webnovel

Pole Dance

Biya yang sudah dalam perjalanan pulang ke apartemen menghubungi Jay, pria itu harus bertanggung jawab atas penolakan Adya kepadanya. Biya kesal, kenapa Jay tidak menjelaskan maksud ajakan Biya yang sebenarnya.

“Jay, Lo ngomong ke Adya gimana sih?“ Biya sudah duduk di sofa ruang tamu apartemen Jay. Ia menahan kekesalannya karena Adya benar-benar tidak mau bermalam dengannya.

“Kan gue bilang Bos, ajak jalan-jalan. Kenalan dulu, jangan buru-buru diajak bobo bareng,“ kata Jay menjelaskan.

“Astaga, pantesan dia nolak gue ajak ke apartemen!“ Biya berdecak kesal. Ia memandang Jay marah.

“Pelan-pelan Bos, Adya bukan tipikal cewek seperti Bella atau Chyntia. Sabar, itu kalau mau dapetin dia. Gue tahu Lo suka beneran sama itu cewek,“ Jay berusaha membujuk Biya agar meredam emosinya.

“Iya, gue memang suka, tapi itu cewek jual mahal Jay. Dipegang tangan doang neh, gak mau, gimana gak kesel gue,“ Biya menyela ucapan Jay yang terlihat tetap santai.

“Ya udah, intinya kalau mau dapatkan Adya Lo kudu sabar tingkat tinggi, ini mau dipanggilkan Bella? Apa yang lain?“ tawar Jay kepada Biya yang masih memasang wajah muramnya.

“Lo panggilkan Bella deh, gue tunggu di tempat gue sekarang. Suruh bawa kostum pole,“ perintah Biya kepada Jay. Ia beranjak dari sofa dan kembali ke unit apartemen miliknya.

Jay geleng-geleng kepala dengan tingkah Biya yang seenaknya. Jay ingin menyadarkan Biya, bahwa tidak semua wanita sama seperti yang ada dalam pikirannya. Namun, Jay merasa harus lebih sabar lagi menghadapi majikannya.

Jay menghubungi Bella dan memintanya segera datang ke apartemen Biya, tentu saja dengan senang hati wanita itu meladeni permintaan Jay.

____

Biya yang baru selesai mandi membukakan pintu untuk Bella, wanita itu datang dengan memakai dress ketat minimalis nyaris telanjang.

“Hello Beib, kangen sama Bella ya?“ Bella yang baru datang menyapa Biya dengan sentuhan lembut di pipi kanannya.

“Hhhmm, masuk aja ke kamar. Lo pole dulu, gue lagi butuh hiburan,“ kata Biya. Ia meremas pantat besar Bella yang aduhai. Bella mengikuti langkah Biya masuk ke kamarnya dan berganti baju pole sesuai permintaan Biya.

Sebuah tiang yang Biya siapkan khusus untuk menari pole menjadikan Bella lebih semangat untuk unjuk kebolehan. Ia sudah memakai kostumnya. Lalu, Biya menyalahkan lagu untuk mengiringi tarian Bella. Lembut dan menggoda, perlahan tarian itu menjadi lebih erotis dan seksi.

Biya ikut berdiri, terbawa alunan lagu dan gerakan pole yang Bella lakukan. Ia mencumbu leher jenjang Bella yang putih terawat. Turun hingga ke payudaranya. Biya menepuk pantat Bella yang berhenti menari karena terbawa sentuhannya yang memabukkan.

“Lo tetap nari, gimana caranya Lo tetap nari walaupun gue gerak kayak apa,“ kata Biya sambil memukul pantatku.

Plakk…

“Aahhhh, sakit!“ teriak Bella yang terkejut dengan pukulan Biya.

“Lanjutin, ayo lebih hot lagi dong,“ bentak Biya. Ia menumpahkan kekesalannya dengan bermain kasar dengan Bella.

Bella melakukan gerakan-gerakan pole yang lebih menantang. Ia bergerak menghampiri Biya yang kembali duduk dan tanpa ragu naik ke dalam pangkuannya. Turun ke bawah, ia menggesek buah dadanya ke area pangkal paha Biya yang masih dibalut celana jeans.

Biya pun terprovokasi, ia melepas celananya dan bertelanjang dada. Penampilan semi polosnya membuat Bella kesulitan menelan ludahnya. Ia terpesona dengan tubuh Biya yang sempurna.

“Sini Lo, senengin gue malam ini. Sampai pagi kalau perlu. Siap Lo?“ tanya Biya menarik Bella dalam pengakuannya. Kedua kakinya mengapit pinggang Biya yang terekspos.

“Siap Kak,“ jawab Bella menatap nakal Biya.

Biya mulai menelusuri gunung kembar milik Bella yang proporsional, menyesap kuat dengan bibirnya hingga meninggalkan jejak kebiruan. Turun hingga ke pangkal paha, ia merasakan area itu sudah lembab dan menegang. Ia mengelus pelan area sensitif Bella perlahan ritmenya semakin naik dan memburu. Desahan erotis yang Biya dengar dari mulut Bella menambah gairah keperkasaannya.

“Aaaawww,“ Bella menjerit manja ketika Biya menggigit area pangkal pahanya. Biya menelisik area tersebut lebih lama dan meninggalkan jejak dengan gigitan-gigitan nakalnya.

Seperti biasa, Bella melakukan blow job dan handjob secara bersamaan. Satu hal yang mungkin orang lain tidak tahu, Biya tidak pernah secara langsung melakukan hubungan badan dengan wanita-wanitanya. Ia hanya bermain-main dan mencari kepuasan bagi dirinya sendiri dan pasangan bercintanya. Posisi Biya masih berdiri, Bella dengan cekatan melakukan tugasnya dengan baik.

“Huufft, teruskan. Iya, bagus Bella!“ teriak Biya yang hampir menuju puncak kepuasan. Bella cukup lihai bermain dengan ketrampilan tangan memuaskan Biya. Beberapa kali desahan erotis Biya membuat Bella puas.

“Lo naik ke ranjang, posisi seperti biasanya,“ perintah Biya kepada Bella. Ia mengeluarkan sex toys yang baru dibelinya untuk membantu Bella melakukan pelepasan.

“Baik Kak, terima kasih.“ Bella dalam posisi menungging. Bagian belakang tubuhnya terekspos dengan jelas dan menantang. Biya melakukan foreplay lagi agar gadis itu lebih rileks.

Biya memainkan jarinya masuk ke dalam organ kewanitaan Bella membuatnya menggelinjang hebat. Tubuhnya secara otomatis melakukan gerakan-gerakan erotis karena sentuhan Biya membuatnya berselera. Tubuhnya bergoyang mengikuti irama permainan yang Biya jalani. Dan akhirnya Bella bisa mencapai puncak kepuasan dunia.

“Makasih Kak,“ kata Bella sebelum ia beranjak ke kamar mandi.

“Mandiin gue, ayo barengan.“ Biya menyusul Bella yang sudah lebih dulu berjalan ke arah kamar mandi.

“Iya Kak, silahkan.“ Bella membantu Biya membersihkan diri. Service yang Bella berikan memang excellent, tak salah jika Biya memanggilnya lagi.

Setelah membersihkan diri, Biya yang baru saja berganti pakaian mengambil ponselnya dan mentransfer sejumlah uang kepada Bella.

“Lo mau kan temani gue sampai besok pagi, gue lagi butuh teman bobo. Udah gue transfer Bella,“ kata Biya sambil melambaikan tangan memintanya datang.

“Mau Kak, Bella always siap untukmu.“ Bella mencium pipinya lembut.

“Pinter Lo, dikasih tahu Aldy ya?“ tebak Biya.

“Iya Kak, Pak Aldy yang kasih tahu,“ jawan Bella dengan nada manjanya. Ia mengecup pipi Biya.

“Bagus sekarang temani gue bobo sampai pagi. Gue capek dan ngantuk.“ Biya menarik tubuh Bella dalam pelukannya. Mereka terhanyut dalam dinginnya cuaca Jakarta yang diguyur hujan.

Sementara itu, di kamar kostnya Adya sedang tersenyum sendiri membayangkan betapa manisnya kecupan Biya. Hatinya bergemuruh dan saling tanya. Apakah ia menyukai Biya atau hanya sekedar kagum. Ia membayangkan wangi parfum hangat Biya yang menusuk hidung dan jantungnya.

Adya memeluk boneka berbentuk pisang yang sempat ia beli beberapa hari yang lalu dengan temannya, gadis itu mulai mengantuk namun masih melamunkan sesuatu. Jakarta sedang diguyur hujan, suasana hati Adya pun tak kalah sendu. Ia merindukan sang Ibu yang sedang sakit di kampus halamannya. Ia terisak kecil, bagaimanapun juga Adya adalah manusia biasa yang kadang rapuh dan tak berdaya.

Foto masa kecil Adya lah yang menemani hari-hari beratnya menjalani kehidupan keras di ibukota. Ia sedang berjuang untuk menyembuhkan ibunya dari sakit agar bisa membawanya hidup bersama di Jakarta.