webnovel

Kendala Baru

John menghembuskan napas dengan lembut dan menutup buku catatan yang ada di depannya. "Cobalah malam ini untuk melihat apa buku-buku lain memiliki isi yang sama. Selain itu, mungkin aku harus meninggalkan kediaman itu dan pergi melihat daerah sekitar. Ada banyak hal di rumah bangsawan, bagaimana dengan kondisi di luar? Apa yang ada di sana? Kenapa aku tidak bertemu makhluk hidup begitu lama. Selalu ada kegelapan di luar jendela."

Dengan banyak keraguan, John segera mengganti pakaiannya dan pergi tidur setelah mencuci muka dan menyikat gigi. Dirinya pergi ke rumah sakit untuk melihat kakeknya di siang hari. Tapi, dia tidak begitu tahu apa yang terjadi. Ketika John melihat kakek dengan rambut putih terbaring di tempat tidur, dirinya tiba-tiba merasa sesuatu yang tidak dapat dijelaskan.

Anehnya dia bahkan tidak merasa sedih. Kakeknya sebenarnya adalah orang yang sangat buruk bagi keluarga mereka, dan pertikaian di kedua belah pihak sangat mengganggu. Tetapi, ketika mereka benar-benar dalam kesulitan, orang pertama yang tidak ragu untuk mengorbankan segalanya adalah keluarganya sendiri.

Mengesampingkan hal itu terlebih dahulu, apa yang dilihat John pada waktu itu sebenarnya bukan lagi sekedar kakeknya. Dia memandangnya sebagai pria tua yang tak berguna dengan selang yang memompa hidupnya. Hidup yang sudah di penghujung batas, seperti cahaya lilin dan badai, membuatnya tidak sadar.

"Lupakan saja, aku tidak ingin memikirkan hal sebanyak itu. Untuk sekarang waktunya pergi ke mimpi yang sama di tiap malam dan mencari tahu banyak detail akan hal itu."

John sekarang berbaring di atas kasurnya di dalam selimut, matanya terpejam secara perlahan. Hanya dalam beberapa menit, dia tertidur sambil melamun. Setelah masa ambiguitas, kesadarannya dengan cepat menghilang dengan jelas.

Secara perlahan, John membuka matanya dan menghela napas panjang. Melihat meja rendah yang terbuat dari kayu mahoni di depannya, dan buku yang sama di atas meja.

"Akhirnya, aku masuk lagi."

Dia melihat sekeliling. John memantau area sekitarnya dan hal yang dia lihat sama seperti kunjungan sebelumnya. Tidak ada jendela, hanya ada satu pintu yang mengarah ke ruang tamu. Ada dua rak buku besar di sekitarnya, dan rak berwarna merah dipenuhi buku yang ukurannya lebih besar.

John berdiri dan menatap rak buku yang ada dengan cermat. Dia biasa mengingat buku yang ada dari rak atas di sebelah kiri. Maka kali ini, dia bermaksud untuk mencobanya dari rak yang sebelah kanan. Tanpa ragu-ragu, dia dengan cepat menarik sebuah buku dari rak kanan lalu membaliknya.

"Hah?" Dia tiba-tiba mengerutkan kening, tangannya bergerak sejenak.

Buku yang diambil olehnya memiliki kata-kata di sampulnya, tetapi benar-benar terlihat sangat kabur. Merasa bingung, John juga segera membuka isinya.

Di sana, semua tulisan yang ada di dalamnya juga ikut kabur. Beberapa yang bisa dilihatnya hanyalah karakter dan garis yang berantakan.

Hati dan impian John tampak hancur seketika seiring dengan emosinya tenggelam di sana. Dia dengan cepat meletakkan buku itu, dan mengeluarkan sebuah buku merah besar dari rak kanan. Dengan cepat, dia membuka buku itu, dan halaman di dalamnya juga tampak kabur. Tak ada sesuatu yang dapat dilihatnya.

"Wow, Wow, Wow."

John membalik-balik halaman buku itu dengan panik, berusaha menemukan halaman-halaman yang jelas, tetapi keseluruhan buku itu tampak begitu kabur. Dirinya sama sekali tidak bisa menemukan halaman yang jelas.

"Drop!" Dia menjatuhkan buku itu. Tak segera mengambilnya, John malah langsung ke rak kiri, dan dengan cepat mengambil sebuah buku di bagian atas untuk melihatnya. Kali ini, dia merasa lega karena buku itu ternyata dapat dibaca dengan jelas.

"Untungnya, Aku pikir ini adalah akhirnya..."

Sebelum John bisa menghembuskan napas dengan jelas, dia melihat bahwa halaman buku itu mendadak menjadi kabur. Awalnya halaman di bagian buku itu terlihat jelas, tapi bagian belakangnya yang mendadak kabur.

Namun, sekarang semuanya berubah. Sampulnya terlihat menjadi buram, meskipun ini adalah mimpi, John tetaplah tidak bisa menahan diri untuk bersikap sedih dan panik. Secara mendesak dia bergegas mengecek buku lain yang ada di rak tersebut.

Dia membuang banyak waktu dan energi dalam melakukan hal itu. Segera, ia membalik-balik banyak buku besar yang ada di rak buku untuk mencoba memperkirakan langkah dan menentukan situasinya.

"Aneh sekali bahwa dari semua buku yang ada di rak, hanya buku di sebelah kiri yang memiliki sampul mencolok yang dapat jelas aku lihat, sedangkan sisanya tampak kabur," gumam John

Dirinya lantas duduk di meja yang ada. Dia mendaratkan bokongnya sesuka hatinya, sementara pikirannya melayang kemana-mana.

"Selain itu, hanya buku-buku di atas meja yang dapat aku lihat dengan jelas. Terutama, buku ilmu pedang yang sudah terbuka sejak aku kemari pertama kali. Detail grafiknya bahkan sangat bagus..."

Setelah melakukan analisa secara cepat, John mulai menemukan masalah. Dari buku-buku yang dapat dilihat dengan jelas, hanya buku yang menjabarkan tentang ilmu pedang yang paling jelas. Kemudian, baru tumpukan buku yang ada di sekitar meja, dan yang paling terakhir yaitu selusin buku di rak kiri.

"Menarik," John berucap dengan samar-samar saat menebak kondisinya, tetapi tidak bisa mengonfirmasi hal itu.

"Bagaimana dengan keadaan di luar? Aku sepertinya harus coba keluar dulu dan lihat apa yang ada di luar sana," tekannya.

Dia menjadi semakin tertarik pada mimpi ini. Dirinya berdiri dengan diam dan bersikap tenang. John meletakkan bukunya dan perlahan berjalan menuju pintu ruang kerja.

Dibandingkan dengan ketika dia pertama kali masuk ke sini, panca indranya saat ini dapat dengan jelas dan dirinya juga dapat memahami lingkungan sekitarnya dengan lebih baik.

Tingkat dinginnya udara, bunyi pantulan kaki di lantai, dan gesekan pakaian pada sentuhan telapak tangannya ataupun aksi lain yang dilakukannya. Perasaan ini membuatnya berpikir ada yang salah dengan mimpi ini.

"Ini bukan mimpi biasa. Tak ada mimpi yang bisa terasa begitu nyata seperti ini, tak ada mimpi, yang bisa diulang lebih dari sebulan!" sahutnya.

John yakin dia telah menemukan pengecualian pada kondisinya saat ini. Tapi, hal-hal seperti hanya berada dalam ingatannya di masa lalu. Suka atau tidak, sepertinya dia harus mulai menerima kemampuannya agar dia dapat beradaptasi dengan jauh lebih cepat daripada orang biasa.

"Klik." Pintu yang menghubungkan ruang tamu perlahan dibuka. John perlahan mengarahkan langkah demi langkah miliknya. Dia melihat kondisi sekeliling, dia berjalan perlahan menuju pintu ruang tamu.

Kakinya terus menapak, mencari jalan keluar. John melihat ke atas dan menemukan sebuah pintu yang belum dilihat sebelumnya.

**To Be Continued**