webnovel

Bab 25

Setelah aku membasuh wajah ku, Akhir nya perias wanita yang sangat terkenal membubuhi wajah ku dengan make up yang cukup tebal, untuk menambah pesona kecantikan ku tampak terpancar pada saat resepsi.

Hari ini, hari yang ku tunggu hari yang sangat sakral, dan aku akan melepas masa gadis ku.

Pernikahan adalah hari yang di impikan oleh setiap orang dan di impikan oleh setiap wanita yang akan menjadi calon imam nya bisa mengarah ke hal yang lebih baik untuk urusan dunia dan akhirat.

Bukan sekedar pesta yang begitu mewah dan meriah. Bukan sekedar mengucapkan janji suci, bukan hanya menyatukan antara suami dan istri, tetapi menyatukan dua keluarga.

Setiap rangkaian acara dan seemua proses pun berjalan dengan lancar.

Aku yang duduk di samping Zidane suami ku, telah sah secara agama dan hukum.

Wajah ku cukup bersinar dan senyuman ku terpancar bahagia. Aku menggunakan gaun yang di berikan Zidane, membuat Aku terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna putih dan terukir kan manik-manik menambah kan kilauan kemewahan yang mampu membuat para tamu undangan terpukau.

Apa lagi dengan Zidane tampak terlihat elegant dengan jas hitam perpaduan kemeja warna gold keemasan senada dengan setelan yang ia kenakan.

Banyak pasang mata yang melihat ke arah ku terutama pasang mata perempuan yang merasa iri dan banyak yang  bertanya-tanya, kenapa Zidane bisa memilih aku untuk menjadi istri nya.

Ntah lah aku juga tidak tahu !!

Pernikahan ini di hadiri oleh kalangan orang berkelas. Ada pengusaha, pengacara dan para pejabat tinggi di kota yang merupakan rekan - rekan dari keluarga Zidane. Namun dari sekian banyak tamu undangan tidak nampak seorang dari keluarga ku.

Begini lah kalo hidup sebatang kara, jauh dari keluarga yang tak memperdulikan ku. seharusnya di hari pernikahan bisa menjadi pertemuan antara keluarga. Tetapi malah sebalik nya.

Di balik senyuman dan kebahagian yang ku tunjuk kan terlihat kesedihan yang mendalam tersorot dari mata ku. Sebenarnya aku merasa sangat sedih namun aku tak mau merusak hari bahagia ku, Aku tak mau membuat Zidane yang telah menjadi suami ku bertanya-tanya kenapa aku tanpak murung.

Kami berdua pun berdiri dari duduk ketika Papi Zidane datang menghampiri kami dengan membawa secangkir minuman yang sedang ia nikmati.

" Selamat ya, anak ku " ucap pak Anderson Papi Zidane anderson seraya memeluk putra nya, ya belakang nama Zidane di semat kan dari keluarga Anderson.

" Ranaya, Papi mempunyai menantu yang sangat cantik" puji Papi zidane setelah melepas kan pelukan dari putra nya.

" Terima kasih, Papi" ucap ku sangat singkat, karna merasa malu akan sebuah status baru.

"Tetapi kamu jangan pernah bermimpi untuk bisa menjadi bagian keluarga Anderson, mungkin putra ku yang bodoh memilih kamu hanya dengan terpikat dari kecantikan mu, kamu hanya kalangan rendah tak sebanding dengan diri nya"

Blek....

Jantung ku seraya berhenti tak bergerak mendengar kan ucapan Papi Zidane, serasa tertusuk sembilu yang sangat menyayat ke jantung.

" Nikmatilah pesta pernikahan kalian sebaik-baik nya untuk malam ini " ucap pak Anderson kemudian pergi dari hadapan kami berdua.

Aku tahu betul jika pak Anderson tak menyukai ku, terlebih lagi ketika dia mengetahui Zidane akan menikahi ku. Kemarahan pak Anderson sangat memuncak. Tetapi pak Anderson tak bisa menolak, jika pak Anderson menolak, Zidane akan pergi dari rumah, karena ini semua telah di tentang oleh Zidane karena pak Anderson selama di Indonesia bebetapa tahun kami bertetangga dengan keluarga Anderson Papi Zidane sangat memandang remeh keluarga ku. Apa lagi Papi Zidane dapat kabar jika Papa ku pergi meninggal kan Mama demi perempuan kaya raya.

Ini semua karena Papa ku yang telah mencoreng nama keluarga. Mungkin dari itu Papi Zidane beranggapan jika aku ingin menikah dengan Zidane karna materi nya.

Aku berusaha tegar, aku menahan kuat - kuat air mata ku supaya tidak jatuh membasahi pipi.

Aku tidak ingin merusak hari kebahagian ku di depan orang banyak. Aku berusaha tersenyum kepada para tamu undangan yang tampak hadir.

Walaupun sebenar nya aku ingin sekali berteriak dan menangis.

" Penderitaan apa lagi ini, tuhan. Baru saja aku merasa kan kebahagian hanya sesaat kau ambil lagi kebahagian ini " ringis ku dalam hati.

Kini giliran rekan kerja ku yang memberi ucapan selamat kepada ku.

" Selamat ya, Ranaya " ucap Adrian dengan nada singkat, karna Adrian merasa ia tak akan ada lagi kesempatan untuk mengungkapkan isi hati nya.

" Iya, sama - sama, kamu memang staff ku yang bisa di andalkan " aku tersenyum

Dan di iringi dari belakang tampak Jesika yang sedang menyodor kan tangan ke pada ku.

" Selamat ya, Ranaya kamu sangat beruntung "

" Terima kasih ya, jesika" Aku pun tak bisa mengartikan kata - kata yang Jesika ucap kan.

Jam menunjuk kan jam makan siang para tamu undangan di arah kan untuk ke meja prasmanan yang telah di sediakan oleh berbagai macam masakan, dari masakan khas indonsesia, dan masakan jerman. Berbagai macam makanan lezat yang telah di siap kan untuk memanjakan lidah para tamu yang datang.

Semua orang yang hadir tampak sangat menikmati suasana pesta yang sangat mewah ini.

Tetapi tidak dengan diri ku. Kebagian ku hancur seketika ketika mendengar ucapan Papi Zidane yang masih terngiang - ngiang di telinga.

Aku pun akhir nya pergi ke kamar mandi meninggal kan keramaian pesta. Air mata yang dari tadi aku bendung serasa tak tertahan kan.

Siang ini tampak cerah hujan tak datang, tapi air mata ku telah terjun bebas seperti deras nya air hujan yang membasahi pipi.

Ku tatap wajah ku ke arah cermin kamar mandi tampak make up yang sedikit berantakan. Aku mengusap kasar pada pipi mulus ku. Tak ku hiraukan lagi make up yang mulai hilang karena deras nya air mata.

Ku terus mengusap air mata yang masih ingin bebas membasahi pelupuk mata yang mulai tampak sembab.

" Ranaya "

Terdengar suara Zidane memanggil ku.

Aku pun mulai tampak terkejut melihat Zidan mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.

Aku pun mengenali suara pria yangemanggil ku.

Aku pun segera cepat mengusap air mata yang tersisa di pipi ku menggunakan tisu.

" Kamu kenapa di dalam Ranaya? " tanya Zidane sambil berdiri di belakang pintu kamar mandi.

" Aku baik - baik saja " ucap ku kepada pria yang kini telah sah menjadi suami ku.

Aku pun membuka pintu, dan memberi senyuman kepada Zidane.

" Ayo kita kembali ke acara pesta, karena banyak tamu undangan yang ingin berpamitan kepada kedua mempelai " ucap Zidan sembari meraih tangan ku.