webnovel

Terjebak Pernikahan Kontrak.

Seorang wanita menatap tubuh wanita paruh baya berbaring lemah di rumah sakit. dirinya tidak tahu apa yang akan terjadi pada ibunya, satu bulan sudah. ibunya terbaring di salah satu kamar perawatan rumah sakit, hingga Dokter memutuskan mengoperasi jantungnya. Nurmala Amalia yang terbentur dengan biaya operasi yang bernilai ratusan juta. bertekad mendatangi bosnya. Rayhan Pradipta seorang CEO dingin dan anti wanita. "Tuan, apakah anda mau membeli saya?" Nurmala Amalia seorang gadis cantik, berjuang demi membiayai pengobatan Ibunya, Sarah Amalia yang tengah terbaring di rumah sakit. karena penyakit kanker yang di deritanya. Nurmala yang berkerja sebagai cleaning servis di sebuah Hotel Pradipta. Hotel mewah milik keluarga Pradipta, yang di kelolah oleh Rayhan Pradipta. seorang pria tampan yang memilki alergi terhadap seorang wanita, tiba-tiba dihadapkan dengan. permintaan sang Kakek. yang menginginkan dirinya segera menikah. "Ray, kakek tidak mau mendengarkan penjelasan apapun darimu. yang kakek inginkan saat ini adalah kamu menikah!! jika tidak, akan kakek jodohkan dengan cucu sahabat kakek. bagaimana?" Ucapan sang kakek membuat Rayhan terpaksa mencari wanita, yang bersedia berpura-pura menjadi istrinya. dirinya yang alergi dengan wanita membuatnya kesulitan untuk mendapatkan wanita. Hadirnya Nurmala Amalia. yang datang ke kamarnya dan memintanya untuk membeli tubuhnya. Tanpa berfikir lagi, Rayhan menerima usulan gadis itu. "Oke, aku bersedia membeli tubuhmu, dengan satu syarat?" "Katakan apa syaratnya? aku akan menerima apapun syaratnya." "Bersedia menikah kontrak, denganku selama dua tahun. dan aku akan menanggung semua biaya ibumu sampai sembuh, bagaimana?" Mampukah Nurmala, menerima syarat dari Rayhan? dan mampukah Rayhan Pradipta, pria yang alergi terhadap wanita, menerima kehadiran Nurmala? Apakah Nurmala berhasil mendapatkan uang untuk biaya operasi ibunya?

rafli123 · 都市
レビュー数が足りません
3 Chs

3. Kondisi Sarah Yang Membaik.

Rayhan menggelengkan kepalanya saat melihat Nurmala yang berlari mengejar langkahnya.

"Tidak usah berlari, ibu akan baik-baik saja." Suara Rayhan, menghentikan langkah Nurmala.

"Maafkan saya Tuan, saya benar-benar mencemaskan keadaan ibu." Mendengar ucapan Nurmala, membuat Langkah kaki Rayhan terhenti seketika. membuat Nurmala yang berada di belakangnya menabrak punggung Rayhan.

"Apa kamu, tidak bisa melihat tubuh sebesar ini? sehingga kamu masih menabraknya?" Kata Rayhan, dengan kesal. saat Nurmala menabrak punggungnya.

"Maafkan, saya, tuan." Kata Nurmala, saat mereka telah sampai didepan pintu ruangan perawatan. Tanpa mengetuk pintu Nurmala melangkah memasuki ruangan perawatan ibunya.

"Ibu, bagaimana keadaan ibu?" Kata Nurmala. dengan wajah cemasnya.

"Mala, kamu sudah datang?" Dokter Miranda memeluk, Nurmala dengan erat.

"Dok, Bagaimana dengan kondisi ibu? apakah operasinya berjalan dengan lancar?" Tanya Nurmala dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ya, semua berjalan dengan lancar. sebaiknya kamu tunggu di sini, sebentar lagi ibumu akan sadar." Ucap Miranda, dokter yang menangani operasi Sarah. ibu Nurmala.

"Sayang, kemarilah.* Suara lirih Sarah, membuat Nurmala mendekati dan memeluk wanita yang kini berada di atas brankar dengan tubuh yang terlihat sangat lelah.

"Ibu, bagaimana dengan kondisi ibu sekarang? apakah ada yang masih dirasakan? katakan pada Mala Bu," Kata Nurmala, dengan cemas.

"Sayang, ibu sudah lebih baik. kamu duduklah disini temani ibu," Dengan Berlahan tangannya menepuk tempat tidur di sampingnya. Nurmala dengan sangat hati-hati duduk di samping ibunya.

"Baik bu." Pandangan Sarah mengarah pada pria yang berjas tepat berada di belakang Nurmala.

"Sayang, siapa dia?" Rayhan yang berada di tengah, Nurmala seketika menatap kebelakang, dirinya berusaha tenang walau sesungguhnya hatinya sangatlah takut. dirinya takut jika ibu yang di sayangi mengetahui dari mana asal uang yang ia gunakan untuk membiayai operasinya.

"Eemm... dia, dia...." Kata Nurmala dengan terbata-bata.

"Perkenalkan saya Rayhan, atasannya di kantor." Reyhan menyadari kegugupan Nurmala. beruntung dirinya lebih cepat menemukan alasan yang lebih tepat. walau kenyataannya dirinya adalah bos di tempat kerja Nurmala.

"Terima kasih Tuan, Anda berkenan datang ke rumah sakit ini. dan terima kasih sudah meminjamkan uang pada putriku. terima kasih, saya akan berusaha untuk cepat sembuh dan..." Ucapan Sarah terhenti saat suara bariton Rayhan terdengar.

"Tidak perlu berterima kasih pada saya Bu, apa yang saya lakukan sudah seharusnya saya lakukan untuk karyawan saya. tidak perlu berpikir untuk mengembalikan, saya ikhlas menolong. lebih baik ibu sekarang beristirahat. untuk Nurmala besok temui saya di kantor. tidak perlu masuk kerja, saya akan memberikan waktu cuti untukmu tetaplah disini untuk menjaga ibumu, kalau begitu saya pergi dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Sarah. Rayhan meninggalkan ruang rawat Sarah.

"Bu, sebentar Nurmala mengantar Tuan Reyhan keluar. ibu istirahat saja." Nurmala mengikuti langkah lebar Rayhan.

"Tuan Rayhan, tunggu!!" Rayhan menghentikan langkahnya mendengar seseorang memanggilnya. Rayhan menatap wajah Nurmala yang terlihat gugup. entah kenapa dirinya menyukai pemandangan indah di hadapannya saat ini.

"Ada apa?" Mendengar suara Rayhan yang lembut terlebih tatapan Rayhan membuatnya semakin gugup.

"Terima kasih." Rayhan mengerutkan keningnya mendengar kata yang di ucapkan Nurmala padanya.

"Apa? aku tidak mendengar yang kamu katakan, coba kamu ulangi lagi?" Kata Rayhan, meminta pada Nurmala untuk mengulang kata-katanya dengan suara lebih keras lagi.

"Terima kasih Tuan!" Rayhan tersenyum meski tidak terlihat begitu jelas. entah kenapa setelah pertemuannya dengan gadis didepannya dirinya merasakan jika bibir sering tersenyum.

"Hum. sekarang kembalilah, jangan lupa besok kamu harus datang tepat waktu!"

"Baik Tuan." Rayhan berlalu dari hadapan Nurmala yang menatap punggungnya, yang semakin menjauh.

Di ruang rawat perawatan, ibunya yang menunggunya dengan raut wajah penasaran.

"Sayang benarkah dia hanya bos, di tempat kamu bekerja?"

Sarah memperhatikan putri semata wayangnya yang terlihat gugup.

"Ibu. sebaiknya sekarang istirahat agar ibu cepat pulih ya. tuan Rayhan adalah bos Mala di hotel,"

"Ibu, pasti akan pulih sayang. ini semua berkat dirimu perjuanganmu untuk mencari biaya pengobatan untuk ibu." Sarah, tidak lagi mendesak jawaban dari putrinya. Sarah yakin, putrinya memiliki alasan untuk tidak menceritakan apapun padanya.

"Itu sudah menjadi tanggung jawab seorang anak bukan? sudahlah ibu, harus istirahat ya. Mala merindukan masakan ibu,"

"Naiklah keatas tempat tidur, ibu ingin tidur bersama putri ibu."

Nurmala menuruti kemauan sang ibu demi membuat ibunya bahagia. tidak di pungkiri dirinya juga merindukan pelukan sang ibu. tanpa terasa Nurmala terpejam dalam pelukan ibunya hingga pagi datang. suara ketukan pintu membuatnya terbangun.

"Selamat pagi Dok, maaf saya ketiduran. sehingga lupa jika pagi-pagi ibu harus di periksa." Kata Nurmala.

"Pagi juga Mala. tidak apa-apa saya mengerti kamu pasti lelah." kata sang dokter yang merawat ibu Sarah. Nurmala memperhatikan Dokter yang memeriksa tubuh ibunya dengan teliti.

"Dok, bagaimana kondisi ibu pagi ini?" Setelah Dokter memeriksa keadaan ibunya, Nurmala yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. akhirnya bertanya pada sang dokter yang tidak lain adalah Miranda.

"Mala, ibumu jauh lebih baik, tinggal menunggu pemulihan saja, setelah itu bisa pulang." mendengar perkataan Dokter, membuat senyum bahagian tercetak di bibir Nurmala.

"Benarkah Dok?"

"Tentu Nurmala. perjuanganmu tidak pernah sia-sia sayang, aku bangga padamu," Dokter yang bernama Miranda mengusap pucuk kepalanya.

"Oh ya. jangan lupa sarapan pagi dan jaga stamina tubuhmu Nurmala." Ucap Dokter Miranda sebelum meninggalkan ruang perawatan.

"Baik Bu Dokter!" Nurmala melakukan gerakkan seolah sedang melakukan upacara. membuat dua wanita paruh baya tersenyum melihat tingkah Nurmala.

'Rayhan tidak salah memilihmu menjadikan istri kontraknya, aku yakin suatu saat Rayhan akan mencintaimu.' Ucap Miranda dalam hatinya.

Setelah kepergian Dokter Miranda, Nurmala menyuapi ibunya sarapan dan membantunya ke kamar mandi. hingga suara ketukan pintu kembali terdengar saat Nurmala baru membuka baju untuk mandi.

"Selamat pagi Nyonya Sarah. saya asisten Tuan Rayhan untuk menjemput nona Nurmala." Kata asisten pribadi Rayhan.

"Putriku sedang di kamar mandi, tunggu sebentar ya."

Tidak lama kemudian Nurmala keluar dari kamar mandi dengan tubuh lebih segar.

"Sayang, asisten Tuan Rayhan sudah menunggumu. sebaiknya kau sarapan dulu sebelum bekerja." Kata Siska.

"Tidak perlu Bu, hari ini aku hanya menemui tuan Rayhan untuk meminta izin untuk menjaga ibu." Kata Nurmala berbohong.

"Baiklah, pergilah jaga dirimu baik-baik sayang. jangan lupa untuk sarapan Nak." Kata Sarah pada sang anak.

"Iya Bu, nanti aku akan sarapan di jalan Bu, Nurmala pergi dulu Bu," Setelah mencium pipi ibunya Nurmala bergegas meninggalkan ibunya. dirinya tidak ingin kebohongannya akan terbongkar, untuk pertama kalinya Nurmala berbohong pada ibunya. yang membuat Nurmala ketakutan jika berdekatan dengan ibunya.

Di Luar ruangan Luky asisten Rayhan telah menunggunya.

"Apa sudah siap nona Nurmala?" Luky yang melihat Nurmala berjalan kearahnya, berusaha untuk kesiapannya menikah dengan tuannya.

"Sudah. ayo, aku tidak ingin meninggalkan ibu sendiri terlalu lama."

"Jangan khawatir, ada seseorang yang, akan menjaga ibumu. kamu cukup fokus dengan tugas pertamamu!" Mobil membawa mereka ke sebuah butik ternama, Nurmala mengikuti langkah Luky hingga mereka melihat pria dengan penampilan yang sempurna, tengah duduk dengan kakinya yang sebelah kanan berada di atas kaki kiri tatapannya tidak beranjak dari layar laptop.