webnovel

Flashback

Osaka.

25 Desember, pukul 22:20 malam.

Takuya Isahara baru saja selesai menyantap makan malam dan sedang menuang sake ke dalam gelasnya saat Haibara Takachi menghampirinya.

"Ini belum jam dua belas malam dan kau sudah terlalu mabuk, Takuya. Sebaiknya kau tidak minum lagi. Aku khawatir kau tidak bisa menyetir dan mengantarku pulang," kata Haibara sambil mengambil paksa botol sake dari tangan Takuya. "Kau sudah berjanji kepada ibuku untuk mengantarku pulang dalam kondisi baik-baik saja."

"Kau tak perlu khawatir, Haibara. Aku pasti akan mengantarmu pulang dan memastikan kau baik-baik saja persis yang aku janjikan pada ibumu. Aku tidak semabuk yang kau pikirkan, Haibara. Berikan botol sakeku. Aku masih ingin minum. Sedikit lagi," sahut Takuya.

"Kau sudah cukup mabuk, Takuya. Aku tidak akan membiarkanmu lebih mabuk lagi dari ini sebelum kau mengantar aku pulang. Ya, sebaiknya kau mengantar aku pulang sekarang. Setelah itu kau bisa melanjutkan minum sake sampai kau puas. Jika kau tidak hendak berkendara aku sama sekali tidak mempermasalahkan kau minum terlalu banyak," ujar Haibara Shintaro berkeras dengan pendiriannya.

"Dasar perempuan!" umpat Takuya. "Demi sake, aku antar kau pulang sekarang."

Haibara tersenyum sekilas. "Bagus sekali. Aku akan menemui ibu dan ayahmu untuk berpamitan. Dan botol sake ini, akan aku taruh di kamarmu. Kau bisa mabuk sepuas hatimu setalah kau mengantarku pulang." Haibara bangkit berdiri dari kursinya lalu menghilang di antara kerumunan orang.

Takuya Ishara adalah seorang pengacara yang sama terkenalnya dengan seorang bintang film. Dia tampan, sukses, kaya raya di usia muda, memesona, dan memiliki mata abu-abu bulat yang sangat memikat. Postur tubuhnya tinggi tegap, rambutnya coklat kemerahan yang dipotong cepak, kulitnya putih bersih, dan jika dia tersenyum, deretan gigi yang rapi akan memukau. Takuya adalah seorang bintang sejak dia duduk di bangku SMA. Dia selalu menjadi pusat perhatian murid perempuan dan membuat banyak anak lelaki lainnya merasa iri. Salah satunya adalah Ryoma Otsuka. Meskipun dapat dikatakan secara fisik Ryoma sedikit lebih tampan dari Takuya, ditambah kecerdasannya yang luar biasa, tapi, sikap Ryoma yang dingin, tertutup, dan menjaga jarak membuatnya tidak memiliki seorang teman pun. Jika jam istirahat, setelah makan siang, Ryoma akan pergi ke perpustakaan untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku.

Pada suatu hari, di kelas mereka kedatangan siswa pindahan dari Suzuka. Seorang murid laki-laki bernama Tomohiro Yamashita Sudo. Seorang anak lelaki yang berkulit putih pucat dan wajahnya selalu penuh semangat. Tomohiro yang mendapat kursi di sebelah Ryoma pun dalam sekejap menjadi akrab dan bersahabat.

"Jadi kau ikut dengan ayahmu ke Hokaido karena ayahmu mendapat pekerjaan di sini dan kau ingin memastikan ayahmu selalu baik-baik saja karena dia memiliki sakit jantung?" tanya Ryoma pada suatu siang saat mereka sedang duduk di perpustakaan setelah makan siang.

Tomohiro mengangguk membenarkan. "Di keluargaku hanya aku satu-satunya anak lelaki yang orang tuaku miliki. Aku memiliki seorang adik perempuan yang punya cita-cita ingin menjadi seorang perancang busana penganti profesional. Ibuku mengidap sakit kista dan meskipun usianya masih cukup muda, dia tidak bisa memiliki anak lagi. Karena itulah kami saling menjaga dan sangat menyayangi satu sama lain," sahut Tomohiro.

"Sungguh menyedihkan sekali," ejek Takuya yang tidak sengaja mendengar percakapan itu. "Kau anak orang miskin rupanya. Berhati-hatilah, Ryoma. Dia pasti punya maksud tertentu mendekatimu," pancing Takuya.

"Yang kau katakan itu memang benar, Takuya. Aku memang berasal dari keluarga miskin. Tapi, aku bangga. Karena, meskipun aku miskin, aku punya otak yang berfungsi dengan baik. Tidak seperti kau yang seperti udang," balas Tomohiro dalam bahasa Inggris yang sempurna. Dia dan Ryoma kemudian tersenyum penuh kemenangan saat Takuya mengerutkan dahi karena tidak mengerti sama sekali apa yang Tomohiro katakan.

"Sialan!" umpat Takuya lalu berbalik dan pergi.

Permusuhan antara Ryoma, Tomohiro dan Takuya semakin menjadi-jadi. Ryoma sendiri diam-diam merasa sangat iri dengan kepopuleran Takuya. Padahal, jika di bandingkan Takuya, dirinya jauh lebih tampan, lebih memesona, lebih cerdas. Tapi, masalah klasik Ryoma adalah dia terlalu tertutup dan sama sekali tidak tahu caranya bergaul. Ryoma tidak pernah memiliki banyak teman sejak dia duduk di taman kanak-kanak. Dan saat dia SMA, jika bukan karena ada Tomohiro, dia tidak akan memiliki satu orang teman pun sampai dia lulus dan mulai berkuliah. Sementara itu, Takuya sendiri, secara diam-diam juga, sebenarnya merasa takut tersaingi oleh Ryoma Otsuka. Itulah alasan mengapa Takuya senang mengejek dan mengolok-oloknya sebagai anak manja. Meski semua orang tahu jika Ryoma anak yang mandiri dan dewasa. Sedangkan Tomohiro, dia tidak menyukai Takuya karena dia telah berani menghina keluarganya dengan keterlaluan. Oleh karena itu, Tomohiro selalu bersikap sinis terhadap Takuya dan tidak pernah akur sama sekali sejak pertama.

Permusuhan antara ketiganya mencapai puncak saat Kirei Hamazaki, siswa perempuan yang disukai Ryoma dan baru seminggu resmi menjadi kekasihnya setelah dia menyatakan cinta, ternyata diketahui hanya mempermainkannya. Kirei sama sekali tidak menyukai Ryoma. Takuyalah yang memberinya ide untuk mempermainkan Ryoma. Setelah satu seminggu merek berpacaran, dan berita itu sudah tersebar luas sampai ke segala penjuru sekolah, pada hari Senin, di kantin sekolah saat jam istirahat, di depan semua orang Kirei meminta putus dari Ryoma. Dia mempermalukan Ryoma dengan mengatakan banyak hal buruk tentangnya. Tomohiro dengan sia-sia menyangkal tuduhan yang di lemparkan pada muka teman baiknya. Tapi, dia sendiri pun terkena imbas dari usahanya itu. Dia dijadikan bahan olok-olok semua siswa di sekolah.

Setelah lulus dari SMA Takuya pindah ke Osaka dan melanjutkan kuliah di sana. Dia tidak pernah lagi bertemu dengan Ryoma karena Ryoma melanjutkan pendidikannya di Tokyo. Sementara Tomohiro kembali ke Suzuka di Perfektur Mie. Takuya Isahara memulai karier cemerlangnya begitu dia mendapat gelar sarjana hukum dan izin membuka praktik pengacara. Berkat bimbingan pamannya, Nakano Hacibara, dia menjadi seorang pengacara profesional di Osaka. Tidak hanya itu, karena ketampanan dan pesona Takuya, di mana pun dia berada, dia selalu menjadi pusat perhatian para wanita. Bahkan, saat di ruang sidang sekalipun. Dan Takuya tahu semua itu bisa mendatangkan manfaat dan melancarkan kariernya.

Takuya Isahara yang mempunyai impian dapat menjadi seorang hakim, memanfaatkan daya tarik yang dimilikinya untuk mendekati Haibara Shintaro. Anak semata wayang Hakim Ichiba Nakanisi Shintaro. Ambisinya untuk menjadi seorang hakim semakin bertambah menggebu-gebu saat dia mendengar berita bahwa Ryoma Otsuka sekarang menjadi pemimpin perusahaan kosmetik multinasional di Jepang bernama Shiseido Company dan begitu terkanal. Jauh lebih terkenal daripada dirinya di Osaka. Cemburu buta di hati Takuya kembali timbul. Kali ini bercampur kebencian yang lebih besar dan tekad untuk menghancurkan.

"Apa yang sedang mengganggu pikiranmu, Takuya? Kau tampak sedang memikirkan sesuatu."

Takuya Isahara yang duduk melamun di belakang kemudi menghela napas panjang. Sambil mengeluh dia berkata, "Libur Natal kali ini aku harus pergi ke Tokyo. Aku ada sebuah keperluan dengan seorang teman lama di Shibuya. Sebuah urusan bisnis. Dan mungkin aku akan sedikit lama di sana. Meskipun belum pasti."

"Artinya rencana liburan kita gagal?"

"Aku sangat menyesal. Tapi, jika urusanku sudah selesai dan akan kuusahakan lebih cepat selesai, aku segera kembali ke Osaka. Jika masa liburku masih ada, kita pergi berlibur meski hanya satu atau dua hari. Aku berjanji, Haibara," ujar Takuya.

"Tapi, kau pergi ke Shibuya benar-benar untuk urusan bisnis, kan, bukan karena kau ingin menemui wanita lain?" sahut Haibara curiga.

"Tentu saja tidak. Aku hendak menemui Yusuke Isada Sakazaki. Dia juga sama pengacara sepertiku. Kami sedang terlibat dalam satu bisnis besar. Jika bisnis ini berjalan lancar, aku janji aku akan segera melamarmu dan kita menikah."

Haibara Shintaro tersipu. Pipinya merona karena tersentuh. Gadis berusia dua puluh satu tahun yang cantik dan memiliki rambut hitam panjang bergelombang itu seketika menjadi luluh. "Aku percaya padamu, Takuya. Aku minta maaf jika aku terlalu sering menaruh curiga padamu. Semua itu karena aku sangat mencintaimu dan aku tahu di luar sana banyak sekali yang menginginkan dirimu. Aku takut kau pergi meninggalkanku dan mencampakkan aku begitu saja," kata Haibara sambil dengan mesra memeluk lengan Takuya.

Takuya tersenyum karena semua yang dikatakan Haibara adalah benar. Dia punya rencana sendiri untuk masa depannya yang gemilang. Dan Haibara adalah jembatan yang akan mengantar Takuya sampai ke tujuan.