webnovel

Peringatan

"Dimana Amy sekarang."

"Tidak ada di rumah sakit. Nona Muda belum tahu tentang ini. Sepertinya ia masih mengurus rawat jalan Alfa."

"Kalau begitu kirimkan daftar rumah sakit di luar ibu kota yang bagus. Aku akan mempertimbangkannya."

"Tapi Tuan, anda harus segera memindahkannya. Jika Tuan Muda bertemu dengan Nona Muda untuk sekarang ini, kemungkinan Tuan Muda akan… mohon maaf…mengakhiri hidupnya."

Holan membisu. Ia tak mengucapkan sepatah katapun begitu mendengar kata kata itu. Ia merasa gagal menjadi ayah.

"Tuan Holan?"

Holan tak mendengarkan Yohan. Ia menjatuhkan ponselnya dan pipinya berlinang air mata.

"Dio…putraku…kenapa…kenapa harus begini?"

Yohan memutuskan panggilannya. Ia tahu pak Holan pasti sangat terkejut dengan kata katanya.

Holan menutup wajahnya. Ia merasa tidak bisa membesarkan anak anaknya dengan baik. Tiba tiba muncul sebuah kabut yang sangat tebal di ruangan itu, di hadapannya. Siluet seorang anak kecil membuat Holan terkesiap. Ia berdiri dengan panik dan menanti siapa anak kecil itu.

Anak kecil itu berbalik, dia adalah Amanda yang berusia 9 tahun.

"AMY!"

"Holan Satria."

"Apa yang terjadi? Kenapa kau…" Holan menganga dan membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang ini.

"Aku jadi ingat saat pertama kali kita bertemu, di ruangan ini, yang gelap dan sepi. Kau ingat apa yang kukatakan saat itu?"

"Apa maumu?"

"Ah iya. Persis seperti itu. Kau mengatakannya dengan mimik dan gesture seperti sekarang ini. Aku tahu seberapa kesepiannya kau tanpa isterimu, betapa murkanya kau pada dirimu sendiri atas putramu dan betapa kau berhati-hati menjaga putrimu. Aku tahu semuanya."

"Apa kau…fyber?!"

"Sudah terlalu lama aku tidur. Putrimu, Amanda, bukankah terlalu sehat akhir akhir ini? Untuk ukuran manusia setengah fyber? Kau tidak mencurigai apapun darinya?"

"Apa yang ingin kau katakan sebenarnya?"

"Fyber fyber ini akan akan tetap diam selama emosional Amy stabil. Aku membuatnya lupa sejenak akan ingatan keji masa lalunya, tentang ibu kandungnya, ibu pantinya, teman temannya, hantu dan iblis yang mengganggunya, semuanya aku sembunyikan dengan baik dan luar biasanya aku masih belum kuat untuk mengambil alih tubuhnya seperti yang terjadi pada marina. Amy, putrimu, benar benar di luar batas normal. Dia mampu melawan kami dari dalam, dia seolah memakan kami dan memuntahkannya kapanpun dia memerlukannya. Meskipun dia akan kesakitan akibat kutukan ilusi yang masih tinggal di telapak tangan kirinya."

"Jadi apa yang ingin kau katakan sebenarnya?"

"Fyber… kami akan segera lenyap seiring usia Amy bertambah."

"Apa? Kenapa…kenapa bisa ada yang seperti itu?"

"Ini kasus langka. Dan jika kami musnah kemungkinan putrimu akan menjadi seperti putramu. Depresi, kalau di dunia mu itu namanya kan? Frustasi, ingin mati, kehilangan diri sendiri, dan booom!" anak itu menepuk kedua tangannya, membuat Holan terkejut. "Dia akan mengingat semuanya. Kenangan buruk, ingatan dalam janin, ibu kandungnya yang berusaha menggugurkannya, kejadian di panti asuhan, serta kebakaran di malam dia hampir tewas di tangan ibu yang membawa lari janinnya."

"Apa maksudmu."

"Amy…alasan kenapa bisa mengingat ingatan saat masih dalam janin, karena dia adalah janin yang dipindah tangankan dari satu perut wanita ke perut wanita lain."

Degh degh degh degh

Tiba tiba semuanya berputar. Amy kecil yang mengucapkan kenyataan panjang lebar itu tiba tiba hilang ditelan kabut. Holan memegang kepalanya. Detak jantungnya meningkat, keringat menetes dari dahi ke alis dan pipinya. Ia hampir jatuh dan berpegangan pada ujung sudut meja. Hingga akhirnya ia oleng hampir terjatuh ke tanah dan…

Drrfftt drffftt drrftttt

"AMY!" teriaknya sembari mengulurkan tangan ke depan. Holan membuka matanya, ia terbangun dari mimpinya.

Ia tertidur di meja kerjanya sejak menutup panggilan dari Yohan, dan malah berakhir bermimpi buruk. Ia melonggarkan dasinya dan mengusap keringatnya dengan tisu. Diliriknya ponselnya yang bergetar di atas meja.

"Halo."

"Holan!" teriak seseorang dari seberang dengan panik. Holan lantas menjauhkannya dari telinganya refleks.

"Ada apa?"

"Kita harus bertemu."

Setelah itu mereka bertemu di bar Rataka.

Taka menuangkan bir di gelas untuk Holan. Keduanya minum bir.

"Ada berapa fyber yang ada di tubuh Amy?"

"Kenapa tiba tiba bertanya tentang itu?"

"Aku hanya ingin mengetahuinya."

'Aku tahu sifatmu Holan. Kau tidak akan bertanya kalau tidak ada apa apa."

"Bisakah kau memberitahuku saja?!"

"'Apa kau marah?"

"Tidak."

"Tapi kau terdengar marah. Ya ada banyak, tapi aku mendeteksi sekitar 3 atau 4 yang aktif dan mempengaruhi otak dan emosi Amy."

"fybe fyber itu tahu kau yang mengawasi Amy karena itu mereka tidak berani berulah."

"Jangan jangan kau…mendapat penglihatan baru?"

"Mereka (fyber) mendatangiku dan memberitahuku sesuatu."

"Apa itu buruk?"

"Dio…bisakah kau mengambil alihnya sekarang? Apa kau bisa menggantikan aku jadi orang yang mengasuhnya? Ayah macam apa aku ini sih?"

"Apa? Kenapa kau serba tiba tiba begini? Holan," Taka menepuk bahunya. "Pikirkan baik baik, pikirkan semuanya dengan matang. Jangan terpengaruh terlalu banyak oleh emosimu."

"Aku seorang ayah. Aku seorang orang tua untuk anak anak ku, Taka. Sekarang Dio dan Amy dalam bahaya. Mungkin selama ini aku terlalu tinggi hati karena sudah merasa menjadi ayah paling hebat di dunia. Aku merasa semuanya akan baik baik saja. Kau tahu? Keadaan Dio sekarang memburuk, Yohan mengatakan lebih baik memindahkannya ke rumah sakit atau tempat yang jauh dari Amy, adiknya sendiri."

"Apa?' Tak terkejut mendengarnya. Ia tadinya ingin meminta Holan menceritakan tentang Arvy namun Holan sendiri rupanya tengah digantung dengan masalahnya.

"Aku harap Ramon segara tertangkap, atau setidaknya membuat Nadia sadar. Dio pasti akan pulih. Aku sadar bahwa selama ini mereka berdua memiliki hubungan yang aneh."

"Apa makudumu?"

"Dio…sangatlah membenci Amy."

"Itu tidak mungkin. Bocah itu…"

"Tapi itu adalah alam bawah sadarnya, Yohan bilang bahwa Dio hanya menggunakan orang lain agar tidak membenci dirinya sendiri. Dia pernah mencoba bunuh diri beberapa kali."

"Astaga separah itu?"

"Dia harus aku apakan, Ka?" Holan berkaca kaca , lalu menghela napas panjang sembari meminum bir nya. "Fyber itu juga mengatakan bahwa fyber fyber itu akan lenyap dengan sendirinya seiring bertambahnya usia Amy."

"Kau jangan sampai diperdaya."

"Tidak! Aku yakin ada yang tidak beres dengan masa lalu Amy dahulu. Anak itu mengingat semua yang telah terjadi dalam hidupnya, termasuk ketika dalam masih janin. Amy…putriku…akan dalam bahaya jika fyber fyber itu hilang dalam dirinya. Mantra kutukan ilusi belum sepenuhnya hilang dari dirinya. Jika itu terjadi jika Ramon tertangkap dan Amy menjadi manusia biasa, maka itu tidak akan gunanya karena segel Nadia tidak bisa kubuka sendirian, aku membutuhkan Amy, atau lebih tepatnya fyber dalam dirinya. lihatlah sekarang aku Taka, apa aku memanfaatkan anakku? Apa aku pantas disebut ayah setelah semua yang dilewati anak-anakku?"

"Holan…" Rataka serius. "Mari bicarakan ini dengan direktur."

"Kau gila?!" nada suaranya meninggi.

"Kau sudah sekacau ini. Kau bisa menahannya lagi?"