webnovel

The Game World Comes to Reality

Bercerita tentang anak SMA Hideaki yang gemar bermain game online VR (Virtual reality) World Game bersama 4 temannya dan memiliki misi untuk mencari musuh yang lebih kuat. Mereka membangun kerajaan, memperkuat militer mereka, dan memperkuat kemampuan mereka sendiri. Mereka yang ada di World Game juga ingin meraih mimpinya sendiri karena konsep World Game adalah game membuat mimpi menjadi kenyataan dan bisa membuat imajinasi menjadi kenyataan. Tapi suatu hari di malam hari setelah Hideaki selesai bermain World Game, Hideaki tidur di malam hari dan entah kenapa, dia terbangun di dunia lain yang ternyata adalah dunia game yang sedang Hideaki mainkan dimana World Game menjadi nyata, tidak hanya Hideaki tapi semua pemain. Hideaki terus berusaha mencari informasi kenapa Dunia Game bisa jadi nyata? bagaimana cara keluar dari dunia game ini? Apakah mungkin mengeluarkan semua pemain dari dunia game sebelum salah satu dari mereka mati? Khusus untuk pemula? Apakah Hideaki berhasil keluar dari dunia game dan membawa pulang semua pemainnya tanpa ada orang lain?

Hariz_Al_Fadillah · ファンタジー
レビュー数が足りません
14 Chs

Chapter 1(Prolog): Kisah Paling Awal

Suatu pagi yang cerah di kota Nagoya.

Ada seorang anak perempuan di rumah keluarga besar isamu yang ingin membangunkan kakaknya dari tidurnya, ia terlihat berjalan menuju sebuah kamar dan mulai mengetuk kamar kakaknya.

[Di luar kamar Hideaki]

"Tuktuk, Oni-chan!.... bangun sekarang!... sudah pagi dan waktunya pergi ke sekolah."

Panggil Sora untuk menyuruh adiknya bangun dari tidurnya sambil mengetuk pintu rumahnya.

[Kamar tidur Hideaki]

Aku mulai terbangun dari tidurku setelah mendengar suara Sora yang berusaha membangunkan ku.

"Wuaahhh..... Baiklah aku bangun!"

Aku masih ngantuk, membuka mata terasa berat, mulutku menganga karena masih ngantuk dan lelah.

"Oke, jika kamu sudah bangun, cepatlah dan bersiap-siap!."

Sora pergi, melangkah ke tangga untuk turun dimana, rumah Isamu adalah rumah tingkat 2. Dia juga harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

°Sora adalah adik perempuanku. Adik perempuanku sangat cantik dan baik hati dan tentu saja aku sangat menyayangi adikku, Sora juga begitu padaku.°{Batin Hideaki}.

°Dia memiliki sifat lembut, sedikit tegas dan ceria, sedikit tsundere. memiliki rambut hitam pendek lembut dan mata merah seperti ayah kami, dia duduk di bangku SMP kelas 9.°

Aku mengucek mataku, mulai bangun dari tidur dan mengantuk, bangun dari tempat tidur dan berjalan menuju jam digital, melihat jam untuk memastikan jam berapa sekarang.

"Hmmm, sudah jam berapa?" tanyaku sambil melihat jam Alarm digital dalam keadaan mengantuk.

"HAHH!" Aku berteriak kaget melihat waktu sudah menunjukkan pukul 17:30.

"Aduh! Berbahaya kalau aku terlambat ke sekolah!... Lebih baik aku bergegas dan bersiap-siap ke sekolah."

Dengan cepat aku pergi mengambil handuk yang sedang digantung dan langsung menuju kamar mandi yang ada di kamarku.

Setelah itu, beberapa menit kemudian....

.

.

.

[Ruang makan]

Di ruang makan, keluargaku saat ini sedang sarapan bersama dan sambil membicarakan sesuatu.

"Sora Sayang, dimana Kakakmu?" Ibuku bertanya pada Sora tentang keberadaanku.

"Mereka bilang... Oni-chan sudah bangun dan dia bersiap-siap pergi ke sekolah. Jangan khawatir bu, Oni-chan akan segera turun!"

Sora menjawab sambil melahap makanannya untuk dimakan dengan garpu makan

"Oke, kuharap dia cepat turun karena dia punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan dan dia juga tidak akan terlambat ke sekolah."

Kata ibuku sambil memotong makanannya yang berupa daging dengan pisau makan

"Karena hari ini adalah hari pertama dia naik ke kelas 11 SMA, dan pastinya tidak boleh terlambat"

Sora dan ayah melihat ibu yang mengkhawatirkan ku, dengan wajah khawatir dan hati yang gelisah.

"Jangan khawatir, hideaki tidak akan terlambat. Sejak dia masih kecil..... dia tidak pernah terlambat ke sekolah, apalagi ini bukan pertama kalinya dia terlambat bangun kan?"

Ayah bertanya untuk menenangkan ibu agar dia tidak khawatir sambil memegang makanannya dengan garpu.

"Itu benar, baiklah aku tidak akan khawatir lagi!"

Ibu menjawab sambil memegang makanannya dengan garpu dan wajahnya sedikit tenang.

Saat ini, aku sedang berjalan menuruni tangga ke lantai dasar. Aku sedikit terburu-buru karena takut terlambat ke sekolah.

"Cepat..... Hari ini, aku tidak boleh terlambat, Karena hari ini adalah hari pentingku!."

Aku duduk di meja makan, bersama keluarga aku yang sarapan terlebih dahulu!

"Halo semuanya, selamat pagi ayah, ibu, Sora dan adik perempuanku yang lucu." Salam dari aku untuk keluarganya.

Mendengar sapaan itu, seluruh keluarga mengangguk menjawab sapaanku dengan senyum hangat mereka.

"Dan nikmati makananmu!"

Aku mengambil garpu dan sendok, memotong daging yang sudah dimasak dan memakannya dengan lembut di mulut saya.

Aku memakan sarapanku dengan rakus karena aku sedikit terburu-buru ke sekolah dan ayah ingin berbicara denganku saat aku masih makan.

"Hideaki! Silakan setelah makan, ayo berkumpul di ruang tamu dulu! Ada sesuatu yang ingin ayah katakan padamu."

Ayah berbicara dengan nada serius, dia menatapku dengan serius tanpa ragu dari kata-kata itu, aku mengangguk sebagai penegasan.

"Oke ayah!..." Aku tersenyum.

°Ayahku, bernama Gojou Isamu, adalah sosok ayah yang dermawan dan tegas. Dia adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dan setia kepada keluarganya! ayah juga pekerja keras, selalu bekerja di perusahaannya sendiri yang dibangun dari awal.°

°Sedangkan ibuku yang bernama Shiina Isamu adalah sosok ibu yang dermawan. Ia adalah ibu rumah tangga yang bertanggung jawab dan setia kepada keluarganya! Ia lembut dan baik terhadap keluarganya. jadilah anak yang patuh dan baik, tentu saja.°

Setelah keluarga saya selesai sarapan, ibuku membersihkan piring dan gelas dengan bantuan Sora, sedangkan aku dan ayahku yang sedang menggendong adik kecilku, pergi terlebih dahulu keruang tamu.

Ibu dan Sora setelah selesai mencuci piring, mereka pun langsung menuju ruang tamu untuk membicarakan hal penting yang ayah minta.

[Ruang tamu]

Saat semua orang sudah berkumpul di ruang tamu dan sudah duduk di sofa, ayah dengan wajah serius memulai pembicaraan.

"Hideaki dan Sora, hari ini ayah pergi ke luar kota karena ada pekerjaan yang harus dilakukan dari kantor!" Kata ayah dengan tatapan serius.

"Lalu bagaimana dengan ibu dan adik laki-laki? Apakah mereka datang atau tidak?"

Aku bertanya karena penasaran dan hanya ingin tahu.

"Tentu saja ibu dan adik perempuan akan ikut dengan ayah, karena ibu adalah istri ayah! Dan tentu saja ibu akan ikut dan adik laki-laki akan ikut dengan kita." jawab ibu sambil menggendong adik laki-laki.

"Ya, apa yang dikatakan ibumu itu benar. Karena seorang suami membutuhkan istrinya jika ada kebutuhan atau acara tertentu dan karena itu ayahku meminta atau memohon padamu untuk menjaga dirimu baik-baik."

"Apakah kamu bisa memenuhi perintah ayah?" Ayah meminta Hideaki dan Sora untuk menjaga diri dengan memperhatikan mereka.

Mendengar kata-kata itu, Sora dan aku setuju dan berbicara agar ayah dan ibu tidak khawatir atau khawatir tentang mereka.

"Jangan khawatir, kami akan menjaga diri kami dengan baik. Jadi kamu tidak perlu khawatir atau mengkhawatirkan kami.

Sora dan aku menjawab serempak agar ayah dan ibu tidak khawatir atau mengkhawatirkan mereka.

Mendengar hal tersebut, ayah dan ibu tersebut lega dan bahagia karena anaknya sudah remaja dan bisa mengurus dirinya sendiri.

kami semua berdiri untuk bersiap-siap pergi. Ayah dan ibu mulai mengambil barang bawaan seperti koper, sementara aku dan Sora mengambil tas kami.

Setelah mengambil tas kami bersama-sama, kami berdua menuju ke rak sepatu untuk memakai sepatu kami, diikuti oleh ayah dan ibuku yang mengenakan sepatu dan sepatu hak pendek.

kami keluar rumah menuju mobil, ayah menyalakan mobil dan aku, Sora, ibu yang sedang menggendong adik laki-lakiku yang bernama Taro Isamu masuk ke dalam mobil.

Mobil dinyalakan, Ayah tancap gas dan melaju untuk mengantarkan aku dan Sora ke sekolah kami terlebih dahulu sebelum berangkat ke luar kota untuk urusan kantor atau perusahaan.

[Di sekolah].

Akhirnya sampai di sekolah, ayah dan ibu berpamitan. Aku pun menyapa dan langsung mencium tangan orang tuanya. Setelah itu ayah dan ibu saya segera pergi dan aku langsung menuju melewati gerbang sekolah untuk masuk sekolah dan menuju papan pengumuman untuk mengetahui ruang kelas yang akan di tempati nanti.

[Dekat gerbang sekolah]

°SMA Meito adalah tempat sekolah belajar saya. Saya telah berada di sekolah ini selama 1 tahun. SMA Meito, sekolah elit. Hanya beberapa orang yang bisa masuk sekolah ini, dan untungnya saya bisa lulus tes masuk ke sekolah ini....°

Aku berjalan menuju papan pengumuman untuk mencari tahu di mana kelasnya, tetapi ada kerumunan yang menghadangku.

[Dekat papan buletin]

"Sangat ramai!"

Aku terkejut melihat papan pengumuman yang dikelilingi oleh banyak siswa.

"Bagaimana aku bisa melewati kerumunan siswa ini, untuk dapat melihat di mana ruang kelasku?"

Aku bingung dan hanya berpikir melihat kerumunan.

"Pokoknya aku harus buru-buru melihat di mana ruang kelasku!"

Aku bersemangat, dengan tekad dan pantang menyerah, dengan semangat dan pantang menyerah. Aku melewati kerumunan siswa meskipun itu agak sulit.

"Sayangnya ramai tapi aku tidak bisa menyerah, Maju!" Saya mengatakan bahwa sulit untuk maju di tengah kerumunan siswa.

Aku merasa sulit untuk melihat karena ada begitu banyak siswa di sana tetapi dia tidak pernah menyerah. Aku terus memasuki kerumunan mahasiswa, sambil permisi dan akhirnya aku berhasil melihat papan pengumuman.

"Akhirnya aku bisa melihat kertas pengumuman dimana kelas saya, jika demikian saya harus segera melihat nama saya untuk mengetahui dimana kelas saya"

Aku mencoba mencari di mana nama dan kelas aku di papan pengumuman sekolah, saya mengalami sedikit kesulitan karena aku bertemu dengan banyak siswa.

°Hideaki... Hideki... Hideki.... hideaki.... dimana namaku?°

°Hideki... akhirnya menemukannya!°

"Aku di kelas 11-A, aku harus cepat sampai!"

Berkata pelan, mulai mencari kelasku dan mendapatkan kursi meja yang nyaman untukku.

Ketika aku berhasil keluar dari kerumunan, aku bertemu dengan 4 orang lainnya. Ada seseorang yang datang kepadanya tanpa saya sadari.

"Halo, Hideaki" sapa seseorang bernama Satoshi yang menepuk pundakku dengan senyumannya.

HAHH!" Aku sedikit kaget, karena tiba-tiba menyapa dan menepuk pundakku.

"Hei, ada apa? Kamu kaget? Tenang, aku sahabatmu Satoshi."

Kata Satoshi Sambil menenangkan diri dengan mengelus punggungku.

"Tidak apa-apa, kau hanya mengejutkanku"

"Hahahaha" Satoshi tertawa terbahak-bahak.

Melihat Satoshi tertawa, aku juga melihat 3 orang lainnya Di belakang Satoshi ada 3 orang melihatku dan tersenyum.

"Halo Hideaki" sapaan dari seseorang bernama Tadao, Yochi, dan Nario.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Tadao.

"Ya benar, bagaimana kabarmu? Apakah kamu sehat? Tanya Yochi.

"Hmm..." Nario mengangguk.

Mereka bertanya kepada aku karena mereka ingin tahu bagaimana keadaan aku setelah 2 bulan tidak bertemu setelah liburan bersama setelah menyelesaikan ujian kenaikan kelas.

"Tentu saja tidak apa-apa, kalian santai saja."

"Mereka adalah teman baik, tanyakan padaku"

"Bagus kalau kamu baik-baik saja." senang Tadao dan Yochi.

Mendengar itu, kami berlima berpelukan dan tertawa bersama karena sudah 2 bulan tidak bertemu.

Setelah itu aku juga bertanya kepada teman-teman saya tentang sesuatu.

"Oh iya, aku mau tanya! Kalian kelas berapa?" Aku bertanya dengan rasa ingin tahu kepada mereka, saya ingin tahu di mana ruang kelas mereka.

"Tentu saja kita berada di kelas 11-A, sama seperti tahun lalu adalah 10-A." Jawab Satoshi.

Mendengar itu yang lain mengangguk menandakan bahwa mereka berada di kelas yang sama menurut Hideaki di dalam hatinya.

"Wah, bagus kalau seperti itu! Kita satu kelas lagi seperti tahun lalu." Aku senang bisa satu kelas lagi bersama teman-temanku.

Kalau begitu, kita harus bergegas ke kelas. Nanti kita tidak akan mendapat tempat duduk untuk bisa berbicara dengan kita berlima!" Ide brilian Nario.

"Itu ide yang bagus, ayo kita buat kelas untuk bisa mendapatkan kursi agar bisa berbicara berlima!" Kami bersorak bersama.

kami berjalan menuju kelas 11-A untuk mendapatkan tempat duduk yang bisa untuk kami berlima mengobrol bersama

Di perjalanan kami mengobrol bersama sambil menuju ke kelas, kami tertawa dan bersenang-senang bersama sekaligus di tonton oleh adik kelas yang menatap kami karena ketampanan dan ketampanan kami berlima, apalagi kami yang paling terkenal di sekolah dan sudah banyak gosip tentang kami berlima di luar juga.

°Satoshi, Yochi, Nario, Tadao mereka adalah teman terdekatku. Mereka adalah sahabat yang selalu bermain, bersenang-senang, dan sedih bersama.°

°Satoshi, Satoshi adalah temanku sejak aku pindah dari Indonesia ke kota Nagoya, Jepang.... Dulu dia adalah anak yang fisiknya lemah, gendut dan suka dibully oleh teman-teman sekelasnya. dia menjadi teman dan saya terus membantu Satoshi yang membuat Satoshi memiliki cita-cita untuk menjadi kuat sehingga dia bisa membantu banyak orang.°

°Tadao, Tadao adalah anak berdarah dingin karena dia sering melihat ibunya diperkosa dengan kejam membuatnya bisa menyakiti siapa saja yang menyakiti orang yang dia sayangi, tapi suatu hari dia ingin membunuh teman sekelasnya entah kenapa, aku datang dan menantang Tadao untuk berjuang, singkatnya ceritaku menang dan memberikan kata-kata motivasi yang membuat Tadao berubah, sejak saat itu dia dan aku berteman dan Tadao menjadi seorang detektif untuk melindungi orang-orang yang dicintainya dari balik layar.°

°Yochi, Yochi adalah anak pintar dengan IQ di atas rata-rata dan juga terobsesi menjadi ayahnya yang membuatnya lupa akan jati dirinya, suatu hari dia turun karena nilainya di bawah murid baru, akhirnya dia dibully dan aku bantu dia sekaligus memberi kata kata jadilah dirimu sendiri, sejak saat itu Yochi dan aku berteman dan Yochi menjadi dirinya sendiri yaitu menjadi kutu buku dan astronomi.°

°Nario, anak yang pendiam dan juga sangat menyendiri, dia menjadi pendiam dan menyendiri. Karena dulu dia jatuh cinta pada seorang wanita, tapi wanita itu mempermainkan perasaannya, membuatnya sulit mempercayai orang lain, kecuali satu. hari saya ngobrol dengan Nario dan berbicara tentang perasaan dan kepercayaan, membuat Nario sedikit mengerti, sejak saat itu kami menjadi teman dan Nario hanya memberikan kepercayaan kepada orang-orang tertentu yang dianggap bisa dipercaya.°