webnovel

The Darkest Destiny's

Merasa selalu di permainkan takdir membuat gadis itu menjadi sosok yang tidak tersentuh. Hati dan jiwanya sudah menjadi batu. Kehilangan orang yang dicintai dengan cara yang curang, membuatnya sadar jika hidup mewah yang di rasakannya selama ini hanyalah semu. Jika bagi orang lain keluarga adalah jalan mereka untuk pulang, maka baginya keluarga adalah jalan menuju kematian. Seorang lelaki yang seharusnya menjadi lelaki pertama yang merangkul dan memberinya rasa aman, namun sosok itu pula yang membuatnya kehilangan kemampuan bicara karena rasa sakit dan trauma yang mendalam. Menghakimi semua orang yang membuatnya menjadi seperti sekarang adalah tujuan hidupnya. Mimpi buruk akan segera datang bagi mereka yang telah membuat hidupnya hancur. Dia bersumpah akan membuat mereka semua memohon kematian padanya. "Kau yang menjadikan ku monster jadi jangan bersikap seolah-olah kau adalah korban" katanya sambil berseringai dingin. Pria itu shock mendengar perkataan gadis dihadapannya ini, ternyata akulah yang telah mengubahmu menjadi seperti ini, pikirnya. ********* "Aku adalah dewa kematian, akan kuturuti semua keinginanmu, dan kau hanya perlu melakukan satu hal untukku" ucap pria itu dengan tersenyum licik Sambil tertawa dingin gadis itu berucap "Ha ha ha... Jika kau adalah dewa kematian, maka aku adalah kematian itu sendiri. Jika kau tidak ingin mati ditanganku, maka enyahlah kau membuatku muak."

zaharafth_ · 都市
レビュー数が足りません
393 Chs

Cause i'm not getting married!

Piemento, Italy

"Tidak Drystan, Mamma tidak akan mengizinkanmu melakukannya." ujar Gracelyn menolak keras permintaan putra sulungnya ini.

"Kau juga Alger, kenapa kau mengizinkan putramu untuk pergi, ha? dia baru saja kembali." Gracelyn menatap nyalang Alger, menumpahkan kekesalannya pada suaminya, Alger yang sedang meminum kopinya hanya bisa mendesah. Ia tahu ini akan terjadi.

"Lihat son?" ucap Alger pada Drystan dengan mengangkat kedua alisnya, Drystan mengerti maksud Daddy-nya dan tersenyum.

Drystan lalu menatap Gracelyn yang sudah hampir menangis.

"Mom, aku akan baik-baik saja. Aku hanya ingin mencoba hal baru." Ucap Drystan lembut, seraya mengenggam pelan tangan Ibunya.

"Apa harus dengan itu Drystan? kau tahu betapa berbahayanya hal yang akan kau lakukan itu?" tanya Gracelyn dengan tatapan sedih.

"I know, Mam. Aku tahu dengan sangat baik kalau itu hal yang berbahaya, tapi aku ingin mencobanya." Ujar Drystan keukeh,

"Lagi pula, hal yang akan kulakukan adalah hal legal, Mamma tidak perlu terlalu khawatir." lanjutnya lagi,

"Legal atau pun tidak, kau akan tetap terseret kedalam bahaya jika kau sudah masuk ke Dunia itu Drystan." Gracelyn tahu betul, Dunia seperti apa yang akan dimasuki putranya ini.

"Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan sayang. Drystan bukan anak kecil lagi, dia sudah cukup besar untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak untuk kehidupannya." Ucap Alger menengahi pembicaraan ibu dan anak itu.

"Alger, kau seharusnya melarang keinginan Drystan bukan malah mendukungnya." Ujar Gracelyn

"Dan membiarkan dia melakukan hal itu tanpa sepengetahuan kita? kau tentu tahu dengan sangat baik betapa keras putramu itu. jika kita melarangnya itu akan jauh lebih buruk Gracelyn. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung keinginan mereka." terang Alger, dia mencoba menenangkan istrinya.

"Tapi tetap saja, bukan keinginan yang seperti ini." ucap Gracely lirih. Gracelyn sedikit menunduk dan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Wanita paruh baya itu menangsi kecil. Drystan yang duduk disebelah Gracelyn langsung menarik wanita itu kedalam pelukannya.

Drystan menatap Alger, paham akan maksud putranya Alger langsung mengambil alih posisi Drystan.

Sekarang Alger yang memeluk Gracelyn, menepuk pelan punggung wanitanya dengan sayang, mencoba untuk menenangkan Gracelyn.

"Aku paham dengan kekhawatiranmu itu sayang. Aku juga mengkhawatirkannya, sama sepertimu. Tapi kita juga harus menghormati keinginan anak kita. Dan aku berjanji, selama aku masih hidup aku akan menjaga anak-anak kita dengan nyawaku sendiri. Jadi bisakah kau percaya padaku dan juga Drystan sayang?" ucap Alger lembut tapi tegas.

Gracelyn sedikit mengangkat kepalanya, menatap Alger dan Drystan bergantian. Gracelyn bisa melihat kesungguhan dimata Alger dan kebulatan tekad dimata Drystan.

"Apa Hazel sudah tahu?" tanya Gracelyn akhirnya,

"Aku akan mengatakan bahwa aku akan pergi untuk mengurus perusahaan Daddy yang ada disana." jawab Drystan

"Jika dia tahu, dia pasti akan melarangmu matian-matian Drystan." ucap Gracelyn sambil membayangkan reaksi apa yang akan diberikan putrinya itu jika tahu hal apa yang ingin dilakukan oleh Drystan.

"Itu sebabnya aku merahasiakan hal ini darinya Mam." ujar Drystan pelan,

"Baiklah, melarangmu pun tidak ada gunanya sekarang. Mamma akan mengizinkanmu, tapi dengan satu syarat." ucap Gracely menatap lekat Drystan,

"Syarat apa Mam?" tanya Drystan dengan menatap Gracelyn bingung.

"Berjanjilah dulu pada Mamma bahwa kau akan melakukannya." ucap Gracelyn tegas.

Drystan menelan ludahnya susah payah, sedikit khawatir dengan syarat yang akan diajukan oleh Ibunya.

"Baiklah, aku berjanji akan menuruti persyaratan dari Mamma."

Gracelyn duduk tegak dan menatap putranya, "Kau harus keluar dari Dunia itu saat kau sudah menemukan wanita yang tepat untukmu. Kau mengerti?"

"Aku tidak ingin, menantu atau pun cucuku berada dalam bahaya karna pekerjaan ayah mereka." lanjutnya lagi,

Alger tertawa mendengar persyaratan dari istrinya ini, "Pikiranmu terlalu jauh sayang, Drystan baru 17 tahun jika kau lupa."

Gracelyn menatap nyalang suaminya, "Ini hanya untuk antisipasi. Aku tidak mau istri Drystan mengalami hal yang sama dengan yang aku alami Alger." ucap Gracelyn lirih,

Alger merasa bersalah karna telah menertawakan kekhawatiran wanitanya ini, ia kembali memeluk Gracelyn"Oh sayang, maafkan aku. Tenanglah babe, selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan siapaun menyentuh keluarga kita. Tanpa terkecuali."

"Mamma tenang saja, aku akan langsung berhenti saat aku sudah memiliki pasangan nanti." Drystan merasa kekhawatirannya tadi menjadi sia-sia. Karna hal yang Mamma-nya inginkan tidak akan pernah terwujud.

Tanpa mereka sadari Drystan menyeringai dingin bak iblis, 'You no need to worried about it, Mam. Cause i'm not getting married!' ucapnya dalam hati.

**********

Vladivostok, Rusia

Sudah seminggu sejak kepergian Xean ke Moskow, dan selama itu pula Xean tidak pernah absen mengirimi Varsha pesan. Terkadang Xean juga mengirimi gambar pemandangan, ia ingin Varsha melihat apa yang dia lihat.

Hari ini jadwal Varsha belajar dengan guru privat-nya.

"Nona, guru privat Anda sudah datang dan menunggu Anda diruang belajar." Ucap seorang maid deang sopan. Ya! Sudah tiga hari terakhir Varsha melanjutkan pendidikannya dari rumah sesuai perinta Reagan.

Varsha yang sedang membaca buku mengangguk pelan, lalu meletakkan kembali buku yang ia baca ketempat semula. Varsha berjalan pelan menuju ruang belajar diikuti seorang maid dibelakangnya.

Sesampainya diruang belajar Varsha sedikit terkejut melihat guru privat-nya. orang yang berdiri dihadapannya sekarang, bukan orang yang mengajarinya tiga hari belakangan.

"Hallo Nona Varsha, perkenalkan saya James Parker guru private Anda yang baru." Ucap James ramah, memperkenalkan diri.

Varsha mengangkat sebelah alisnya, menuntut penjelasan.

James berdehem pelan, untuk menetralkan sedikit rasa gugupnya. Entah kenapa aura diruangan ini tiba-tiba berubah menjadi dingin.

"Saya disini untuk menggantikan Ms.Blair, guru privat Anda sebelumnya." Jelas James, Varsha masih menatap pria itu dengan dingin. Bukan jawaban seperti itu yang dia inginkan.

James mendesah pelan, "Ms.Blair mengundurkan diri dengan alasan dia tidak tahan mengajari Anda dengan alasan keterbatasan yang Anda miliki, dan juga Ms.Blair mengatakan bahwa Anda sangat sulit untuk memahami materi pelajaran yang masih tergolong sangat mudah."

Varsha mengangguk mengerti. Ia paham betul keterbatasan apa yang dimaksud gurunya itu. Oh, tidak. Sekarang wanitu muda itu sudah menjadi mantan gurunya.

Kalau masalah pelajaran, sebenarnya Varsha sudah menguasai semua materi yang diajarkan oleh mantan gurunya itu.

Tapi entah kenapa Samuel memintanya untuk berpura-pura tidak memahami setiap materi yang dipelajarinya.

James tersenyum kecil, "Tapi Nona," ucap James sambil melangkah pelan kearah Varsha. Varsha kembali menatap James, menatap tidak suak kearah pria itu.

"Anda tidak perlu berpura-pura dihadapan saya." langkah James berhenti, menyisakan sedikit jarak diantara mereka.

Varsha menatap dingin James, gadis itu sama sekali tidak merasa terintimidasi dengan lawan bicaranya.

James sedikit menunduk, untuk mensejajarkan wajahnya dengan Varsha. "Cause i already know everything about you, Ms.Koch." ucap James tepat ditelinga Varsha dengan nada rendah.

Varsha membulatkan matanya, ia terkejut dengan perkataan pria ini. Varsha melirik telinga James, terdpat earphone kecil disana.

Varsha lalu menarik kerah James dan dengan cepat mengambil earphone itu, lalu mendorongnya kasar.

James sedikit terkejut dengan gerakan cepat yang dilakukan gadis kecil ini. Varsha mengenggam kuat earphone yang ia dapatkan, menatap James dalam dan dingin. Gadis itu mengambil sesuatu dari balik baju nya, berjalan pelan kearah James sambil menyeringai dingin.

Varsha berniat untuk menghabisi James dengan cepat,dan memanggil Samuel untuk membereskannya. Tapi niatnya terhenti saat mendengar penuturan James, tubuhnya menegang setelah mendengar apa yang James katakan.