webnovel

Chapter 4. Tunggulah... Sebentar Lagi

Youngma POV

Aroma lavender dengan bau wanginya yang khas, membangkitkan semangat pagi ku. Kini pikiranku yang kacau kemarin sudah menjadi lebih baik berkat sahabatku Hyanes. Bangunan rumahku yang terletak sekitar 20 meter dari jalan raya dapat terdengar jelas suara kenderaan yang berlalu lalang. Kicauan burung – burung yang turut menghiasi cerahnya hari juga tarasa menghidupkan suasana pagi itu. embun belum sepenuhnya pergi tetapi mentari mulai bangun dari tidur lelapnya.

Dering ponselku kembali berbunyi. Kali ini bukan dari Hans melainkan dari Hyanes, mungkin karena ia masih khawatir denganku yang kemarin menangis seharian memikirkan dia.

"Good morning Youngma. Hari ini kamu kekantor?" Sapanya

"Selamat pagi juga. Iya. Ada apa?"Tanyaku

"Kamu sudah baikan?"Sahutnya kembali bertanya

"Iya. Thanks ya Nes buat kemarin." Ucapku mengingat Hyanes yang kemarin menemaniku seharian dan mengantarku pulang. Hyanes adalah sahabatku sejak kecil, itulah sebabnya dia adalah orang yang paling tau tentang ku setelah orang tuaku

"Iya syukurlah kalau kamu baik – baik saja sekarang. Aku harap kamu bisa segera melupakan dia. Ingat Ma, bukan hanya dia orang yang harus kamu pikirkan, seperti katamu waktu kamu menghiburku sebelumnya, kamu bilang bahwa kita memiliki banyak tanggung jawab, kita juga memiliki banyak orang yang harus di bahagiakan salah satunya ibu kita. Jadi lupakan dia karena dia bukan yang terbaik untukmu kalau dia pergi meninggalkanmu begitu saja."Ucapnya

"Mencintai itu baik tapi cinta bukanlah segalanya" Lanjutnya

"Kamu benar Nes. Sekarang aku sudah lebih baik. Lagipula tak semua cinta untuk di miliki. Karena cinta bukanlah benda."Sahutku menyakinkan Hyanes bahwa aku sudah benar – benar baikkan

"Setuju. By the way. Nanti siang ayo makan siang bersama. Aku lagi butuh teman curhat" Sahutnya

"Baiklah. Nanti aku jemput ke kantormu yaa."Ucapku sebelum akhirnya telepon kami berakhir.

Aku dan Hyanes kerja di kantor berbeda. Itu sebabnya jika kami janjian, kalau bukan aku yang menjemput dia dikantornya maka dia yang menjemputku dikantorku. Saat sekolahpun meski kami satu sekolah, tapi kami berada di kelas yang berbeda dan jika janjian untuk pulang bersama maka salah satu dari kami biasanya menunggu.

Sesuai janji ku pada Hyanes, siang itu aku menjemput Hyanes di kantornya untuk makan siang bersama. Setelah tiba di sebuah café langganan kami dan belum sempat mengatakan pesanan kami ternyata pelayan itu sudah menebaknya duluan membuat aku dan Hyanes hanya bisa tertawa tak menyangka bahwa kami terlalu sering memesan itu hingga pelayannyapun telah hafal pesanan kami.

Selang beberapa menit kemudian pesanan itu telah sampai di meja kami, dua gelas avocado juice, 1 porsi Burger dan 1 porsi pancake. Pancake adalah salah satu favoritku di café itu. sambil menikmati makanan kami, sesuai ucapannya tadi Hyanes mulai curhat tentang masalahnya.

"Terus aku mesti gimana dong, ma?"Tanyanya bingung

"Sebenarnya aku juga heran sih Nes. Kenapa yaa semua beban di rumah itu jadi kamu yang harus nanggung semua. Okelah kamu belum nikah, tapi bukan berarti kamu juga tidak punya kebutuhan kan?"Sahutku melihat Hyanes yang sudah nyaris menangis menceritakan masalahnya

"Waktu kuliah kemarin semuanya kamu biaya sendiri, mereka tidak satupun bantuin kamu. Sekarang gaji kamu... ya ampun…!"Aku tidak melanjutkan kalimatku karena tidak habis pikir dengan sikap keluarga Hyanes yang memberikan seluruh beban padanya sedang ia hanya bekerja sebagai staf biasa di kantornya

"Andai saja aku punya rumah sendiri. Aku akan minta kamu untuk tempatin rumah itu. biar tante dan om kamu tau rasa. Kalau kamu biaya in nenek dan kakek kamu sih tidak masalah tapi kalau kamu juga harus sampai biaya in tante kamu dengan suami dan anaknya hanya karena kamu belum nikah, menurutku itu tidak wajar justru harusnya mereka yang bantuin kamu."Sambungku

"Itu lah sebabnya. Aku juga udah pusing banget dengan rumah itu. di tambah lagi dengan pertengkaran di rumah itu. lihatkan mau makan sebanyak apapun juga badanku tetap tidak naik."Sambungnya dengan wajah yang kesal mengingat masalah yang terjadi padanya.

"Haha..Naik? Pendaki gunung kali naik..hahaha" Hiburku mencoba mengurangi kekesalan di wajah sahabatku ini. Mendengarku yang kembali mendukungnya dengan sedikit bercanda membuat Hyanes juga ikut tertawa tidak menyangka ucapannya yang sudah serius emosi justru aku tanggapi dengan tawa.

"Meski begitu aku yakin, Nes. Masalahmu kali ini pasti ada hikmah besar buat kamu nanti di kemudian hari. Menurutku sih, apapun masalah yang terjadi dalam hidup kita saat ini, adalah latihan dari Allah Swt untuk mempersiapkan kita di kemudian hari. So, masalahmu saat ini justru suatu saat yang akan membuat kamu bangga pada dirimu sendiri. Karena tidak ada apapun yang terjadi di dunia ini secara kebetulan melainkan semua itu adalah bagian dari rencana Allah Swt yang sudah di atur untuk kita"Ucapku serius menyudahi candaanku mencoba untuk memenangkan sahabatku ini.

"Kamu benar, Ma. Tapi meski begitu rasanya sakit saat menghadapi semua ini."Sahutnya seraya menatapi jauh pada langit di balik jendela

"Tapi rasa sakit yang berani dihadapi itu terkadang bisa menjadi obat dan rasa sakit yang didiamkan itu justru terkadang bisa menjadi racun"Sahutku seraya menatap kearah langit biru nan cerah dari balik jendela

"Nothing is impossible in the presence of the Allah Swt."sambungku

"Yeah you're right." Balas Hyanes mencoba kembali menunjukkan sisi tegar dan cerianya

Tanpa terasa waktu makan siang telah selesai. Aku mengantar Hyanes kembali ke kantornya sebelum akhirnya aku kembali kekantorku.

* * *

Di tempat lain ternyata Hans, Jims dan Viona telah berada di dalam pesawat dalam perjalanan menuju ke Negara tempat Youma berada. Itu Negara asing bagi ketiganya namun untuk Hans dan Jims yang pernah kesana dalam urusan bisnis, itu bukanlah tempat baru dimana tak ada seorangpun yang di kenalnya. Berkat bantuan rekan bisnisnya, Hans mendapatkan alamat Youngma. Kedatangan Hans ke tempat tinggal Youngma sengaja tidak ia beritahukan kepada Youngma karena ia ingin memberi kejutan kepada wanita yang sudah lama dicintainya secara diam – diam itu. Apalagi dirinya ingin melihat ekspresi terkejut dari Youngma.

Sementara menunggu pesawat sampai di tujuan mereka, Jims dan Viona yang notabandnya adalah sepasang kekasih justru sibuk selfie untuk mengabadikan moment mesra keduanya bahkan keduanya berencana untuk mengunggah moment mereka itu di akun sosial medianya masing – masing begitu pesawat sampai.

Jims yang iseng sengaja menggoda Hans yang hanya sendiri. Membuat beberapa ekspresi lucu dan manja kepada Viona sambil sengaja menunjukkannya di hadapan Hans. Tapi nihil bukannya iri atau cemburu, Hans justru berpikir keduanya sudah tidak waras, bahkan merasa kasihan kenapa Viona bisa mencintai orang tidak waras seperti Jims dan malah ikut – ikutan tidak waras sepertinya.

Sementara di dalam hati Hans berkata 'Tunggulah.. sebertar lagi… hanya beberapa jam lagi… kita pasti akan segera bertemu, Youngma' Ucap Hans dalam hatinya