webnovel

The Day You Blew

Ini tentang dirimu yang merubah segala sesuatu yang telah direncanakan. Jatuh hati padamu, bukan rencanaku. Tapi memang sejak awal, aku yang memulai. "Ngga ada yang nyuruh kakak kayak gini," -Rael "Emang ngga ada. Tapi lebih baik aku capek ngejar kamu daripada capek ngejar yang lain." -Danell Hanya itu alasanku. Karena maaf, aku sudah terlanjur jatuh padamu.

Nadyaelyana · 若者
レビュー数が足りません
5 Chs

#ONE

Kegiatan belajar mengajar di SMA Harapan Bangsa, sudah berjalan efektif selama 2 bulan ini. Banyak sekali murid baru, murid pindahan, dan murid lama yang masih setia di SMA ini. Sekolah ini juga sangat terkenal dikalangan anak remaja, disekitaran Kota Jakarta. Kalau ditanya murid pindahan, salah satunya adalah Rael, yang baru pindah sebulan yang lalu dari Surabaya.

Maka dari itu, ini sedikit latar belakang dari Rael. Namanya Keala Azrael Wiranata, murid pindahan yang sekarang duduk dikelas XI. Mempunyai dua orang kakak laki-laki, dan satu orang adik perempuan. Kakak pertama bernama Noah Wiranata, kakak kedua bernama Roland Wiranata, dan adik perempuan yang bernama Abigail Ruby Wiranata. Rael pindah ke Jakarta, karena tuntutan kerja ayahnya, Jodie Wiranata.

Rael memang baru terhitung 2 bulanan, di SMA Harapan Bangsa. Tapi, dia sudah medapatkan 4 teman yakni, Kila, Hana, Kezia, dan Briell. Semua itu karena setelah Rael masuk ke kelas barunya, ternyata Rael duduk berdekatan dengan mereka berempat, jadi mereka sekarang adalah teman.

.

.

.

.

.

.

.

"Rael, gimana perasaannya setelah pindah kesini?" Karena sedari tadi mereka hanya duduk, akhirnya Kezia bertanya.

"Hmmmm, kalo dibilang seneng juga gak bisa. Soalnya kangen juga sama temen yang di Surabaya."

"Emang Ayah lo sering dipindahin ya, tempat kerjanya?" Kata Hana.

"Iya sering, kalo ditambah sama pindahan yang ini mungkin jadi 5 kali, gue pindah sekolah terus."

"Hah? 5 kali? Terus kalo lo pindah lagi setelah ini gimana dong?" Briell kaget banget kayaknya.

"Biasa aja kali, gausah teriak gitu juga." Sambung Hana.

"Ya gatau deh, kalo harus pindah lagi. Gue gak bisa nolak!" Jawab Rael.

"Semoga jangan pindah lagi deh, soalnya kita klop banget sama kehadiran lo disini! Hehet." Kata Kila.

"Banyakin doa aja yang penting. Iya gak, el?" Kezia langsung menyenggol lengan Rael.

"Ra, gue boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Kila.

Dibalas anggukkan dari Rael.

"Kakak lo kok ganteng banget sih?"

"Ganteng? Biasa aja tuh dia. Ganteng gitu, dia ngeselin tau gak. Tapi kadang manis sih sama adek nya." Jawab Rael.

"Sumpah ganteng banget kak Noah sama kak Roland." Sambung Kila.

"Heh inget udah punya pacar. Tikung-able amat idup lo?" Sambil geleng-geleng kepala Hana nyaut.

"Gak papa kali, lirik yang laen bentar. Hehet!"

"Eeh udah-udah, itu Pak Aster udah dateng. Cepetan keluarin buku Pkn, daripada kena semprot ntar!" Suruh Briell setelah melihat Pak Aster melangkah masuk ke kelas.

"Baik, selamat pagi anak-anak!" Sapa Pak Aster.

"Pagi paaaak!"

"Kemarin pelajaran kita sudah sampai di bab Hukum dan HAM. Buka buku halaman 168!"

*

"Gengsss ntar jadi kan kerumahnya Rael?" Tanya Hana.

"Jadi dungss.. eh tapi bunda lo bolehin kan, El?" Jawab Kila sambil kembali menatap menu makanan dikantin.

"Boleh dong! Kan kemaren gue udah izin sama bunda. Jadi jam 4 sore, dateng kerumah, bareng aja." Rael mengiyakan perkataan Kila tadi.

"Segitunya ya emang kalo udah dapet temen baru?"

"Soalnya kata bunda, pengen aja deket sama kenal temen-temen baru gue, disetiap kali pindah ke sekolah baru." Jawab Rael.

"Owwh gitu toh.." Balas Kezia.

"Gengss bisa gak kita pesen makanan dulu, abis itu baru ngobrol sambil makan? Laper nih gue." Celetuk Briell.

"Yodah, santuy aja dong lo! Pesen udah makanannya. Entar lo semaput, gue gak mau gendong pokoknya!" Kila jawabnya nyolot banget.

"Mari kita pesan! Let's go bishes!" Kata Hana.

Ditempat yang sama...

"Eeh gimana sama cewek yang kemaren? Siapa lagi namanya?" Tanya Rafa pada Danell.

"Si Nadine? Biasa aja gue mah. Dia kayaknya terlalu suka deh sama gue. Soalnya seneng banget ngumbar nama gue, ke temen-temennya." Jawab Danell dengan wajah datar.

"Resiko orang ganteng itu mah. Terlalu baper kali, dia sama lo!" Sambung Rafa.

"Mungkin."

"Gimana kalo kita main lagi? Taruhannya cewek yang lain lagi." Tawar Gideon.

"Gue sih setuju banget. Seneng aja gue liat cewek dibaperin, abis itu digantung! Iya gak, Nell?" Jawab Rafa enteng.

"Boleh. Siapa takut!" Kata Danell.

"Wisss, yodah gimana kalo target kita sekarang adek kelas?" Sambung Gideon.

"Cari yang cakep, Gid!" Kata Rafa.

"Gimana kalo yang itu tuh? Cakep tuh." Jawab Gideon, sambil nunjuk kearah salah satu cewek yang lagi makan bersama teman-temannya.

"Loh, bukannya itu yang anak baru itu ya? Yang dari Surabaya kayaknya. Cakep sih, gimana Nell?"

"Gak salah lo? Masa adek kelas sih? Kasian ntar hatinya gak siap dibaperin sama gue." Jawab Danell sambil melihat target yang dibilang Gideon tadi.

"Yaelah, lo takut masbro? Ya bukannya prinsip kita dari awal kayak gitu?"

"Udahlah, yang penting sekarang lo mau Truth or Dare nih? Mau jujur kalo lo gak bisa, atau lo berani terima tantangannya?" Rafa menawar.

Sambil menimbang-nimbang, Danell menjawab, "Fine. Gue pilih Dare, tapi sebelum itu kasih gue waktu beberapa hari sebelum gue deketin dia. Karena gue harus lepasin Nadine dulu!"

"Nah gitu dong masbro. Fix nih ya! Kita bakal ngasih waktu, tenang aja." Kata Gideon.

.

.

.

.

.

.

.

.

Rael dan teman-temannya, masih makan pesanan mereka tadi. Sambil Rael bercerita tentang sekolahnya yang Surabaya, sebelum dia pindah ke Jakarta. Di sekolahnya yang di Surabaya, Rael punya 1 sahabat bernama Nana. Karena terlalu dekat, Nana hampir ikut pindah sekolah ke Jakarta karena Rael pindah. Tapi, sayangnya hal itu tidak terjadi.

"Eh, itu kak Gideon kayaknya nunjuk-nunjuk kearah kita sih? Curiga nih gue." Kata Kezia disela-sela obrolan Rael.

"Masa sih?" Sambung Hana sambil nengok ke arah belakang mereka. Lumayan jauh tempat duduk mereka.

"Waduh bahaya nih gengss, curiga juga gue kalo udah ada kak Danell. Pasti ada sesuatu nih!" Terka Briell.

"Semoga kita bukan target dia selanjutnya deh." Kata Kila.

"Emangnya mereka siapa?" Tanya Rael, dan disaat dia melihat kearah Danell, dengan tak sengaja mereka berdua saling tatap.

"Aduh, mending kita cabut aja deh. Daripada ntar kita diapa-apain sama mereka. Yuk!" Suruh Hana.

Akhirnya mereka ber-5 pergi dari kantin, tanpa memberitahu Rael apa yang tadi ditanyakannya. Rael cuman bisa ngikut, tapi masalahnya Rael penasaran.

"Takut diapa-apain? Emang mereka kenapa?"  -batin Rael

🌼🌼🌼

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Rael dan temannya yang lain langsung membereskan semua alat tulis mereka kedalam tas, sebelum pulang. Karena hari ini bukan jadwal piket mereka ber-5, jadi dengan bebas mereka langsung bisa pulang ke rumah. Eitss, lebih tepatnya ke rumah Rael dulu. Mereka berjalan ke pintu gerbang, dan gak perlu nunggu karena jemputan Rael udah Stanby daritadi. Mereka pun langsung naik mobil Rael, dan menuju kerumahnya.

20 minutes later...

Perumahan Jagakarsa, Jakarta Selatan no.27

Setelah mereka sampai, mereka langsung disambut oleh Bundanya Rael. Wanita tersebut sangatlah ramah, keliahatan dari wajahnya. Mereka langsung disuruh masuk, dan berbincang sebentar sebelum disuguhi makanan buatan Ibunda Rael.

"Aduuh cantik-cantik sekali temannya Rael." Kata Rista, ibunda Rael.

"Yaampun tante, gak gitu kok. Tante juga cantik banget!" Jawab Hana.

"Tersanjung deh tante jadinya. Gimana sekolahnya? Baik kan?"

"Baik tante, Rael juga cocok kok sama kita. Tante gak perlu khawatir!" Jawab Kila.

"Makasih ya, sudah mau jadi temannya Rael. Tante sebenarnya khawatir Rael gak punya teman. Tapi, ternyata ada 4."

"Apaan sih bun," Sambung Rael.

"Tante mah bisa aja. Oiya, Rael gak bakal pindah lagi kan tante?" Tanya Kezia.

"Kalau itu sih tante gak tau, tapi semoga aja gak."

"Aminnnnn semoga nggak!"

"Yaudah, tante udah siapin makanan untuk kalian semua. Ayo makan bareng-bareng.

.

.

.

.

.

.

.

.

Setelah dari rumah Rael, mereka langsung bergegas pulang kerumah masing-masing karena hari sudah menjelang malam.

Rael masuk ke kamarnya, dan melakukan kegiatan rutinnya yaitu mendengarkan lagu sebelum tidur. Setelah beberapa menit dia mendengarkan lagu, ada sesuatu yang baru saja dia ingat.

"Oiya, kakak yang tadi dikantin siapa ya?"