webnovel

Menganalisa Gejala

Dia memiliki perasaan bahwa jika dia membiarkan pemilik langkah kaki itu membalik selimutnya dan meraihnya, sesuatu yang tak terbayangkan akan terjadi. Dia punya firasat bahwa itu adalah pertanda buruk.

"Aku harus memikirkan sesuatu jika mimpi yang sama terjadi lagi."

John harus segera memutuskan sesuatu. Ketika ingatan dari kehidupan masa lalunya bahkan bisa kembali teringat, maka segala hal lain yang janggal juga mungkin dapat terjadi padanya.

Seperti yang telah diantisipasi oleh John, pada malam ketiga, dia kembali mengalami mimpi buruk yang sama lagi, dan kali ini, hal mengerikan itu terjadi di tengah malam.

Setelah selesai makan malam bersama ayahnya, John memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan sedikit melakukan olahraga singkat sebelum dia hendak tidur. Sepuluh menit saat dirinya terlelap dalam tidurnya, dia bermimpi lagi.

Langkah kaki di luar pintu mendekat lebih cepat dari yang terakhir kali dia ingat. Tapi, sepertinya dirinya tampak siap untuk hal tersebut. John terbangun sebelum orang yang membuat langkah kaki itu membuka pintu kamarnya.

Pengalamannya yang kali ini menguatkan rasa kecurigaan miliknya bahwa semua fenomena yang tengah dialaminya bukanlah hanya sebuah kebetulan belaka. Mimpi buruk itu pasti memiliki makna tersembunyi yang tidak disadarinya, sama seperti ingatan kehidupan lampau yang telah dia dapatkan kembali tanpa alasan.

Pada hari-hari berikutnya, mimpi buruk yang sama terus saja menghampirinya seolah hal itu telah dijadwalkan secara rutin tepat saat John tertidur. Dia kali ini mencoba untuk mengendalikan tubuhnya dalam mimpinya sendiri tetapi hal itu tidak berhasil.

Setiap kali dirinya mencoba, ketakutan yang sama akan terus menyerangnya. Dalam mimpi itu, wanita berbaju putih yang duduk diam di meja selalu terlihat dengan postur yang sama. Dia akan berkedut dan terisak dengan cara yang aneh dan mengerikan, sementara suara langkah kaki terus terdengar dari arah yang sama di koridor.

Jadi, John berinisiatif untuk menggunakan jam alarm agar benda kecil itu dapat membangunkan dirinya terlebih dahulu demi menghindari kecelakaan yang mungkin akan terjadi. Alarm keras akan berbunyi setiap kali, dan harapannya suara itu akan cukup untuk membangunkannya tepat waktu ketika langkah kaki masuk melalui ambang pintu. Hal ini adalah tindakan pencegahan yang dia lakukan, dan semuanya berjalan lacar seperti ini selama dua minggu terakhir.

"Perhitunganku menunjukkan bahwa sejak mimpi ketiga, durasi dari keseluruhan mimpi itu hanya berlangsung sekitar tiga puluh lima menit," ucapnya.

"Ada fluktuasi dalam mimpi keempat hingga ketujuh, semuanya terjadi dalam rentang lima menit. Ini menunjukkan bahwa mimpi yang aku alami ternyata tidak berlangsung begitu lama," paparnya.

***

Saat itu di malam hari, John sedang duduk di depan lampu meja, dengan hati-hati memeriksa data mimpi yang telah dia rekam sendiri. Dia berpikir dengan keras. "Aku mungkin harus mengambil kesimpulan rata-rata, maka aku akan memiliki perkiraan keseluruhan dari durasi mimpi."

Panjang durasinya, mulai dari awal mimpi hingga saat langkah kaki memasuki ruangan. John berhasil memperoleh data dari dua mimpi yang dialami sebelumnya. Memutar pensil di jarinya, wajah John tampak begitu tenang. Jika bukan karena keringat di dahinya, dia tidak akan percaya bahwa dia baru saja mengalami mimpi buruk yang sama.

Semua ini bagaikan teka-teki di kepalanya. "Apa yang perlu aku lakukan selanjutnya adalah mendapatkan kembali kendali atas tubuh ini sebelum suara langkah kaki terdengar di depan pintu."

John mengenal dirinya dengan baik. Dia bukan seorang pengganggu di sekolah atau pun seseorang yang jenius. Dia hanya memiliki satu kekuatan yakni ketenangan. Jadi, hanya dengan memanfaatkan kekuatan itu dia bisa memenangkan tarik ulur yang dialaminya dengan mimpi buruk tersebut.

Meskipun dia tidak tahu apa arti kemenangan ini baginya, naluri fisiknya memperingatkannya bahwa dia tidak bisa membiarkan sosok yang membuat langkah kaki itu menangkapnya. Sama sekali tidak.

John lantas mulai menulis, mencatat beberapa poin data di dalam buku catatannya. Kemudian dia menutupnya, menaikkan kakinya untuk berdiri, lalu melihat ke luar jendela ke kejauhan. Cahaya bulan terlihat begitu indah, tapi di dalam sini, dirinya justru merasa kedinginan. John lantas berbalik dan hendak naik ke tempat tidur tetapi tiba-tiba dia merasa ragu-ragu.

"Nah, kurasa sebaiknya aku tidak tidur."

Dia terdiam beberapa saat sebelum dia akhirnya memutuskan untuk berdiri lagi karena begitu dia tertidur, maka pasti dia akan menghadapi mimpi buruk yang sama lagi, dan pengalaman itu membuatnya mulai menghindari tempat tidur. Jelas hal itu bukan solusi. Menghindari tidur akan berdampak buruk pada kesehatan dirinya sendiri.

Diam-diam, dia mengambil jam wekernya, mengatur waktu dengan hati-hati, dan kembali ke tempat tidur dengan pakaiannya yang masih terpasang. Di mata orang biasa, tempat tidur adalah sebuah spot yang hangat dan nyaman, tetapi bagi John, dia merasa seperti berada di dalam jurang yang panas dengan hanya berpegangan pada satu tali yang terasa dapat lepas kapan saja.

Dirinya masih mengalami mimpi buruk, meskipun dengan jam alarm yang sudah berbunyi tujuh kali di malam itu. Tapi, untungnya dia akhirnya berhasil bertahan sampai fajar tanpa ada insiden yang berarti sama sekali.

"Apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini?" Yuna menatap John dengan seringai. Temannya yang terlihat tenang, ceria dan sehat sekarang tampak pucat dengan lingkaran mata yang menghitam. Sungguh membuat penampilannya menjadi jelek.

"Kamu terlihat pucat, mirip seperti sprei hotel. Anak muda, kamu perlu belajar disiplin diri," kata Yuna, menembakkan kalimat sesuka hati dari mulutnya.

John menguap tak berdaya. Meskipun duduk di ruang kelas yang bising, dia sangat mengantuk dan hampir tertidur. Kebisingan di sekitarnya tampaknya teredam oleh lapisan tebal kain kedap suara, itu sama sekali tidak mengganggunya.

"Aku belum tidur nyenyak selama beberapa hari terakhir," sahut John.

"Apakah kamu mengalami mimpi basah?" Yuna berkata sembari menghapus jarak yang ada, membuat mereka semakin dekat dengan ekspresi mesum di wajahnya.

"Enyah kau! Itu hanyalah mimpi buruk," balas John yang terdengar risih.

**To Be Continued**

Gimana menurut kalian bab update kali ini? Jangan lupa tuk tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaan kalian agar tidak kelewatan tiap kali aku update.

M_Jiefcreators' thoughts