Selepas ijab qobul, aku tidak lagi melihat Sinta sampai selesai semua rangkaian acara pernikahan keduaku.
"Carilah istri pertamamu, Nak. Walau bagaimanapun dia istrimu. Abah bukan tidak tidak menyukai Sinta, hanya saja Abah belum bisa menerima atas tindakan orangtuanya," ucap Abah yang membuatku merasa bersalah karena tadi berbahagia ketika tidak melihatnya dengan tatapan yang selalu kosong kedepan.
"Baik, Bah."
"Jangan biarkan dia merasa terasing disini. Kasihan. Walau bagaimanapun dia adalah istrimu dan juga sudah seperti anak Abah. Meskipun Abah belum bisa mengajaknya bicara Akrab," lanjutnya lagi dan seringkali terdengar helaan nafas berat dan panjang Abah.
Awal pernikahanku dengan Sinta Rania memang bukan keinginan kami. Dalam artian orangtua Sinta yang mengancam keluargaku agar menikahi Sinta.
Semua keluargaku bisa berpura-pura baik, tapi tidak dengan Abah. Beliau hanya tersenyum padanya sekilas lalu pergi.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください