webnovel

The Barista's Love Coffee

Aisyah seorang barista, memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha kafe. Kemampuannya meracik kopi sangat mumpuni, sampai seorang pengusaha properti tergila-gila pada kopi buatnya dan menjebak Aisyah agar bisa selalu membuatkan kopi untuknya setiap hari. Kris Axel pengusaha properti dan memiliki aset hampir diseluruh kota besar di Indonesia belum lagi beberapa asetnya diluar negeri. jatuh cinta pada kopi buatan Aisyah, barista cantik karyawan sebuah kafe. awalnya suka pada kopi buatan Aisyah, akhirnya malah jatuh cinta pada barista cantik tersebut. Aisyah sudah mencuri hati sang milyuner. Akan kah mereka bisa bertahan dengan cintanya, karena wanita penggila harta sudah menanti untuk bersaing dengannya mencuri hati Axel.

rachma_akbari · 都市
レビュー数が足りません
25 Chs

Suara Yang Dirindukan

Axel bolak-balik di ruangan kerjanya, dia benar-benar tidak bisa tenang, apalagi dilihatnya Aisyah tidak juga memberi kabar padanya.

"Sebaiknya aku telepon saja, mungkin dia merasa tidak enak jika harus menelpon duluan, mungkin juga dia berpikir aku belum kembali dari luar negeri," kata Axel mencoba berpikir bijaksana.

Ia kemudian menghubungi nomor Aisyah, panggilan pertama tidak ada jawaban hanya nada dering yang menandakan telepon aktif namun tidak diangkat, setelah terputus Axel mencoba kembali menghubungi nomor Aisyah tersebut,setelah hampir 4 kali barulah teleponnya diangkat.

"Selamat siang," Sapa pemilik suara yang sangat Axel hafal dan rindukan.

"Selamat siang sayang, Bagaimana liburannya Apa kau senang?" tanya Axel mencoba meredam emosi dan egonya walaupun dia kesal karena lama sekali Aisyah mengangkatnya  namun suara merdu yang didengarnya mampu meredam emosinya.

"Tentu saja  aku senang, karena sudah satu tahun aku tidak pulang. Abang sudah kembali atau masih di luar negeri, menurut Mbak Nadya ponsel Abang tertinggal Oleh karena itu aku tidak menghubungi,  lagipula aku juga takut mengganggu pekerjaanmu," kata Aisyah berusaha menutupi rasa sedihnya karena ketika dia menghubungi untuk memberitahukan kabar gembira tentang kelulusannya Axel seperti tidak peduli dan dia malah mendengar suara perempuan mengajaknya untuk segera pergi.

"Aku sudah pulang sayang dan aku mau minta maaf padamu karena aku tidak sempat memberitahumu ketika akan berangkat ke luar negeri. Sebetulnya aku akan berangkat dua hari lagi waktu itu, jadi  aku pikir masih sempat berbicara dengan namun ternyata  ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda dan aku terpaksa berangkat dari itu juga. Oh ya bagaimana kemarin hasil sidang skripsinya? Selamat ya,kata Nadia nilaimu bagus semoga apa yang kamu cita-citakan nanti bisa terwujud ya," kata Axell dengan tulus.

"Terima kasih Abang ucapannya, walaupun terlambat tapi aku ucapkan terima kasih," katanya menyindir Axel yang ketika di telepon waktu itu, malah seolah-olah mengabaikannya

"Maafkan aku ya waktu itu mengabaikanmu,  aku benar-benar minta maaf karena waktu itu karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, namun aku juga waktu itu harus keluar negeri, setelah aku tahu urusannya tidak terlalu penting aku benar-benar merasa kesal dan sialnya handphone ku tertinggal di Indonesia dan ketika aku meminta nomor teleponmu pada Nadya dia tidak mau memberikan padaku katanya aku sudah terlalu banyak berbuat salah  padamu jadi dia pantas mendapatkan nomor teleponnya, dan dia ingin kau menikmati liburanku tanpa ada gangguan darimu dia benar-benar membuatku sangat kesal, namun apa boleh buat jika aku marah padanya nanti pekerjaan yang aku serahkan padanya  malah tidak dikerjakan olehnya." Aisyah hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Axel. Sebenarnya dia patut berbangga hati karena hanya padanya Axel mau mengalah padahal sebelumnya mana pernah Axel mau melakukan itu, dia terkenal dingin dan kaku jangan pernah berharap permintaan maaf dari mulutnya, sekalipun itu dia salah dan saat hembusan nafas Aisyah masih terdengar di telinganya yang membuat Axel semakin merindukan Aisyah.

"Kamu  kapan pulang aku amat sangat merindukanmu, juga kopi buatanmu sayang kata Axel dengan nada seperti orang meminta.

"Aku belum tahu kapan aku pulang, aku masih rindu kampung halamanku terutama pada kakek dan nenekku, aku minta maaf karena tidak bisa membuatkan kopi dulu untukmu " kata Aisyah berusaha menahan tawa karena dia sangat suka mengerjai Axel jika dia  ingin mendapatkan kopinya.

"Tidak bisa, kamu cepat pulang ke Jakarta Aku benar-benar merindukanmu dan kopi buatanmu sayang." Kali ini axel benar-benar merajuk.

"Nanti, kalau aku sudah puas melepas rindu dengan kakek dan nenekku di sini. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu denganku bukan," katanya sambil membayangkan wajah Axel yang pasti sangat kesal karena Aisyah tidak mau memenuhi keinginannya.

"Baiklah aku beri kau Satu hari lagi disana. Jika kau tidak kembali juga terpaksa aku yang kau menjemputmu ke sana kata Axel tidak main-main dan dia berusaha mengancam Aisyah, namun yang diancam malah tertawa karena bisa membalas dendamnya terhadap Axel yang sudah mengabaikannya.

"Abang saja bisa pergi seenak hati, aku juga  bisa dong berlibur sesuka Hatiku," kata Aisyah, dia mulai berani membalas Apa yang dilakukan Axel Padanya

"Kau mulai berani ya padaku, awas saja jika kau pulang nanti aku akan menghukummu, kau harus ingat itu,kata Axel sambil berusaha menahan kesalnya.

"Silakan saja jika abang akan menghukumku, aku tidak takut dengan hukum Abang," kata Aisyah malah balik menantang

"Kau benar-benar sudah mulai berani ya denganku, lihat saja nanti malam aku akan menculikmu," mendengarnya Aisyah hanya tertawa terbahak-bahak

"Aku mau dong bang diculik," Katanya malah menggoda Axel sambil tertawa-tawa, suara tawanya sampai terdengar keluar kamar yang justru membuat neneknya merasa curiga, sementara Ella sendiri sedang di kamar mandi jadi, ira semakin heran dengan siapa Aisyah berbicara dan tertawa begitu bahagia, Mira sangat penasaran dengan siapa Aisyah berbicara karena  dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Aisyah dan lawan bicaranya.

"Kamu sedang berbicara dengan siapa Neng?"  tanya Mira dari balik pintu kamarnya Aisyah karena sanking penasaran.

"Dengan teman di Jakarta Nek,"  kata Aisyah menutupi dengan siapa dia berbicara. Tentu saja itu membuat Axel menjadi bertambah kesal

"Hei aku bukan temanmu, tapi aku adalah kasihmu. Jangan berani-beraninya bilang kalau aku adalah teman, harusnya kau bangga menjadi pacarku dan memamerkannya pada semua orang, bukan malah menyembunyikannya," kata Axel  dengan nada kesal karena jawaban Aisyah pada Neneknya.

"Kalau kau mau dibilang kekasihku, makanya kau harus datang ke sini dan melamar kepada kakek dan nenekku, baru aku yakin kalau kamu memang mencintaiku," kata Aisyah seperti menantang Axel namun dia tidak lupa bahwa yang dia tantang adalah seorang Axel  yang tidak akan pernah mundur dalam melangkah walau hanya sejengkal, itu sudah menjadi prinsipnya.

"Untung kau jauh, kalau dekat sudah aku bawa ke atas ranjang," kata Axel sambil menggoda Aisyah yang tentu saja dijawab dengan teriakan oleh Aisyah.

"MAUU, tapi  kalau sudah ada kata sah ya Abang sayang," katanya malah menggoda.

"Neng kamu nggak apa-apa?" tanya Mira lagi khawatir, karena cucunya dari tadi hanya tertawa dan teriak-teriak. Entah dengan siapa Dia berbicara.

"Iya Nin, ini ada orang ngaku-ngaku pacarku. aku bilang kalau dia berani suruh ke sini lamar aku pada nenek dan Kakekku, tapi sepertinya dia seorang pengecut nek Jadi tidak mungkin dia akan datang kemari "jawab Aisyah sengaja mengeraskan suaranya, agar  nenek dan Axel sekaligus mendengarnya.

"Kurang ajar ya kau menganggapku seorang pengecut, lihat saja kau benar-benar akan ku hukum jika pulang nanti " kata Axel dengan gemas sementara Aisyah hanya tertawa-tawa apalagi ketika dia mendengar Axel mematikan teleponnya secara sepihak.

"Hahaha, kita lihat saja seberapa nekad seorang Axel Lee bertindak," kata Aisyah berguman.

Sementara itu Axel dengan kesal melempar ponselnya keatas sofa di ruang kerjanya lalu berjalan keluar.

"NADYA, kemari," teriaknya hal yang tidak pernah dilakukan Axel semarah apapun dia, namun Aisyah sudah membuatnya gila, dia sudah tidak peduli dengan wibawanya bahkan Erik Pun sampai keluar dari ruang kerjanya sedangkan Nadya bergegas berdiri menghampiri  Axel.

"Ada apa Pak, tumben teriak-teriak, kan bisa pencet intercom kalau mau panggil saya," jawab Nadya sambil berjalan mendekat kearah Axel.

"Bapak sudah gak mau jaga wibawa lagi ya, teriak-teriak seperti tarzan untung lantai ini penghuninya gak banyak," omelnya pada Axel yang terlihat muka kesalnya.

"Saya minta Alamat Aisyah dikampung?" Pintanya dengan tidak mengindahkan pertanyaan Nadya.

"Ya Ampun Pak kirain ada apa, bikin jantungan aja," katanya sambil membalikan tubuhnya hendak keluar dari ruangan Axel.

"Hai kamu mau kemana," Axel berusaha menahan lengan Nadya yang hendak meninggalkannya.

"Mengambil alamat Aisyah, kan tadi katanya tanya alamat Aisyah, saya mana hafal mesti lihat catatan dulu lah, semoga saya gak lupa simpannya dimana," ledeknya sambil berlalu.

"Awas saja kalau kau lupa , gajimu akan aku tahan sampai kau menemukan alamat itu," ancam Axel kesal. 

Nadya hanya terkikik melihat bosnya senewen hanya karena wanita, padahal dahulu dia mana peduli jika urusan soal wanita.

"Erik, ikut aku," teriaknya pada Asisten pribadinya itu, tanpa bertanya, Erik hanya mengikuti langkah tuannya itu setelah Nadya memberikan alamat Aisyah pada Axel.