webnovel

The Darkest Destiny's

Merasa selalu di permainkan takdir membuat gadis itu menjadi sosok yang tidak tersentuh. Hati dan jiwanya sudah menjadi batu. Kehilangan orang yang dicintai dengan cara yang curang, membuatnya sadar jika hidup mewah yang di rasakannya selama ini hanyalah semu. Jika bagi orang lain keluarga adalah jalan mereka untuk pulang, maka baginya keluarga adalah jalan menuju kematian. Seorang lelaki yang seharusnya menjadi lelaki pertama yang merangkul dan memberinya rasa aman, namun sosok itu pula yang membuatnya kehilangan kemampuan bicara karena rasa sakit dan trauma yang mendalam. Menghakimi semua orang yang membuatnya menjadi seperti sekarang adalah tujuan hidupnya. Mimpi buruk akan segera datang bagi mereka yang telah membuat hidupnya hancur. Dia bersumpah akan membuat mereka semua memohon kematian padanya. "Kau yang menjadikan ku monster jadi jangan bersikap seolah-olah kau adalah korban" katanya sambil berseringai dingin. Pria itu shock mendengar perkataan gadis dihadapannya ini, ternyata akulah yang telah mengubahmu menjadi seperti ini, pikirnya. ********* "Aku adalah dewa kematian, akan kuturuti semua keinginanmu, dan kau hanya perlu melakukan satu hal untukku" ucap pria itu dengan tersenyum licik Sambil tertawa dingin gadis itu berucap "Ha ha ha... Jika kau adalah dewa kematian, maka aku adalah kematian itu sendiri. Jika kau tidak ingin mati ditanganku, maka enyahlah kau membuatku muak."

zaharafth_ · 都市
レビュー数が足りません
393 Chs

That's my sister

Piemento, Italy | ROCKEFELLER's private airport, 08:30 am

Seorang gadis cantik tengah berjalan cepat menuju mobil yang sudah menunggu kedatangannya. Hazel baru saja tiba di Italy, dan sekarang dia sedang berada di area landasan udara pribadi milik Rockefeller's.

Berita yang diberitahu sang Ibu kemarin membuatnya mempercepat kepulangannya. Seharusnya di masih ada jadwal dua hari lagi di paris.

"Kau memberitahu yang lain aku sudah kembali?" Tanya Hazel, kepada seorang pria berbadan kekar.

Pria itu menunduk hormat, membukakan pintu mobil untuk Nona mudanya. "Tidak Nona Muda, sesuai perintah Anda." ucap pria itu sopan.

"Bagus. Kita berangkat sekarang." perintah Hazel, dengan nada khasnya.

Mobil hitam yang ditumpangin Hazel pun melaju dengan kecepatam sedang, diikuti dua mobil lain yang berada didepan dan dibelakang mobil Hazel.

Sekitar dua jam perjalanan, tiga mobil itu memasuki gerbang kediaman Rockefeller's. Butuh 30 menit lagi untuk tiba di pelataran kastil.

Setelah sampai, Hazel langsung turun dari mobil dan disambut oleh beberapa maid yang melihat kedatangannya.

"Selamat datang Nona Muda." ucap mereka serempak,

Hazel mengangguk, "Dimana Drystan?" tanyanya

"Tuan Muda berada dikamarnya Nona." ucap salah satu maid,

Hazel mengangguk paham, dan melanjutkan langkahnya. Ia harus memastikannya sendiri apa yang dikatakan Mamma nya benar atau tidak.

Tanpa mengetuk pintu, Hazel langsung membuka pintu kamar Drystan. Drystan yang sedang memainkan ponselnya terkejut melihat adiknya, karna yang ia tahu Hazel akan pulang lusa.

"Hai, kenapa tidak bilang jika kau sudah pulang, aku bisa menjemputmu." ucap Drystan lembut, Hazel tidak menjawab. Ia menatap datar Drystan.

"Bagaimana perjalananmu? Ah, by the way, wellcome home." Drystan tersenyum lembut, namun lagi. Hazel tidak merespon ucapannya, dan hanya diam menatap Drystan.

Drystan menaikkan sebelah alisnya, menatap bingung Hazel.

"Hei, what's going on? You looks so upset." ucap Drystan bingung,

"Why you didn't tell me?" tanya Hazel, yang membuat Drystan makin menatapnya bingung.

"About?" Drystan menjawab dengan pertanyaan,

"Kau tidak punya sesuatu untuk dikatakan padaku?" Hazel menaikkan alisnya, menuntut jawaban.

Drystan tampak berpikir, "Hm, nothing. Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, Princess?"

Hazel meggeram kesal, "APA KAU AKAN TERUS MERAHASIAKANNYA DARI KU DRYSTAN?" jerit Hazel,

Drystan kaget mendengar suara Hazel yang meninggi, dia tidak pernah mendengar Hazel meninggikan suaranya. Drystan memegang bahu Hazel, mengusapnya pelan.

"Calm down Hazel, relax. Take a deep breath." Drystan mencoba menenangkan Hazel, meskipun masih kesal dengan Drystan Hazel tetap melakukan perintah kakaknya itu. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

"Sudah lebih tenang?" Tanya Drystan lembut, Hazel mengangguk pelan. Drystan lalu membawa Hazel untuk duduk di sofa yang ada dikamarnya.

"Minum ini." ujar Drystan seraya menyodorkan segelas air putih, Hazel mengambil gelas itu lalu meminumnya sampai habis dalam sekali teguk.

"Sekarang, bisa kau katakan padaku maksud dari perkataanmu tadi?" Drystan sudah menerka-nerka apa yang mungkin diketahui Hazel, and...

"Mamma bilang kau akan pindah ke Spanyol, apa itu benar?" tanya Hazel, ia menatap sedih Drystan.

Gotcha! sesuai tebakan Drystan. Hazel sudah tahu tentang rencananya yang akan pindah ke Spanyol.

"Memangnya apa yang Mamma katakan?" Drystan ingin tahu, sejauh mana Hazel mengetahui rencananya.

"Mamma kemarin menelponku, dan memintaku untuk membujukmu agar tidak pindah ke Spanyol. Apa kau tahu betapa kagetnya aku waktu Mamma mengatakan itu?" ucap Hazel kesal, ia memukul pelan bahu Drystan.

"Itu sebabnya kau langsung pulang?" tanya Drystan tidak percaya, Hazel mengangguk pelan sebagai jawaban.

Drystan tergelak, "Kau bisa menelponku bodoh." ucapnya.

"Aku gak kepikiran." Jawaban polos Hazel membuat Drystan mengacak kepala Hazel pelan.

"Mamma bilang apa lagi?"

"Tidak ada, Mamma hanya bilang bahwa putranya yang bodoh dan tidak berperasaan akan segera pindah dan memintaku untuk membujuknya."

"Ya, Mamma benar. Aku akan pindah." jawab Drystan, Hazel mentap Drystan tidak percaya. Ia masih berharap Mammanya berbohong agar ia cepat pulang dari Paris.

"But, for what?" mata Hazel sudah berkaca-kaca. Bahkan belum sebulan setlah kepulangan Drystan dari Swiss, kenapa pemuda ini ingin pergi lagi.

Drystan mendesah pealn, ia harus memberikan alasan yang masuk akal dan tidak membuat Hazel curiga,

"Kau tahu kan pusat ROCKEFELLER's INTERNASIONAL berada di Spanyol? Selama ini Daddy mempercayakannya dengan Mr.Crishtian karna tidak ingin meninggalkan kau dan Mamma terlalu lama. Tapi sekarang aku sudah kembali, sebagi putra satu-satunya bukankah sudah kewajibanku untuk mengambil sebagian beban Daddy?" Drystan menatap Hazel, berharap Hazel mempercayainya. Yah, walaupun ia tidak seratus persen bohong. Tapi Hazel tidak perlu tahu mengenai hal lain yang akan dikerjakan Drystan disana.

"Tapi kau masih 17 tahun Zael, para petinggi juga tidak akan mengizinkanmu menjadi atasan mereka karna bagi mereka kau belum cukup umur." Hazel mencoba mengingatkan Drystan, karna sudah bisa dipastikan para petinggi ROCKEFELLER's INTERNATIONAL akan menolak Drystan sebagai CEO mereka walaupun Drystan anak Ketua ( PIMPINAN ) perusahaan.

"Aku tahu, usia paling muda yang bisa diterima adalah 20 tahun. Itu sebabnya aku akan mengambil S2 ku disana, dan belajar tentang perusahaan dari Mr.Crishtian. Agar mereka tahu, siapa Boss mereka nanti." ucap Drystan sombong.

"S2?" tanya Hazel bingung,

"Apa kau lupa aku selalu mengambil kelas akselerasi selama sekolah?" Drystan bals bertanya,

Ah! Hazel ingat sekarang. Ya, Drystan selalu mengambil kelas akselerasi selama sekolah, dia lulus High School saat masih berusia empatbelas tahun dengan nilai terbaik. Dia juga menyelesaikan kuliahnya dalam dua tahun setengah.

"Hah, menyebalkan. Kenapa kau tidak seperti anak normal saja." sungut Hazel,

Drystan tertawa, "Jadi menurutmu aku tidak normal, begitu? Hm?"

"Mana ada anak normal yang usianya baru tujuh belas tahun sudah mau S2." ketus Hazel,

"Bersykurlah kau mempunyai kakak yang pintar Hazel." ucap Drystan dengan nada sombongnya.

"Tck! Jadi kapan kau akan pergi?" Drystan benar, tapi dia jadi tidak punya banyak waktu dengan Drystan dan itu membuatnya makin kesal.

Jika dipikir-pikir, Drystan sangat sempurna. Tampan, kaya dan soal kepintaran jangan ditanyakan lagi, otaknya sangat encer, seperti air. Tapi entah kenapa, kakaknya yang terlihat sempurna itu membuat Hazel gelisah.

'Enggak-enggak. Gak ada manusia yang seratus persen sempurna, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Ini pasti hanya kekhawatiranku saja. Iya, pasti begitu.' batin Hazel dalam hati, ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Mengenyahkan kegelisahannya.

Bukannya Hazel gak bisa mengambil kelas akselerasi seperti kakaknya, hanya saja Hazel memilih menikmati hidupnya dengan santai.

"Tiga minggu dari sekarang." jawab Dystan santai,

"WHAT? TIGA MINGGU LAGI?" pekik Hazel,

"KENAPA KAU BARU BILANG SEKARANG, ZAEL??!" jerit Hazel kesal.

"Ingat aku sudah menyuruhmu untuk mengosongkan jadwal selama sebulan kedepan, agar kita bisa main bersama. Tapi kau selalu SI.BU.K." Drystan mengingatkan, dan sengaja menekan kata sibuk kalimatnya.

Hazel semakin menggerang kesal, "Tapi kau tidak mengatakan apapun." sungutnya

Drystan mengedikkan bahu, "Bagaimana aku bisa bilang, disaat kau bahkan tidak memiliki waktu untukku?"

Hazel semakin kesal karna Drystan memang benar. Jadi dia tidak ada alasan untuk menyalahkan Drystan dan meminta pemuda itu untuk memundurkan jadwal keberangkatannya.

Damn it! rutuk Hazel. Drystan yang melihat Hazel menahan kekesalannya terkekeh pelan. Jika sudah begini sebentar lagi Hazel pasti menghentakkan kakinya, berjalan cepat dan membanting pintu kamarnya dengan kuat, pikrinya.

Dan benar saja. Hazel melakukan persis seperti yang ada dipikiran Drystan.

BRAK!

Suara bantingan pintu yang cukup keras sedikit menggema dikamar Drysatan.

Drystan terkekeh pelan, "That's my sister." gumamnya.

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

zaharafth_creators' thoughts