webnovel

ALICIA (AND OTHERS) VS EVIL DEAD!

Sekumpulan unit penyihir dan pelindung sipil sedang kewalahan mengevakuasi penduduk di suatu distrik selagi membasmi para mayat hidup, saat mereka melihat Haddock membawa sekelompok orang asing di antara mereka.

"Yang Terhormat Grand Magus!" Salah seorang penyihir menghampiri mereka. Ia melihat Donar Crimsonmane hadir bersamanya. "Anda membawa Tuan Donar? Dan siapa anak-anak ini?"

"Aku akan menjelaskan semuanya. Kumpulkan penyihir yang lain!"

Di dalam ruangan bekas toko kelontong yang porak-poranda, berkumpulah para wizard. Wakil Strongbark turut hadir di pertemuan tersebut, matanya melotot ke arah Alicia yang berdiri di belakang Donar.

"Tanpa mengurangi rasa hormatku," Strongbark sedikit membungkuk ke Donar, "Kenapa kau malah membawa perempuan Crimsonmane ini, Haddock? Jangan bilang dia akan membantu kita."

Haddock tidak menjawab, tapi air wajahnya terlihat begitu bersemangat.

Strongbark tercengang, "Bocah ini akan membantu kita? Aku kira kau mengatakan aku yang paling tidak punya hati."

"Dia tidak akan bertarung sampai mati di garis depan, Barthie," kata Haddock. "Aku menyerahkan bola Arcane murni kepadanya–"

"KAU MELAKUKAN APA!?"

"Kau mendengarnya. Bagaimanapun kehendak Ilahi menunjuknya untuk memegang kekuatannya. Dan hanya dia yang bisa memberikan akses Arcane murni ke orang lain."

"Tentu saja, hukum bisikan pertapa." Strongbark menepuk jidatnya sambil menggeleng. "Tidakkah terpikirkan oleh dirimu untuk meminta bantuan seorang rahib Celestian Roma yang diakui oleh Arcane pula, alih-alih perempuan ini?" Para penyihir saling berbisik mengenai keputusan Grand Magus. Hawa keraguan menyelimuti toko lusuh itu.

"Kita tidak bisa menunggu para rahib datang. Aku tahu kalian masih enggan dengan perempuan yang kalian anggap sebagai 'penghujat seni mistis'." Sang Grand Magus menumpu kedua tangannya ke meja. "Tapi perlakuan kalian tidak adil. Para hakim Magisterium penuh dengan kedengkian karena seorang bocah belasan tahun yang tidak bisa sihir mendapatkan kekuatan terbesar alam semesta. Mereka lupa, kekuatan Arcane bukan sesuatu yang diperoleh. Itu adalah sempena. Arcane sendiri yang memilih Alicia Crimsonmane sebagai pengguna sejatinya. Bukan para hakim yang sudah membusuk di tanah, bukan Barthie, bukan kalian ..., bukan aku, bahkan. Tidak peduli jika Alicia bukan penyihir sejati. Lantas kenapa kalau bukan? Apa kalian meragukan kehendak Ilahi? Apakah kalian lebih memilih keluarga kalian menjadi seonggok daging pemakan daging daripada bersekutu dengan pengguna Arcane murni?"

Mereka semua terdiam.

"APAKAH SANG AVATAR KHAOS LEBIH BERIMAN PADA ILAHNYA DARIPADA KALIAN SEMUA?"

"Hidup dan mati kami hanya untuk bersatu dengan Ilahi yang sunyi!" Mereka semua berteriak serentak.

"Maka buang jauh-jauh pemikiran kotormu itu, sialan! Bersukacitalah, Kesunyian Ilahi menyediakan anugerahnya kepada Camelot, sambutlah berkatnya!"

Mereka yang awalnya bergumam tidak tentu bersorak akan orasi penyemangat sang Grand Magus (kecuali Bartholomew, dia selalu memasang wajah marahnya setiap waktu). Alicia membendung rasa harunya ketika Haddock mengangguk kecil padanya. Mungkin sudah saatnya dirinya menarik perkataan kalau Grand Magus adalah orang aneh yang tidak becus akan pekerjaannya.

Bartholomew kembali membuka suaranya "Jadi apa yang ada di pikiranmu?"

"Alicia akan memberikan kalian sedikit berkat Arcane murni ke kalian semua. Termasuk para pelindung sipil yang berada di luar," ujar Haddock. "Gunakan titipan ilahi itu untuk memukul mundur pasukan orang mati itu dengan cepat."

Sang Grand Magus memutar pelan tongkatnya, mengeluarkan sejumlah debu bintang emas yang kemudian membentuk sebuah denah pertempuran mereka saat ini.

"Kita harus mendesak mereka sampai terjebak di nekropolis bukit Oldcastle, tempat mereka berasal." Haddock memperbesar lokasi nekropolis yang di maksud. "Agosh memasang tiga totem pengoyak dimensi yang membangkitkan para jenazah, bahkan membuka jalan bagi roh orang mati di Hades menuju dunia orang hidup. Alicia, kau akan ditugaskan bersama keluarga, teman dan sekolompok penyihir elitku untuk menghancurkan totem tersebut dengan kuasa sihirmu. Aku dan yang lain akan mengalihkan perhatian Agosh Grendi. Fokuslah menghancurkan ketiga totem tersebut sampai rata dengan tanah, jangan sampai teralihkan dengan penyihir keji itu!"

"Lalu kapan Agosh bisa dinetralisir?" tanya Alicia.

"Sesudah menghancurkan totem-totem itu. Tunggu aku dan yang lain melumpuhkan si penyihir. Setelah Agosh disegel, tugasmu yang akan menetralisir dirinya," balas Haddock. "Apakah ada pertanyaan lain?"

Semua pasukan menyanggupi tugas tersebut.

Haddock meneriakan semboyan mereka, "Semoga Kesunyian Ilahi memberikan Kedamaian Abadi bagi kita semua!"

Mereka dengan semangat berteriak dengan kalimat yang sama lalu keluar membantu para pelindung sipil yang sibuk menghancurkan tengkorak-tengkorak yang ganas itu.

Bartholomew berjalan melewati Alicia sambil berkata, "Grand Magus gila terpengaruh ibumu karena percaya akan engkau. Kau lebih baik tidak mengacaukan misi ini!"

"A-aku akan berusaha yang terbaik!" Alicia yang nampak masih takut kepada penyihir berbadan besar dan berkulit hitam, menjawabnya sambil menunduk.

Mereka menunggu sang gadis untuk memberikan berkatnya ke mereka. Sungguh aneh rasanya orang-orang yang mencemoohnya sekarang merasa hidup dan mati mereka bergantung kepada sang gadis. Alicia tidak bisa menaruh dendamnya lagi, karena sekarang mereka berbagi musuh yang sama.

"Kau dengar, Orb? Mereka bergantung kepada kita," kata Alicia lembut kepada sang bola. "Berikanlah mereka kekuatanmu, bantu kami mengalahkan 𝘯𝘦𝘤𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦𝘳 keji itu!"

Orb meresponnya lembut pula, tanda ia mengamini permintaan Alicia. Saat Alicia dan Orb melakukan sinkronisasi, keluarlah sejumlah garis ley dari Orb selaku sumber kekutan, menghubungkan semua orang yang ada disitu. Penyihir dengan tongkat sihirnya, pelindung sipil dengan senapannya, Nadine dengan silangnya, dan Gilmore yang masih bertangan kosong. Mereka semua merasakan ekstasi sesaat. Seluruh tubuh dan senjatanya mereka berpendar biru indah. Tubuh mereka serasa lebih ringan dan segar. Optimisme telah bangkit. Mereka siap berjaya menaklukan kembali tanah mereka dari para penunggu Hades.

Tepat sebelum bertarung, Gilmore baru sadar ia tidak membawa apapun tidak seperti Nadine. "Tunggu dulu, aku tidak punya senjata. Nadine, pinjam pisaumu."

"Apa kau gila? Pergi minta ke para wizard sana!"

Gilmore mendecak bibir. Ia masuk kembali toko yang reyot tadi dan keluar dengan palu berkepala bundar—palu yang digunakan untuk olahraga melempar pada permainan dataran tinggi Caledonia.

"Bisakah lain kali kau bawa pisau pramuka yang kau gembar-gemborkan itu?"

"Tidak perlu, Nadine! Dengan intuisi dan pengajaran dari orang tuaku, aku bisa mengubah apapun menjadi senjata, bahkan palu bundar ini!" Gilmore bertutur dengan senyuman bangga yang lebar.

Pembicaraan Nadine dan Gilmore terhenti ketika ratusan auman menusuk kedua telinga mereka.

Segerombolan mayat dalam berbagai bentuk mengaum keras sambil berlari menuju para pendekar yang dikira sebagai mangsa. Sayang sekali, mereka harusnya bisa lebih cerdas dari itu.

Dengan lantang Haddock berteriak:

"KEMBALIKAN MEREKA KE HADES!"

Dengan sorakan perang yang mengaung ke seluruh pelosok Eidyn, para penyihir melayang dengan tongkat sihir menghujani mereka dengan tembakan Arcane. Zombi yang bisa terbang pun tak luput dari mantra sihir mereka. Dengan mudahnya para bangkai berjalan menjadi abu seketika, tidak seperti sebelumnya ketika mereka tidak akan mati sampai tubuh mereka hancur sehancur-hancurnya. Para mayat hidup hanya perlu sekali paparan Arcane untuk membuatnya sirna. Sekumpulan unit pelindung sipil tak mau kalah, mencari para mayat di setiap sudut, lalu membunuh mereka tanpa ampun seperti sedang melancarkan genosida. Genosida yang wajar dan dapat dijustifikasi. Bahkan pukulan senapan mereka sungguh mematikan! Donar dan Leith juga ikut bertebangan di udara membantai semua zombi itu. sementara Gilmore dan Nadine bersama unit penyihir elit menggiring Alicia menuju perkuburan Oldcastle.

Gilmore bak kesatria dongeng mengayun-ayunkan palunya. Ia pun sampai terlena mendahului unit yang lain hanya untuk melayangkan pukulan ke tengkorak para mayat. Nadine dan Alicia secara leluasa ikut menembaki para zombi yang tiba-tiba melompat dari gedung untuk menerkam mereka. Nadine bahkan tidak perlu panah lagi sejak adanya bulatan Arcane kecil biru yang dapat merubah bentuk menjadi panah dan tidak pernah habis.

"Kamu tahu, dengan kekuatanmu kita bisa melakukan ini bersama, terus-menerus," kata Nadine.

"Ini menyenangkan! Adrenalinku berpacu cepat! Aku tidak bisa berhenti Alica, tolong!" teriak Gilmore yang kerap memalu jenazah-jenazah yang malang seolah sedang menghancurkan batu. Entah dia hanya bercanda atau benar-benar minta tolong.

"Sedikit menyenangkan bertarung bersama kalian, mungkin," sahut Alicia. "Tapi aku tidak mau ini terulang lagi! Capek tahu mengeluarkan kekuatan Orb untuk kalian!"

Gilmore yang semakin menjadi-jadi malah berputar di tempat dan menghantam rahang satu zombi sebelum palu tersebut melambung setinggi-tingginya. Dan karena Arcane ikut mengalir di senjata tumpul tersebut, melayangkan gelombang kejut beradius besar yang mengubah para bajingan tak bernyawa menjadi cipratan daging busuk! Gelombang tadi sayangnya juga berimbas ke para manusia, membuat mereka terjerembab serta mengacaukan formasi bertarung. Sebuah efek samping yang untungnya tidak separah kepada para zombi.

Para personel melirik pria besar yang gegabah.

"GILMORE!" teriak kedua gadis sahabatnya.

"M-maaf. Aku akan mengambil paluku."

Gilmore langung mengulurkan tangannya dengan harapan palu bulat tadi kembali ke tangan kekarnya. Tidak ada apapaun yang datang selain lebih banyak bangkai berjalan!

"Kenapa paluku tidak datang? Harusnya dengan kekuatan Arcane bisa, kan?" tanya Gilmore kebingungan.

"Siapa yang bilang Arcane bisa membuatmu demikian?" Nadine masih sibuk melancarkan tembakan Arcane dari busur silang miliknya.

"Kau bukan 'Donar' dengan Mjöllnir, Gilmore! Berhenti bermain-main!" Kali ini Alicia mengutarakan kekesalannya. Si gadis tiba-tiba memperingatkannya lagi, "GILMORE, AWAS!"

Dua zombie aneh berkepala ganda dengan suara melas menghampiri sang lelaki. Penampilan mereka degil dan hampir tak berkulit. Dengan gigi bersimbah darah mereka hendak mencabik hidung dan pipi Gilmore duluan. Terkejut, Gilmore berteriak sambil mendorong keduanya dengan kepala tangan yang mengeluarkan pendaran biru. Sontak mayat-mayat yang hasil mutasi yang cacat terlempar sangat jauh dan menghantam kereta hitam yang terlantar. Keduanya meledak dan mengotori kereta yang mengkilap tersebut dengan kumpulan organ bangkai lembek yang sudah menghitam.

"Aku mengerti sekarang, Arcane membuatku punya kekuatan super! YASSS!"

Nadine menjawab, "Syukurlah kau mulai mengerti, bodoh! Tapi jangan senang dulu, masih ada banyak di depan sana!"

"Tapi aku tidak mau kehilangan palu kesayanganku. Alicia, Nadine, kawal aku mengambil palu itu!"

"UGGGHH GILMORE KAU MENYEBALKAN!" Alicia berteriak geram.

Pertarungan sengit antara manusia dan mayat terus berlangsung di pelosok kota hingga mereka berhasil mendesak pasukan kematian tersebut mendekati pemakaman bukit Oldcastle. []