. Tidak ada kontak fisik

3. Bekerja di Quality TBK sampai suami mengatakan berhenti untuk bekerja

4. Mengurusi semua kebutuhan suami

5. Tinggal satu atap dengan suami

6. Dilarang membantah perkataan suami

7. Merahasiakan pernikahan dengan orang banyak

8. Tidak ada perceraian kecuali suami yang menggugat cerai

9. Dilarang mengurusi urusan suami

10. Suami adalah peraturan yang tidak bisa di langgar.

Hera kaget membaca semua peraturan dari King, namun ia tidak bisa membantahnya karena ia sudah menandatanganinya sebelumnya.

"Pengawal Juyan, Bisakah setiap hari Sabtu dan Minggu, sa..saya mengunjungi ayah saya? saya mohon, Anda bisa mengabulkan keinginan saya ini, karena tinggal ayah satu satunya keluarga yang saya miliki..." Ujarnya memelas.

Juyan melirik ke arah King,

King mengangguk pelan tanda setuju. "Baiklah, tapi ingat, anda harus merahasiakan pernikahan anda kepada orang lain."

Hera merasa sedih, karena ia terpaksa harus merahasiakan pernikahannya kepada ayahnya.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ternyata pesan dari SMS banking yang memberitahukan jika ada sejumlah uang yang baru masuk di rekeningnya.

"Cek rekening anda nona, sisa uangnya sudah di transfer di rekening anda," Juyan memberitahukan kepada Hera jika uang sisa pembayaran telah di transfer ke rekeningnya.

Hera mengatakan jika uang tersebut sudah sampai di rekeningnya. Ia tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada King, walaupun ucapan terima kasihnya tidak di gubris sedikitpun oleh King.

Hera pamit ke toilet sebentar, di dalam toilet ia mentransfer uang ke rekening Ewan untuk membayar sisa biaya operasi ayahnya.

Hera juga berpesan kepada Ewan jika ayahnya bertanya kemana Hera pergi, Ewan harus memberitahukan kepada pak Tobi jika Hera sedang ditugaskan keluar kota.

Karena terlalu lama di kamar mandi, King menyuruh Juyan untuk mengecek Hera.

"Nona.., apa anda masih di dalam?" Juyan menggedor pintu kamar mandi.

"Iya tuan, sebentar..." Ujar Hera sambil membuka pintu kamar mandi.

"Anda terlalu lama nona, tuan King tidak suka menunggu!" Juyan menatap tajam ke arah Hera.

Sesampai di ruangan yang ada King, tiba-tiba Hera merasakan kepalanya sangat pusing dan penglihatannya berkunang kunang. Dan tanpa ia sadari ia pun jatuh pingsan.

King yang dari tadi menatap Hera, tiba tiba kaget karena Hera berjalan sempoyongan dan jatuh pingsan, dengan sigap King menangkap tubuh Hera dan tanpa sadar Juyan juga ikut ikutan menyanggah tubuh Hera.

Tatapan keduanya bertemu, lalu king berkata

"biar saya saja.., Hubungi dokter Leo! Cepat!"

Juyan segera menghubungi dokter Leo.

Dokter tersebut saat ini sedang berada dalam perjalanan.

King segera membaringkan tubuh Hera diatas kasur. Ia menepuk nepuk pipi Hera.

"Kulitnya sangat halus..," Gumamnya dalam hati, Ia memandangi sekujur tubuh Hera, ada yang serasa menggelitik di balik celananya. "Shit..! Ada apa denganku?." Hanya dengan memandang wajahnya saja senjata pamungkas King yang sudah lama tertidur, kembali tegak bediri, torpedonya seakan sesak dan siap untuk meluncurkan beberapa tembakan maha dahsyat yang sudah lama terpendam.

King buru-buru melepas tangannya yang sedang mengelus pipi Hera. Bersamaan dengan itu dokter Leo sampai. King segera memerintahkan dokter Leo untuk memeriksa Hera.

Disaat dokter Leo ingin memeriksa Hera, ia memegang pergelangan tangan Hera untuk memeriksa denyut nadinya. Namun tanpa diduga King menepis tangan dokter Leo sambil berkata, "hei.., apa yang anda lakukan! Berani-beraninya lo menyentuh tubuh istriku!" nyali dokter Leo seketika menciut mendengar bentakan King.

Dokter Leo lalu menjelaskan jika ia ingin memeriksa Hanny dan perlu menyentuh beberapa bagian tubuhnya.

King sudah jelas keberatan, "enak aja lo nyentuh dia, gue aja belom! Juyan! carikan dokter perempuan, segera!"

Dokter Leo terpana dengan sikap King, ia berpikir dalam hati "tumben-tumbenan tuan King peduli dengan perempuan selain nona gladis, apakah tuan King sudah mulai sembuh dari depresi kehilangan nona gladis?"

Juyan hanya bisa tersenyum melihat dokter Leo juga ikut kena semprotan pedas dari King.

Lalu ia segera menghubungi dokter Yuna, sahabat King.

Sementara dokter Leo berdiri seperti patung di sudut ruangan meminta penjelasan dari Juyan. Dokter Leo adalah dokter pribadi King sekaligus juga tempat ia berkonsultasi dengan kejiwaannya yang sedikit terganggu saat gladis meninggal.

Setelah beberapa lama menunggu akhirnya

dokter Yuna pun tiba, ia ingin memeriksa Hera.

King segera mengusir dokter Leo dan juyan untuk keluar dari kamar itu.

"Kalian keluar dari sini! ngapain kalian disini? apa perlu saya usir dulu bari kalian mau keluar?" ujarnya kesal.

Dokter Leo segera menyeret Juyan keluar dan meminta penjelasan "siapakah gadis itu? Kenapa tadi King mengatakan jika wanita itu adalah istrinya?" Juyan mulai menjelaskan kepada Leo siapakah Hera sebenarnya.

Dokter Leo yang mendengar cerita Juyan turut mendukung rencana Juyan yang memakai Hera sebagai media untuk menyembuhkan luka King.

"Wah, jadi bisa dikatakan jika gadis itu penyelamat tuan King dong, semoga saja tuan King cepat sembuh dari traumanya. Tapi ngomong-ngomong gadis itu sangat cantik," ujarnya kepada Juyan yang dibalas dengan anggukan olehnya. Ia juga berpikir jika Hera memang sangat cantik.

Dokter Yuna selesai memeriksa Hera. Ia mengatakan kepada King jika saat ini Hera sedang kelelahan dan kelaparan, ia kehabisan energi makanya sampai pingsan.

Tadi pun saat dokter Yuna menginfus Hera, tidak ada reaksi apa-apa dari Hera saking kekurangan energi yang banyak.

Semetara itu di dalam kamar Hera masih belum sadar. Ada sedikit rasa khawatir di hati King melihat Hera yang terkulai lemas saat ini.

Dokter Yuna mempercepat laju cairan infus agar tubuh Hera terisi energi kembali. Infus yang dipakai Hera juga infus nutrisi makanan yang dimasukkan ke tubuhnya melalui selang infus.

"Yuna, dia kapan sadarnya sih, lama banget! apa benar dia nggak apa-apa?" King seketika kuatir karena Hera tidak kunjung sadar juga.

"Sabar bro, infus ini berisi nutrisi makanan, sebentar lagi, nona Hera pasti sadar kok, but anyway, selamat ya, atas pernikahan lo berdua, gue tunggu undangan resepsinya, tiba-tiba banget lo nikahnya bro."

"Ceritanya panjang yang pasti aku belum bisa cerita dulu, kok dia nggak sadar-sadar sih Yun," gerutu King lagi.

Setelah berkata seperti itu, tiba tiba Hera terbangun dan meringis kesakitan

"sakit..," isaknya.