webnovel

Bab 24

Robbi hablii milladunka zaujan thoyyiban wayakuuna shoohiban lii fiddini waddunya wal aakhiroh. Artinya "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia, dan akhirat."

" Ya Allah jika Zidane terbaik untuk ku, aku mohon dekat kan lah ya Allah, ku serah kan semua jodoh ku di tangan mu".

Aku mengadah kedua tangan ku meminta jawaban yang terbaik dari sang pencipta.

" Hanya ke pada Allah lah aku bisa mencurah kan seluruh isi hati ku saat ini. Karena tanpa pertolongan mu aku hanya lah wanita yang lemah" doa ku ke pada sang kuasa''.

Pagi hari nya aku tertidur kembali setelah menyelesai kan solat subuh. Aku membuka mata dan menatap mata hari pagi yang terpancar dari celah - celah jendela seakan memberi tanda.

Aku mulai berusaha bangkit dari atas ranjang dan ingin segera duduk di sebuah sofa panjang yang terletak tidak jauh dari kasur.

Aku mulai beranjak meninggal kan ranjang pemalas ku. Aku mencoba menahan badan, dan menguatkan diri ku sendiri yang seakan ingin roboh dan berjalan dengan sedikit sempoyongan.

Dan tangan ku memegang kepala yang terasa mulai mutar - mutar, dan bibir merah muda ku yang tampak pucat.

Aku menelan saliva ku yang agak sedikit terasa pahit ." Hm aku rasa magh ku kumat lagi deh ! " Celetuk ku dalam hati.

Badan ku yang tampak kuat sebenar nya terasa lemah karena begitu banyak pekerjaan yang aku kerja kan di kantor kemarin.

Sehingga membuat ku tak boleh melupakan makanan yang wajib bagi ku bagi penderita penyakit magh yang sudah akut.

Karena terlalu sibuk dalam bekerja aku suka telat untuk makan.

Semenit pun perut ini tak boleh telat jika cacing - cacing telah meronta-ronta meminta jatah nya karena bisa fatal bagi perut ku, Ya seperti ini lah yang terjadi.

Aku coba membuka lemari es yang telah tersusun rapi dan mejeng cantik roti yang semok karna bentuk nya yang padat dan sebotol selai coklat.

" Ayo makan aku " seolah roti tadi menggoda ku dengan meneguk kembali saliva ku.

Aku pun menjangkau dan memakan nya dengan lahap, perut ku yang terasa sakit mulai bisa di ajak kompromi. Mulut ku pun mengunyah roti itu.

Tak lupa aku menyeruput sekotak susu UHT untuk menstabilkan badan yang tadi tampak oleng seperti di terpa badai.

Aku pun mengelus elus perut yang mulai terisi "Jadilah untuk pengganjal perut yang sakit karena lapar " gumam ku dalam hati.

Aku pun merogoh ponsel ku untuk menelpon Adrian menanya kan kabar perihal perwalian yang kemarin aku perintah kan.

Andrian POV.

Aku bekerja sebagai staff keuangan yang di pimpin Ranaya di kantor. Waktu itu aku memberi undangan ke pada semua kantor terutama Ranaya untuk menghadir kan acara pernikahan adik sepupu ku.

Saat itu Ranaya hadir di acara pesta pernikahan yang dari awal di selenggarakan saat mempelai ijab kobul. penghulu menyerah kan nasab ke wali hakim, karna mempelai wanita tak mempunyai Ayah kandung yang akan menjadi nasab nya.

" Drian aku bisa berbicara sebentar " Ranaya memanggil aku dari pojok sudut.

Ranaya menatap ku tajam seakan ada sesuatu yang menjelas kan dari tatapan itu.

" Ada apa Nay ''aku menjawab pertanyaan dari nya dan memanggil nya dengan sebutan nama, karna biasa nya orang-orang di kantor memangil nya ibu sebagai panggilan penghormatan.

Tetapi jika di luar kantor Ranaya tidak ingin di panggil ibu. Karena bagi nya sebutan itu pantas di ucap kan jika masih dalam wilayah kantor.

Ranaya menghampiri ku hingga aku mengambil kursi dan mempersilah kan Ranaya untuk duduk di sebelah ku.

Ranaya kembali menatap ku dan memegang bahu ku dengan satu tangan nya.

" Drian aku bisa minta tolong kepada mu, aku dengar - dengar dari orang orang. aku menunjuk segerombolan para tamu undangan yang lagi asyik berbincang. Wali hakim adik sepupu mu kamu yang mengurus nya ?"

" Kamu bisa membantu ku untuk mengurus wali hakim untuk ku? karna kamu paham betul gimana pengurusan nya" ia memandang ku dengan wajah memelas.

"Baik lah aku akan membantu mu untuk mengurus semua dokumen nya " jawab ku melihat tatapan iba nya.

Sebelum nya aku sudah mengetahui tentang perihal kenapa Ranaya ingin memakai wali hakim.

Ranaya sudah menceritakan panjang lebar ke pada ku.

selama aku bekerja di satu kantor bersama Ranaya, tak di pungkiri ada perasaan jatuh cinta kepada Ranaya.

Lelaki mana yang tak terpaut akan kecantikan Ranaya. Terlebih lagi dia pintar dan membuat aku mengagumi nya.

Tetapi aku tak berani mengungkapkan nya karena jenjang status yang membuat aku tak percaya diri mengungkap kan perasaanku.

Aku mencintai Ranaya dalam diam dan hanya bisa mengagumi nya sebagai pimpinan ku.

Terlebih lagi ketika aku mengetahui Ranaya akan menikah dengan pria kaya, nyali ku semakin menciut karena mengetahui calon nya seorang lelaki yang terpandang. " Apa lah aku cuma sebatas staf " ucap ku lirih dalam hati.

" Terima kasih ya Drian telah membantu ku " Ranaya tersenyum manis ke pada ku, semakin membuat hati ku tak karuan.

Setelah semua rangkaian acara selesai, Ranaya bangkit dari duduk nya.

" Aku pamit ya Drian, perihal yang kita bicara kan tadi kita bahas besok. Saya tunggu hasil nya'' ucap nya sembari meninggal kan ku.

Aku pun mengangguk kan kepala seakan mengerti setiap kata yang di ucap kan nya.

Ranaya pun berlalu, Aku yang terus memandang belakang pundak nya, hingga sampai tak terlihat.

Ranaya POV .

" Haloo Adrian kamu di mana ??" apa kamu bisa memberi tahukan kepada semua karyawan kalo saya hari ini tidak bisa masuk kantor karna saya tiba-tiba merasa tidak enak badan. Tolong kamu handle semua pekerjaan, selama saya tidak ada" ucap ku memberi sebuah perintah tegas.

" Baik bu' saya akan menjalan kan tugas yang di perintah kan dengan baik. Tugas perwalian yang kemarin ibu perintah kan sudah saya selesaikan juga, jadi kapan ibu mau mengambil nya?" Tanya Adrian tentang selembar kertas yang akan ku pergunakan untuk acara sakral ku.

" Nanti saya akan mengabari kamu lagi "

Tit.....

Sambungan telpon terputus aku mematikan sambungan telpon tersebut.

Lalu aku menjangkau obat yang terletak di atas meja nakas ku, segera memasuk kan ke dalam mulut untuk penawar sakit yang masih terasa perih oleh magh dan Aku ambil segelas air putih untuk melepas dahaga. Lalu ku buang sisa plastik obat ke dalam tong sampah yang tersedia.