webnovel

TestTestTestTest

TestTestTestTest

PeWe · SF
レビュー数が足りません
9 Chs

Bab 4 - Bertemu manusia

"Exp? Untuk apa?" tanya Walther.

『Sistem: Exp dapat digunakan untuk memperluas perlindungan』

"Benarkah? Aku kira itu sudah cukup luas,"

Walther berjalan mendekati mayat zombie yang berada di tanah.

Zombie itu ternyata adalah zombie laki - laki, dia memakai pakaian berwarna kuning, pakaian tersebut terlihat seperti jas hujan.

"Dari mana zombie ini datang? Sistem, apa mungkin ada pemukiman warga di sekitar sini?"

『Sistem: Tidak tahu. Pemilik harap mencarinya sendiri』

Mendengar itu membuat Walther berdecak,

"Dasar sistem tidak berguna."

Suara keroncongan mulai terdengar dari perutnya, sejak dia datang ke sini dia memang belum makan apa - apa.

"Ah bangsat aku lapar," katanya.

Lalu dia teringat sesuatu,

"Oh iya, kalau tidak salah aku bisa membangun perkebunan di perlindungan, mungkin dari sana aku bisa mendapatkan beberapa makanan untuk dimakan."

Lalu dia melihat robot - robot yang masih berdiri dengan tegak, Walther bertanya dengan bingung,

"Sistem bagaimana cara memasukkan robot ini kembali ke perlindungan?"

『Sistem: Pemilik hanya perlu memikirkannya』

Kemudian Walther mencobanya,

'Kelima robot, masuk'

Seketika kelima robot yang masih berbaris menghilang secara menakjubkan, seolah dari awal memang tidak ada di sana.

"Eh, semudah itu?" katanya kaget.

Sebelum dia masuk ke dalam perlindungan, suara aneh tiba - tiba terdengar dari belakangnya, seperti suara dengingan mesin kendaraan yang bobrok.

Jauh di belakang Walther, terdapat beberapa orang sedang mengendarai sebuah mobil yang dilengkapi dengan fitur pertahanan. Kendaraan itu bergerak dengan cepat menuju Walther yang berdiri di atas tanah gurun.

"Hey kau!" teriak seorang perempuan dari dalam mobil, dia melambaikan salah satu tangannya keluar dari mobil. Dia berteriak lagi,

"Apa kau masih manusia?"

Mendengar teriakan itu membuat Walther menoleh padanya, dia tersenyum dan mengangkat kedua tangannya dan ikut berteriak,

"Di sini! Aku masih hidup!"

Setelah mendengar teriakan Walther, mobil antik itu menambah kecepatannya. Beberapa saat kemudian mobil itu sampai di depan Walther.

Di dalam mobil itu terdapat 3 pria dan 2 wanita.

Wanita yang tadi berteriak padanya memiliki kulit berwarna sawo matang dan wajah yang cukup cantik. Rambut hitamnya yang di potong pendek membuat pesonanya semakin terlihat liar. Baju hitamnya juga tidak bisa menyembunyikan sosok menggairahkan milik wanita itu.

Walther yang melihat itu tidak bisa menahan tetesan air liur yang jatuh dari mulutnya.

Lalu dia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotor dari kepalanya, jika ini masih di kehidupannya yang dulu dia pasti sudah menggiring wanita itu ke gang terdekat, tapi di kehidupan ini dia ingin berubah menjadi seseorang yang lebih baik walaupun berada di dunia yang suda

Melihat pemuda itu berusaha menahan diri untuk tidak terpesona padanya, membuat Anne tersenyum lucu, walau dunia sudah mulai berakhir tapi masih ada pemuda baik yang bertahan hidup.

"Hey, apa kau melihat zombie berbaju kuning di sekitar sini?" tanya Anne kepada Walther.

Walther menunjuk badan zombie tanpa kepala di belakangnya,

"Apa maksudmu ini?"

Anne sontak membuka matanya lebar - lebar. Walaupun pakaian Walther bersimpah darah tapi dia tetap berdiri dengan santai, melihat Walther yang tidak membawa senjata apapun membuatnya semakin tidak percaya. Setahunya tidak ada manusia yang bisa membunuh zombie tanpa menggunakan senjata.

Dia terkejut,

"Apa kau melakukan ini dengan tangan kosong?"

Walther yang tidak tahu menahu tentang keterkejutan Anne pun menjawab spontan,

"Iya, aku yang melakukannya, err .. Apa aneh kalau seseorang membunuh zombie?"

"Tidak, itu tidak aneh sama sekali, malahan itu wajar, yang aneh adalah kau melakukannya dengan tangan kosong," kata Anne canggung, hanya saja kalimat terakhir dia ucapkan dengan pelan sehingga membuat Walther tidak dapat mendengarnya.

Walther meresponnya dengan senyum santai,

"Kalau begitu bagus lah."

Tiba - tiba seorang laki - laki juga ikut keluar dari dalam mobil, dia memiliki rambut pirang panjang dan tubuh yang cukup kekar.

Laki - laki itu membawa shotgun di tangannya, saat melihat Walther dia sontak mengarahkan ujung shotgunnya pada Walther,

"Anne menjauh darinya! Apa kau tidak melihat matanya!? Dia zombie!" teriaknya pada Walther.

Mendengar itu membuat Anne juga ikut memegang pistolnya dan mengambil beberapa langkah mundur. Selagi itu dia berbicara pada laki - laki itu,

"Tunggu, Ryan. Aku tadi berbicara padanya, dia bukanlah zombie."

Walther sendiri cukup bingung, dia memang pernah terinfeksi virus zombie tapi dia sudah menanggulanginya, jadi tidak ada alasan untuk membuat laki - laki itu panik.

"Iya, aku bukan zombie, lihat aku masih memiliki akal," kata Walther mencoba menjelaskan.

"Omong - kosong! Anne! Lihat matanya, itu bukanlah mata seorang manusia tapi mata seekor zombie," teriak Ryan lagi.

Anne kemudian melihat mata Walther, seperti yang dikatakan Ryan, mata Walther memang seperti mata zombie. Walther sendiri memang tidak mengetahuinya tapi semenjak dia digigit zombie, iris matanya berubah menjadi merah darah dan memiliki pupil vertikal.

Hal tersebut membuat Anne sedikit mempercayai Ryan, namun ada hal yang masih menjanggal di pikirannya.

'Jika bocah ini adalah zombie maka seharusnya dia sudah kehilangan akal, tapi kenapa dia masih memiliki kesadaran diri.'

Daripada berpikir tentang hal yang tidak perlu, Anne langsung saja bertanya pada Walther,

"Kau, kenapa warna matamu merah seperti zombie?"

Walther yang dari tadi kebingunan mulai merasa jelas, ternyata itu karena matanya. Sebenarnya dia sendiri tidak tahu kenapa warna matanya jadi merah seperti ini, lagipula dia baru saja menempati tubuh ini, dia juga tidak memiliki ingatan apapun tentang tubuhnya sebelum dia tempati.

Jadi dia memutuskan untuk berbohong,

"Ahh, maksudmu ini. Warna mata ini karena keturunan dari orang tuaku. Aku sendiri tidak tahu kenapa warnanya sama dengan warna mata zombie, tapi ini memang sudah turun temurun," Walther berkata dengan santai sambil menunjuk salah satu bola matanya.

Hal tersebut membuat Ryan sedikit tenang, tapi sorot matanya masih menyimpan beberapa kecurigaan, dia juga masih mengarahkan moncong shotgun itu pada Walther.

"Kalau begitu baguslah, tapi jangan berharap aku mempercayaimu, aku baru tahu kalau ada manusia yang memiliki mata seperti itu, jadi shotgun ini akan selalu aku arahkan padamu," katanya dengan pandangan menyipit.

Melihat konflik itu mulai mereda, dia menghela napas lega, dia mendekati Walther seraya berkata,

"Bocah, jangan pedulikan dia, Ryan memang orang seperti itu, ngomong - ngomong aku Anne, siapa namamu?"

Walther menjawab santai,

"Walther, Pen Walther."

"Lalu Walther, apa yang akan kau lakukan pada mayat zombie itu?" kata Anne sambil menunjuk mayat zombie tanpa kepala.

Walther berpikir sejenak,

'Memangnya apa yang bisa dilakukan mayat itu?'

『Sistem: Mayat zombie bisa diteliti dalam laboratorium untuk mengekstrak DNA di dalamnya』

Munculnya pemberitahuan sistem di depan Walther benar - benar mengejutkannya, dia kemudian melihat Anne yang masih memandangnya menunggu jawaban.

'Sepertinya dia tidak bisa melihat layar sistem'

『Sistem: Apa kau mengijinkan Anne untuk melihat notifikasi sistem (Y/N)』

Sontak itu membuat Walther terkejut dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak tahu apa efek yang ditimbulkan bila Anne dapat melihat sistem, saat ini lebih baik jika dia menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Melihat Walther menggelengkan kepalanya, Anne berkata penuh harap,

"Jadi kau belum memutuskannya?"

Sebenarnya Walther ingin menyimpan mayat di dalam tempat perlindungan, berhubung dia belum membangun laboratorium, mungkin mayat ini akan dia tinggalkan di sini.

Itu karena untuk membangun laboratorium, Walther membutuhkan beberapa besi. Jika di Royal Refuge yang biasa, besi dapat di temukan sebagai hadiah saat robot menyelesaikan beberapa misi atau ekspedisi singkat.

"Entahlah, mungkin aku akan meninggalkannya disini," kata Walther singkat.

Senyum Anne semakin melebar,

"Bagaimana kalau kami mengambilnya?"

"Mengambilnya? Untuk apa?" jawab Walther spontan.

"Sebenarnya kami mendapat sebuah misi dari benteng, yaitu untuk memburu zombie berpakaian kuning. Zombie tersebut cukup spesial karena memiliki -" Anne mencoba menjelaskannya pada Walther tapi disela oleh Ryan yang sepertinya mulai kesal.

"Anne, apa kau ingin membocorkan misi kita pada orang asing?" kata Ryan dingin seraya memelototi Walther.

"Hehe, jadi intinya itu adalah misi kami," lanjut Anne tanpa rasa bersalah.

'Misi? Benteng?'

Walther berpikir sejenak, lalu dia mengungkapkan beberapa syarat pada Anne,

"Bagaimana kalau begini, kalian bisa mengambil mayat itu tetapi kalian harus membiarkan aku bergabung dengan kelompok kalian."

Karena dengan bergabung bersama kelompok Anne, Walther bisa pergi ke tempat yang mereka sebut 'benteng'. Mungkin di sana dia bisa mendapatkan beberapa besi, makanan dan persediaan.

"Bagaimana?" lanjut Walther dengan senyum.