webnovel

The Barista's Love Coffee

Aisyah seorang barista, memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha kafe. Kemampuannya meracik kopi sangat mumpuni, sampai seorang pengusaha properti tergila-gila pada kopi buatnya dan menjebak Aisyah agar bisa selalu membuatkan kopi untuknya setiap hari. Kris Axel pengusaha properti dan memiliki aset hampir diseluruh kota besar di Indonesia belum lagi beberapa asetnya diluar negeri. jatuh cinta pada kopi buatan Aisyah, barista cantik karyawan sebuah kafe. awalnya suka pada kopi buatan Aisyah, akhirnya malah jatuh cinta pada barista cantik tersebut. Aisyah sudah mencuri hati sang milyuner. Akan kah mereka bisa bertahan dengan cintanya, karena wanita penggila harta sudah menanti untuk bersaing dengannya mencuri hati Axel.

rachma_akbari · 都市
レビュー数が足りません
25 Chs

Oleh-oleh Untuk Yang Tersayang

"Istriku mengajak kita makan di sebuah restoran Canton, kalau kau tidak keberatan, mari kita makan bersama-sama," kata steward  pada Axel mengajaknya makan bersama agar kekesalan pada Axel bisa sedikit berkurang, yang terlihat di wajah Axel.

15 menit kemudian mereka bertemu di sebuah restoran yang dimaksud  dan disana sudah ada Mamanya Olivia bersama Olivia,  mereka sudah memesan makanan untuk makan siang tanpa bertanya dulu apa yang ingin Axel makan.

"Kak Bagaimana menurutmu tempat yang tadi Daddy  sudah tunjukan padamu?" Tanya Olivia dengan penuh semangat.

"Aku tidak tertarik sama sekali dengan tempat itu. Jadi kalau kau bersikukuh hendak membeli tempat itu silahkan  saja,  aku tidak bisa untuk berinvestasi di tempat yang tidak menjanjikan seperti itu," kata Axel terus terang, yang membuat Olivia tadinya tersenyum bahagia di wajahnya langsung terdiam 

"Papa pikir juga demikian Olivia,  tempat itu tidak terlalu bagus, lagipula kalau di Singapore hotel dengan bintang seperti itu kurang laku, kalaupun mau sekalian saja membeli guest house  banyak para turis yang akan lebih memilih tempat seperti jika budget mereka pas pasan daripada hotel bintang 3," kata Steward menjelaskan kepada Olivia

"Kalau begitu Hotel seperti apa yang bisa kita akuisisi, sehingga aku bisa belajar bekerja seperti yang Daddy inginkan?" kata Olivia sambil menatap ayahnya.

Tadi Axel menawarkan, agar kau lebih baik bekerja saja dulu padanya, dengan demikian Axel bisa lebih mudah mengontrol kinerja mu," kata Steward menjelaskan tawaran Axel barusan.

"Betul begitu kak? Ya sudah kalau begitu aku ikut saja. Apakah aku bisa menggantikan posisi Nadia di kantor?" Tanya olivia dengan tatapan penuh harap pada Axel.

"Kau tidak akan mampu menggantikan Nadia, pekerjaan dia tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak berpengalaman dan baru mau belajar bekerja." Perkataan Axel menyiratkan bahwa Olivia sebenarnya tidak memiliki kemampuan apa-apa.

"Kau  akan aku tempatkan di Bali, disana kau bisa banyak belajar tentang perhotelan disana, sedangkan di Jakarta sudah tidak ada tempat untuk orang yang mau belajar, disana harus berlari. Kecuali kau mau aku tempatkan di bagian front office atau hrd, tapi disitu aku tidak akan belajar memanage sebuah perusahaan, lagi pula di Jakarta sudah penuh dengan orang-orang yang berkompeten,  aku tidak mau menukar mereka sehingga nanti  pekerjaan dan perusahaan ku malah jadi kacau balau," kata Axel tanpa ekspresi sambil menyuap makanannya ke dalam mulut.

Olivia terdiam, dia memang tidak terlalu pintar, lulusnya pun dia membutuhkan waktu lama Ia memang tidak suka belajar, hari-harinya bukan untuk belajar melainkan pergi ke klub untuk bersenang-senang.

"Tapi kalau di Bali aku akan jangan jauh denganmu, Bagaimana caramu membimbingku kalau kau jauh dariku?" kata Olivia sambil kembali merangkul lengan Axel.

"Disana akan ada orang yang bisa mengajarimu banyak tentang perhotelan yaitu Made budiarsa, dia sangat berpengalaman dalam mengajarkan mengelola hotel dengan benar, jadi kau akan aku tempatkan ditempat yang tepat dengan orang yang tepat pula," kata Axel, kembali melepaskan gelayut manja Olivia ditangannya.

"Pak," Erik mendekat lalu membisikan sesuatu ditelinga Axel, yang membuat dirinya mencari-cari sesuatu di sakunya jasnya.

"Pantas saja dari tadi aku tidak mendengar ponselku berdering," katanya pada Erik.

"Kalau begitu aku mau ke hotelku dulu, ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, terima kasih buat jamuan makan malamnya  suatu saat aku juga akan mengundang kalian untuk makan bersama," kata Axel berdiri lalu menyalami Steward dan Istrinya kemudian menepuk bahu Olivia.

"Kak," panggil Olivia membuat Axel mengiringkan langkahnya.

"Ya, ada apa?" Tanyanya sambil melihat ke arah Olivia.

"Nanti malam temani aku ke Club ya, bosan aku mengurusi pekerjaan terus, aku ingin refreshing," pintanya sambil menggenggam tangan Axel, namun dengan perlahan Axel melepas genggaman tangan Olivia.

"Jika ingin jadi pengusaha sukses memang harus bergutu, karena uang tidak jatuh dari langit. Kau baru segitu saja sudah bosan, padahal tadi kami kelokasi kau malah shoping bersama ibumu," kata Axel melirik kearah paper bag yang berada dibawah kaki Olivia, membuat Olivia terlihat kesal dengan perkataan Axel

"Tadi aku ada sesuatu yang harus aku beli, lagi pula kerja lapangan itu cocok untuk Pria nanti bagaimana kalau kulitku rusak," katanya beralasan.

"Jangan jadi pemilik property berarti, karena jika ingin jadi pengusaha dibidang property yang harus terjun kelapangan memastikan apa yang akan kita kelola memberikan keuntungan atau tidak.

"iya aku paham, maaf. Tapi bukankah kita jug butuh refresing tidak kerja terus jadi tidak ada salahnyakan kalau kitapergi ke club," katanya masih mencoba merayu dengan setengah memaksa Axel

" Sayangnya aku kesini bukan dalam rangka senang-senang, karena kalau aku hanya ingin bersenang-senang tidak perlu kesini dan meninggalkan begitu banyak pekerjaan di Jakarta, tapi terima kasih tawarnya, dan maaf aku tidak bisa menemanimu?" Katanya kembali menepuk bahu Olivia, lalu pergi meninggalkan mereka untuk kembali ke hotelnya.

"Kita langsung ke hotel Pak? Tanya Erik dibalik kemudi.

"Tidak antar aku ke pusat perbelanjaan, aku ingin memberikan hadiah pada kekasihku," pintanya, yang membuat Erick terdiam.

"Sejak kapan dia punya kekasih, bukannya dia paling anti ya sama hubungan yang pasti? Jadi benar rupanya ketika dia mengatakan kalau dia sedang bersama calon istrinya waktu di apartemen. Aku jadi penasaran seperti apa wanita yang bisa menaklukan hatinya. " Tapi tentu saja dia hanya berucap dalam hati dia tidak memiliki keberanian bertanya lebih walaupun jika dia luar pekerjaannya.

"Jangan melamun," tegur Axel ketika lampu di perempatan sudah menunjukan warna hijau namun Erik tidak menjalankan kendaraannya.

"Maaf Bos," katanya lalu melajukan kendaraan.

"Anda mau mencari apa Bos?" Tanya Erik penasan, namun yang ditanya terus berjalan tanpa menjawab pertanyaan Erik, hingga Axel berhenti di depan toko perhiasan, lalu masuk kedalam dan Erik hanya bisa mengikutinya. Setelah mendapat apa yang diinginkan Axel berjalan keluar sambil tersenyum, dia membeli kalung emas dengan bandul huruf yang berhias berlian dan Erik menelan ludahnya ketika  harga yang dibeli, seharga gajinya 2 bulan plus tunjangannya.

Kemudian Axel berhenti di sebuah toko dengan  branded terkenal dan membeli sebuah tas kecil selempang dengan harga yang membuat, lagi-lagi Erik menelan ludah.

"Ayo kita pulang,  aku sudah mendapatkan apa yang aku cari," katanya tersenyum sambil berjalan keluar dari gerai tersebut.

Dia sepertinya ingin segera kembali ke Jakarta apalagi dia tidak bisa menghubungi kekasihnya itu tapi saya nanti malam dian harus ke Malaysia karena masih ada urusan yang harus dia selesaikan dengan rekanannya disana.

"Malam ini kita berangkat ke Kuala lumpur selesai meeting, kita langsung pulang kalau mereka mengajak untuk makan malam, katakan saja aku masih ada urusan di Jakarta," Perintah Axel yang di anggukan oleh Erik.