webnovel

02: surat dari duhara

Setelah menerima surat yang mungkin dari Duhara, gadis yang masih misterius identitasnya. Ina membaca surat itu dengan teliti, ia merasa aneh, benar benar aneh.

Kekuatan kekuatan itu sudah dilupakan sejak 10 tahun lalu, tetapi Duhara sangat ingin Ina membangkitkan nya kembali. Ina merasa bahwa ia harus menolong Duhara, bagaimanapun itu. Tapi Ina merasa lemah, ia takkan bisa mencari seorang Duhara seorang diri.

Di luar sana masih banyak monster yang menyeramkan yang belum dijumpai Ina, untuk mencari Duhara, bahkan tak cukup 4 orang. "Ini apaan sih, apa hubungannya sama aku" kesal Ina, ia merasa kesal karena Duhara terlihat memaksanya.

Tetapi ia mengingat Ais ta bula remu hurada. Ia berpikir sejenak, mungkin untuk sekarang ia akan tak mempedulikan surat itu. Untuk sekarang, mari menjalankan hidup seperti biasanya.

Sayangnya Ina tak bisa menyingkirkan perasaan itu, ia ingin mencari tahu Duhara, ia ingin mengetahui tentang Duhara. Siapa dia? Apa kekuatannya? Pertanyaan itu terus muncul di pikirannya.

Tak lama setelah itu, Buma dan Wera datang menghampiri nya. "INAA" mereka mengejutkan Ina. Ina sontak terkejut dan memasang wajah kesal di depan mereka.

"Bengong mulu sih, dah jam makan siang tuh" ajak Wera. Ina mau menolak, tapi mereka berdua memaksa. "Ayolah na" ajak Wera sekali lagi.

Ina pun akhirnya mengiyakan, ia masih penasaran dengan Duhara, tetapi sepertinya ia harus melupakannya. Mereka bertiga pergi ke kantin mengambil makanan dan duduk di meja makan.

"Kamu kok sering banget sih ke perpustakaan belakangan ini?" Tanya Wera

Ina dan Buma saling bertatapan, Buma berkode dengan matanya apakah boleh memberi tahunya, dan ina menjawab dengan kode mata tidak.

Wera berhenti mengunyah dengan makanan di dalam mulutnya, ia melihat kode antara 2 temannya itu. "Kalian kenapa?" Tanya Wera.

"Ah? Ahh... Gapapa" jawab mereka berdua bersamaan

Makanan Wera sudah habis sekarang. "Na, ini aku lihat di depan ada surat buat kamu" Wera memberikan surat yang ia dapatkan. Ina meraih surat itu.

"HAH" Ina terkejut setengah mampus, ia melihat pengirim surat itu, Duhara. Duhara yang itu. Ia membukanya dengan perlahan, agak takut memang, ia takut Duhara akan memaksanya lagi.

"Duhara vinca, siapa tuh?" Tanya Buma, Buma belum tahu tentang Duhara.

Ina membuka surat itu, kali ini berisi suatu benda, sebuah kalung. Kalung itu bermotif dua ikan, satu ikan berwarna putih kebiruan, dan satu ikan berwarna putih krem dengan sayap.

Isi surat itu, sama dengan sebelumnya, hanya kalung itu yang membuat berbeda. "Kalian tau maksud kalung ini gak?" Tanya Ina ke Buma dan Wera. Buma dan Wera sama sama menggeleng.

"Itu kalung couple ya"

"Itu kalung peliharaan"

"Motifnya bagus na, mau"

Mereka mengoceh sana sini, tapi tak ada tebakan yang benar soal kalung itu. Ina melihat sekeliling kalung itu.

Tiba tiba Roko lewat ke meja mereka, dan ia spontan melihat ke kalung itu. "Loh, cantik banget kalungnya na, in barang langka loh, dapet darimana?" Tanya ia penasaran. Ina hanya menggeleng menandakan tidak tahu.

"Ini dari batu venyr"

Venyr: salah satu batu spesies langka

Roko menjelaskan tentang batu itu. "Batu itu sampai sekarang tak bisa ditemukan, tapi ingatan para leluhur kami kuat, jadi kami dapat mengetahui tentang batu itu, sayang sekali kami tak bisa menemukannya" Ucap Roko.

"Selangkah itukah batu ini?" Tanya Wera

"Iya langka banget, makanya aku heran kamu kok bisa ada na" Ucap Roko

Aneh, Duhara sengaja mengirim ini kan? Tapi apa makna kalung ini? Ikan berwarna putih kebiruan dan ikan berwarna putih krem dengan sayap.

"Ah Iya, rantainya itu juga langka tau na, tapi ya masih bisa ditemukan, di pulau es, tapi aku bisa membuatnya kok" sombong Roko. Ina mendengarnya dengan teliti dan melihat kembali ke kalung itu.

Lalu setelah bel masuk berbunyi ia menyimpannya di tasnya dan kembali mengajar. Ia akan menanyai kalung itu kepada Roko nanti.

Ina pergi ke kelas tumbuh tumbuhan. Ina lumayan akrab dengan wali kelas mereka, planny hawk, mereka adalah teman satu sekolah perguruan tinggi. Planny sangat ceria dan ia bahkan selalu menemani Ina mempelajari tentang klan klan dunia ini.

"Siang Ina" sapa planny dengan senyumnya

"Haloo" Ina melambaikan tangannya

Ia melanjutkan mengajarnya. Saat selesai ia berpikir mungkin ide yang bagus untuk memberi tahu planny soal Duhara. Ia mengira bahwa orang yang suka mempelajari klan klan di dunia ini mungkin akan mendapatkan surat darinya.

"Planny" panggil Ina

Planny menoleh dan menghampiri nya, "kenapa?" Tanya nya

"Ahh, itu... Anu..." Ia masih ragu untuk mengatakannya.

"Kenapaa" planny sangat penasaran

"Kamu kenal Duhara? Duhara vinca?" Akhirnya Ina menanyakannya

"Hah? Duhara? Emang ada yang namanya gitu ya di sekolah? Gatau deh aku" jawab Planny.

Ina awalnya merasa sia sia menanyakannya, "tapi aku pernah denger tentang nama itu sih di mimpi duh gajelas banget, masa katanya ada kekuatan ke-9" Ina langsung merasa bahwa menanyakan Planny adalah info penting.

Ia pernah belajar tentang klan tumbuh tumbuhan, klan tumbuhan jarang sekali bermimpi, tetapi sekali nya bermimpi, mimpi itu pasti terjadi.

"Plan, ceritain soal mimpimu" Ucap Ina

"Mau tau banget ya, itu cuma ada aku, kamu Wera, Buma, Ama Petra anak dari kelas petir. Bahkan ada Foula! Si penyanyi itu! Dan ada tiga orang lagi yang aku tak tahu mereka siapa, bahkan ada satu orang yang aku baru saja lihat, dan kalian menyebut nya dengan kekuatan ke-9" Ucap Planny.

Ina sangat serius mendengarkan penjelasan dari Planny. "duh maaf na, aku pergi dulu ya, udah dipanggil nih, dadah" ia pergi dengan senyuman.

Saat jam pulang, Ina mampir ke toko oleh oleh, ia ingin membeli sesuatu dari situ. Ia bertemu dengan teman setokonya, Faira. Ia berasal dari klan api, tapi ia tak suka dengan kekuatannya sendiri, jadi ia memilih membuka toko oleh oleh.

"Welcome na" sambut Faira

Ina mengangguk dan mengambil derisi variasi Foula dan ketoro

Derisi: salah satu patung yang terbuat dari es, akan berubah bentuknya satu tahun sekali

"Kapan tanggal berubahnya?" Tanya Ina

"22 februari" jawab Faira

(Sekarang 23 maret)

Ia membayar, tapi tak langsung pergi. Ia mendiami disitu sambil menunggu gelap untuk pulang. Ina bermain dengan handphone nya sementara Faira membersihkan toko nya, karena sebentar lagi akan tutup.

"Ayahmu apa kabar?" Tanya Ina basa basi

"Baik lah, tapi ya lagi ga mood aja hahahah" Faira tertawa kecil.

Ibunya meninggal saat ia umur 8 tahun dan ia tinggal berdua dengan ayahnya. Ayahnya kadang kasar kepadanya, tetapi ayahnya juga berusaha keras untuk membesarkan Faira. Dan perjuangan ayahnya membuat Faira mempunyai kepribadian yang baik.

Faira membuka toko ini sejak Ina datang ke kota ini, ia sudah membuka toko ini bersama ayahnya pada saat ia masih kecil. Dan tokonya berjalan lancar, orang orang akan selalu membeli oleh oleh ke dia.

"Pusing banget ama kerjaan nih, kepala sekolahnya ga becus banget!" Kesal ina

Faira tertawa kecil, "makanya buka toko aja na" ia tertawa mengisengi Ina.

"Buka loker ga" gurau Ina

"Mana dapet surat mulu lagi dari orang ga kenal!" Kesalnya.

Faira terpaku saat mendengar pengakuan Ina. "Na, surat yang kamu dapatin... Itu dari Duhara?" Tanya Faira.

Ina kaget dan heran, ia tak pernah memberi tahu tentang Duhara kepada siapapun. Bagaimana Faira tahu?

"Aku juga dikirimi surat na, ia mengirim surat ke aku, minta dia dan klannya dibangkitkan kembali, aku heran dia siapa dan dia klan apa, sampai aku menerima foto dia... Denganmu, foto yang kau dapat tak berwarna kan? Sementara punyaku berwarna, ia benar benar mirip denganmu, tapi tato di lehernya, seperti nya itu bukan tato, karena yang terlihat seperti orang tuanya juga mempunyai nya, aku baru melihat kekuatan seperti itu"

"Dia... Meminta tolong juga?" Tanya Ina

Faira mengangguk.

"Na, Menurut kamu kenapa Duhara ngirimin kita surat?" ucap Faira.

Ina menatapnya, "orang tuamu na"

Ina makin menatapnya bingung.

"Orang tuaku?"

"Orang tuamu pasti ada hubungan dengan Duhara" jawab Faira. "Kamu gatau apa apa soal mereka, bibimu selalu nyembunyiinnya, Duhara ngasih petunjuk tentang orang tuamu, dan kurasa kamu harus tau"

"Fai, kita butuh cari tahu tentang Duhara, dan orang tuaku"

Faira dan Ina sama sama mengangguk.