webnovel

Hujan

"Alfa yang menghubungi tadi?" tanya Arvy.

Amy menoleh.

"Iya, dia bertanya aku dimana."

"Dia pasti khawatir, ini pakai." Arvy meletakkan gelas di depan Amy dan membuka selimut lalu dipakaikan untuk menutupi kakinya.

"Oh?" Amy terkejut namun menurut saja.

"Aku tidak apa apa. Kau urusi saja para pengunjung."

Arvy hanya diam dan masih menyelimuti Amy.

"Sudah hangat?" tanyanya kemudian.

Amy mengangguk.

"Minumlah. Itu cokelat hangat."

"Terima kasih."

"Kalau butuh sesuatu panggil aku."

Amy mengangguk.

Arvy lalu melenggang pergi dari sana dan melayani pelanggan.

"Bagaimana bisa dia (Arvy) melakukannya dengan ekspresi datar seperti itu?" gumam Mark melihat interaksi keduanya dari jauh. Ia melihat Amy yang tersenyum sembari menempelkan telapak tangannya ke gelas yang hangat. Mark tersenyum simpul melihatnya.

Amy menatap Arvy dari jauh. Warna auranya semakin terlihat jelas di kegelapan, indah dan bersinar seolah lampu yang menerangi tempat gelap itu. Ungu violet dan putih, benar benar indah. Begitulah pikir Amy. Ia sampai melamun melihatnya.

Hujan angin berlangsung setidaknya 45 menit, meskipun begitu itu waktu yang cukup lama untuk menyita orang orang dari kesibukannya. Ketika hujan berhenti, listrik masih belum dinyalakan, karena masih ada kilatan petir dan gemuruh besar. Hujan perlahan surut menjadi gerimis rintik. Ada yang memilih keluar dan menerobos hujan dan ada yang memakai payung di liar. Orang orang di bar itu masih banyak yang tinggal dan menikmati manisnya wine di gelas gelas kecil dan gerimis yang seolah menghapus masalah masalah mereka.

Setelah beberapa menit, hujan perlahan berhenti, mendung hitam dengan lambat berganti awan putih. Kilatan dan gemuruh perlahan berhenti. Cuaca kembali normal, meskipun belum terlalu cerah.

Amy melipat selimutnya dan menaruhnya di atas meja. Ia melangkah mendekat ke Mark dan Arvy yang tengah berdiri di dekat kursi loop dan meja panjang.

"Arvy," panggil Amy.

"Hem."

"Aku harus segera pulang, Alfa menungguku."

"Kau yakin? Sepertinya masih sedikit gerimis."

"Tidak apa apa, nanti juga hilang."

"Baiklah kalau begitu. Hati hati di jalan."

"Kau Tidak mengantarkannya?" Mark heran.

"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri." kata Amy. Ia melangkah pergi dari sana.

"Kenapa aku harus mengantarkannya?"

Mark memutar bola matanya. Ia menunjuk dengan dagunya bahwa Amy sendirian di luar. Namun Arvy hanya mengedikkan bahunya, entah pura pura tidak tahu apa maksudnya atau tidak peduli.

"Kau membiarkan sepupumu yang seorang gadis pulang sendirian di tengah gerimis? Dia pasti kedinginan di luar sana."

"Kau pikir dia anak esde? Lagipula dia hanya sepupuku, bukan pacarku."

Arvy menatapnya dari jauh dan memang kaki Amy agak gemetar karena kedinginan, bahunya naik dan ia mengusap usap telapak tangannya. Amy membuka pintu kaca dan berdiri di depan.

Mark melihat cara Arvy menatap Amy.

"Amy…apa dia benar benar sepupu kandungmu?"

Arvy menoleh, matanya melebar. Mark menyadari sesuatu.

"Apa ini? Kenapa reaksimu begitu? Apa kalian…"

"Iya, kita sepupu kandung."

"Hemm…aku Tidak yakin. Apa kau di adopsi?"

"Jaga mulutmu, sialan!"

Mark tertawa. "Maaf maaf."

"Oh? Atau Amy yang sebenarnya bukan…"

"Cukup! Jangan bicara lagi."

Mark diam. Ia melihat gesture dan ekspresi wajah Arvy yang sepertinya tidak menunjukkan penolakan terhadap apa yang akan ditanyakannya. Mark mengambil kesimpulan kalau Amy bukan anak kandung orang tuanya.

"Meskipun bukan pacar, dia tetap sepupumu kan. Setidaknya kau harus mengantarnya." Mark menarik lengannya dan memaksanya keluar.

"Apa yang kau lakukan?!"

Mereka berdua akhirnya pergi ke depan. dan berdiri di samping Amy sembari menatap langit yang berwarna putih dan gerimis tipis.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Amy menoleh.

Arvy hanya berdehem canggung.

Sementara Mark menatap bangunan bangunan tinggi yang berseberangan dari bar. Basah karena hujan, pohon pohon dan jalanan yang basah dan beberapa genangan di jalan yang berlubang.

"Ahh…aku Tidak percaya seorang bodyguard sepertiku harus jadi bartender selama seharian."

"Aku ragu kalau kau benar benar bodyguard level A," kata Arvy.

"Apa?! cih dasar client sewotan."

Mereka bertiga berdiri berjajar di luar.

"Aku tidak apa apa. Kalian masuklah," kata Amy. Ia melangkah ke depan dan mengulurkan tangan kanan ke depan, memeriksa gerimis yang masih turun.

"Gerimisnya sudah berhenti. Aku harus cepat pulang. Kalian cepat masuk sana."

Amy berjalan meninggalkan teras bar, menuju trotoar dan berhenti di depan lampu lalu lintas di depan zebra cross, beberapa orang juga berdiri di sana, menunggu untuk menyeberang. Amy melambai sembari tersenyum.

"Hati hati," teriak Mark sembari melambai. Arvy juga melambai.

Amy tersenyum lalu menghadap ke depan. Arvy berbalik hendak masuk kembali, namun tiba tiba Mark memanggilnya serius.

"Arvy?"

Arvy menoleh namun setengah hati.

"Arvy!" teriaknya kemudian. Barulah Arvy kembali berbalik dan mendapati Mark menatap ke arah datangnya bus dengan serius.

"Kau ini lihat apaan sih?" ia ikut melihat arah pandangan Mark dan betapa terkejutnya ada sebuah truk besar yang membawa material batu batu alam besar oleng atau hilang kendali karena jalanan yang licin akibat hujan.

"OOOOHHH…." teriak Arvy. Matanya membelalak lebar. "Truk itu!!"

Mereka melihat truk itu dan posisi Amy berdiri bergantian.

Orang orang yang berdiri di sisi kanan dan sisi kiri Amy tiba tiba panik dan menghindar, karena truk itu melaju tidak stabil seolah akan menabrak siapapun di sekitarnya. Namun Amy Tidak menyadari karena ponselnya berdering, Alfa menghubunginya karena khawatir.

Drfftt drfftt

Amy tidak menyadari orang orang menyingkir dari sana dan memilih untuk menghindari maut, namun Amy sibuk mencari ponselnya di tas selempang kecilnya.

"Tolong minggiiiiiir!!" teriak supi truk yang Tidak bisa mengendalikan truknya karena jalan aspal sangat licin.

Amy tak sempat mengambil ponselnya dan menoleh ke arah teriakan supir truk itu. Ia melihat ke arah datangnya truk yang mendekat ke arahnya.

"Awaaaassssss!!" teriak supir itu.

Namun terlambat, Amy hanya bisa menganga, membelalakkan matanya panik, namun kakinya kelu dan Tidak bisa digerakkan. Ia mematung dan membisu.

"Amy! Awaaasss!" teriak Arvy.

Truk berada di depan mata Amy, semua orang di jalan itu panik namun sudah terlambat. Hingga…

Syyuuut!

Mark secepat kilat berlari dan menarik tubuh kecil Amy. Ia menjatuhkan diri ke rerumputan agar tubuh Amy tidak terlalu sakit.

Truk itu melaju melewati batas trotoar dan menabrak tiang listrik hingga ada cipratan listrik di sekitarnya.

Brakkk!!

Suara truk yang menabrak itu sangat kencang dan kuat hingga menimbulkan tiang listrik itu condong hampir rubuh. Semua orang di jalanan yang menyaksikan tabrakan maut yang hampir menimpa seorang gadis di sana. Mereka berdatangan menghampiri Mark dan Amy, bersyukur bahwa keduanya baik baik saja.

Arvy Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mereka berlari sangat cepat, ia adalah bodyguard yang memiliki tingkat keamanan level A. Arvy dengan panik berlari menghampiri mereka.

"AMY!"