webnovel

DIA MILIKKU

Semua orang-orang yang berada di kantor tersebut, melihat pemandangan yang tidak biasa terlihat dari raut wajah sang pengantin baru. Arsyad tampak pandai bermain akting. Dia membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangannya bak seorang pangeran dengan menggandeng tangan sang putri. "Bisa juga dia berlaku romantis begini padaku," gumamnya.

Noona Citra mengulurkan tangannya dan Arsyad menyelipkan dilengannya.

Semua mata tertuju pada kemesraan pengantin baru. Hingga salah satu pegawai tersebut berkata, "Inilah yang disebut cinta. Akan diperlakukan seperti tuan putri. Beruntungnya Noona Citra mendapatkan pria seperti tuan Arsyad."

Noona Citra tersenyum pada mereka yang memandangnya. Tidak luput saat Yoga sebagai perwakilan perusahaannya untuk rapat di perusahaan PT. Permana tersebut melihat kemesraan dari keduanya. "Dasar kampungan!" umpat lirih Yoga.

Saat mereka masuk lift bersamaan. Yoga terlihat tidak nyaman. Apalagi ketika Noona Citra berusaha untuk membuat sang mantan itu cemburu.

"Ah … sayang, aku gerah. Lihat deh leherku keringatan. Tolong dong usapi!" pinta lembut Noona Citra.

Arsyad pun menuruti kemauan Noona Citra. Dia memegang leher isterinya. Namun Noona malah menyodorkan tepat di bibir Arsyad. Yoga pun melirik ke arah mereka. Namun, Noona Citra berpura-pura dan berkata, "Sayang tadi malam masak kurang sih. Kamu kok masih menciumi leherku. Kamu nakal ya?" Noona Citra mengalungkan tangannya di pinggang sang suami.

Yoga berusaha untuk tidak terpancing dengan kepura-puraan mereka. Dia hanya mengeluarkan suara, "Ehem …"

BIP … pintu lift terbuka.

Namun Yoga mempersilahkan untuk kedua pengantin baru itu keluar duluan namun nampaknya Noona Citra sedang menikmati untuk membuat panas hati mantan kekasihnya.

"Sayang, gendong aku ya? Aku mau kamu gendong. Bisakan sayang?" ucap mesra Noona Citra.

Lalu, Arsyad mengangguk dan berjongkok agar Noona Citra bisa digendong dari belakang olehnya.

"Kamu romantis sekali sayang. Oh … iya kamu jangan berkhianat seperti dirinya ya?" bisik lembut Noona Citra yang masih terdengar oleh Yoga.

Yoga hanya tersenyum sinis melihat tingkah dari mantan kekasihnya tersebut.

"Heh … Dasar pengantin baru! Tapi, seharusnya aku bisa menikmati tubuh Noona Citra dulu ya waktu itu. Baru aku tinggalin dia. Gara-gara Kiranti semuanya gagal membuat Ardy tua bangka itu malu. Sial!!" umpatnya.

Opa Ardi yang sudah di depan ruangan Noona Citra dan melihat cucunya digendong Arsyad tersebut tiba-tiba melotot. Namun telunjuk Noona Citra menutup mulutnya memberi tanda bahwa ini hanya adegan pura-pura.

"Huft …" Hela nafas dari Opa Ardi untuk mengontrol emosinya yang akan membludak keluar seperti asap yang akan keluar dari api membara.

Beberapa saat kemudian, Yoga datang. Dalam hati Opa Ardi berkata, "Ohh … ternyata ada Yoga si pria brengsek itu. Oke baiklah acting mereka bagus."

Lalu Noona Citra turun dan memeluk Opanya. "Opa, aku tadi capek lalu Arsyad menggendongku," ucap Noona Citra dengan memicingkan salah matanya.

Opa Ardi mengangguk dan menepuk lengan Arsyad. Dia berkata, "Terimakasih menantu pilihanku. Kamu sudah siap siaga menjaga cucuku. Aku yakin kamu pria baik yang tidak punya topeng jahat."

Arsyad sepertinya gugup mendengar ucapan tuannya tersebut. Lalu dia mengangguk dan berkata, "Baik Tuan. Oh … maksud saya Opa."

Yoga yang terhenti itu sontak kaget saat Arsyad memanggil opa Ardi sebagai Tuan. "Ah mungkin dia belum terbiasa memanggil pak Ardi sebagai opa mertuanya," gumam lirihnya.

Lalu Arsyad berpamitan pada Opa Ardi, "Opa dan Noona aku permisi pulang dulu ya?"

"Bye sayang," ucap Noona Citra dengan melambaikan tangan ke arah Arsyad.

Arsyad hanya tersenyum. Lalu dia meninggalkan kantor tersebut. Yoga yang tadinya ingin cepat datang ke acara rapat. Berubah pikiran dan mengikuti Arsyad yang masuk ke dalam lift.

"Hey, lelaki bayaran. Tidak sok akting kamu," ejek Yoga pada Arsyad.

Arsyad hanya terdiam dan tidak menghiraukan lelaki tersebut.

"Kenapa diam saja? Katakan padaku! Berapa bayaranmu menjadi suami Noona Citra?" ucap Yoga kembali.

Kretek kretek … terdengar tulang-tulang tangannya sendiri dipatahkan oleh Arsyad.

Yoga bergidik ngeri mendengar Arsyad seperti itu.

"Kalau tidak suka dengan ucapanku. Jangan pakai kekerasan dong! Lagian aku cuma tanya," jawab Yoga yang ketakutan.

Ketakutannya itu tidak beralasan. Padahal dari tadi si Arsyad cuma diam. Namun, Arsyad berkata dalam hati, "Dasar lelaki lembek. Mana bisa buat wanita kagum padanya. Noona Citra kok bisa tergila-gila pada lelaki kayak dia. He. Untung saja dia milikku." Senyum menyerngit keluar dari mulut Arsyad.

BIP

Pintu lift terbuka dan Arsyad keluar. Namun Yoga terdiam dan memencet tombol lift untuk kembali ke arah lantai atas. "Noona Citra menikahi seorang badak. Kalau lagi marah menyeramkan. Aneh seleranya. Hiii," ucap dalam hati Yoga.

Lalu dia menghadiri rapat tersebut dengan muka masam dan opa Ardi tahu bahwa Yoga tadi sedang mencoba memancing suasana hati Arsyad.

"Yoga … Yoga … kamu itu mirip sekali dengan ayahmu. Tapi, aku tidak akan pernah membiarkan kamu mendapatkan segalanya," ucap dalam hati Opa Ardi.

Tok tok tok …

" Permisi," ucap Yoga.

"Masuklah, Nak Yoga! Kami dari tadi menunggu dirimu untuk melakukan rapat ini," ucap Opa Ardi.

"Bukannya tadi kamu satu lift sama aku. Lalu, pergi kemana kamu. Rapat tidak dimulai-mulai gara-gara kamu," sahut Noona Citra dengan wajah kesal.

"Oh tadi aku habis ke kamar mandi," jawabnya.

Namun Noona Citra dan Opa Ardi mengetahui bahwa Yoga habis menggertak Arsyad.

Rapat itu pun akhirnya dimulai dan kedatangan Yoga di sini adalah ingin mendapatkan investasi dari perusahaan Opa Ardi karena memang sedang mengalami kerugian.

"Yoga, kamu sudah mengerti peraturan perusahaan kami kan. Jika sudah temui saya di ruang kerja," ucap Opa Ardi.

Yoga mengangguk dan mempelajari berkas-berkas yang sudah dijelaskan lewat rapat tadi.

Tok tok tok … Yoga masuk ke dalam ruangan kantor Opa Ardi.

"Masuklah Yoga!" pinta Opa Ardi.

"Bagaimana Tuan? Apakah saya bisa mengajukan pinjaman kepada perusahaan anda? Dengan kompensasi sebesar 10% keuntungan dari perusahaan saya milik anda," ucap Yoga.

"Aku akan memberikan pinjaman lebih besar pada perusahaan itu tanpa kompensasi itu juga tidak masalah. Tapi asalkan ada syarat yang harus kamu penuhi," ucap Opa Ardi.

"Maksudnya, Tuan apa?" tanya Yoga.

"Iya, ada syarat untuk bisa mengambil pinjaman itu di luar dari materi rapat tadi.Asalkan mau saja memenuhinya," jawab Opa Ardi.

"Syaratnya apa?" tanya Yoga.

"Syaratnya kamu tinggalkan istrimu itu. Lalu, kamu dapatkan hati cucuku kembali. Apa kamu bisa?" ucap Opa Ardi.

Permainannya sungguh luar biasa. Dia membuat hati Yoga kacau dan terguncang.

"Saya akan pikirkan. Terimakasih, saya pergi dulu. Permisi!!" jawab kesal seorang Yoga.

Bersambung … .