webnovel

Bab 17

Zidane's pove

Setelah aku selesai mengantarkan Ranaya hingga pesawat yang membawa Ranaya pergi bersama angin. Akhirnya aku kembali memutarkan mobil yang ku laju pergi meninggal kan bandara.

Dret ..

Dret..

Dret ..

Ponsel ku berdering, ku buka layar handphone ku tertulis messenger papi. Aku membaca pesan yang terkirim ke layar ponsel ku yang berbunyi.

Messenger papi

" Hay Zidane kamu di mana sekarang, cepat pulang. Papi tunggu kamu di rumah, ada yang harus papi bahas. Segera ! " papi memerintah dengan tegas seperti ada sesuatu yang penting yang ingin ia bicarakan.

Setelah membaca pesan singkat dari papi aku menginjak gas mobil ku dalam - dalam  dan semakin melaju kencang mobil  yang ku kendarai.

Selama dalam perjalanan menuju rumah

" Tidak seperti biasa nya papi ingin berbicara sangat penting dengan ku " gumam ku dalam hati memecah kesunyian.

Setelah sampai aku pun berjalan masuk kerumah yang megah dan bertingkat bak istana di negeri dongeng. Dengan pelayan yang begitu ramai membuat rumah semakin tampak mewah

Anak dari pengusaha kaya raya menarik perhatian semua orang yang berada di dalam nya

" Tuan sedang mencari siapa? " ucap bi' Noni salah satu IRT rumah ku

" Mana papi bi' dari tadi aku mencari - carinya tak kudapati " ucap ku

" Oh tuan besar ? Ada di kamar nya tuan " jawab bi' Noni menjawab pertanyaan ku

Langkah ku berhenti saat mendengar perbincangan papi dan mami membahas tentang ku.

" Papi akan menjodohkan Zidane dengan rekan bisnis papi, papi rasa anak nya cukup cantik dan yang jelas keluarga nya sebanding sama keluarga kita " ujar papi

" Mami terserah papi aja, kalo menurut papi pantas untuk Zidane, Mami nurut aja yang terpenting sih anak nya mau gak di jodohin? " tanya mami

Segelintir percakapan kedua orang tua ku yang terdengar di telinga ku.

Ceklek.

Aku membuka pintu kamar papi dengan kencang 

Aku kaget. Sudut alis ku terangkat ke atas saat mendengar apa yang mereka bicarakan. Aku pun  menarik kursi yang ada dalam ruang kamar kedua orang tua ku dan duduk

" Apa pi ? Apa aku tidak salah dengar dengan ucapan papi barusan? Kenapa papi menjodohkan ku, kenapa papi tak memberi kesempatan untuk aku mencari pasangan hidup ku sendiri  " ucap ku agak meninggikan suara ku

" Masih berani kau tanya kenapa ? Kita dari keluarga terpandang dan terhormat papi tidak mau kau salah memilih jodoh. Papi mau kau menikah dengan wanita yang sederajat sama kita. Mau di taroh di mana muka papi jika kau menikah dengan wanita tak  jelas bibit bobot nya " ucap papi membuat ku ternganga dengan penjelasan nya.

" Tapi pi ? Aku sudah ada pilihan ku sendiri, aku tidak mengenal wanita yang papi pilih kan. Aku sudah mencintai wanita lain " aku menarik nafas dalam - dalam

" Sabar pi, terlihat mami mengusap bahu papi yang mulai nampak tersulut emosi percekcokan.

" Bersihkeras papi ingin menjodohkan ku, aku tidak akan pernah menyetujui perjodohan dari papi.

Emang ini masih zaman Siti Nurbaya ? Zidane ini laki - laki pi. Zidane berhak menentukan pilihan Zidane sendiri " ucap ku sambil meninggalkan kedua orang tua ku

Aku tersenyum tipis, aku rasa papi yang sangat menyayangi ku rela melakukan apa pun demi untuk kebahagian anak nya. Ternyata tebakan ku salah. Papi hanya mementing kan harta dan martabat tanpa harus mengetahui perasaan darah daging nya.

Berbeda dengan mami. Mami tidak mementingkan apapun mami sangat menyetujui apapun pilihan anak nya.

" Aku ini bukan robot papi ! aku capek harus menginginkan semua kehendak papi " gumam ku

Bi' yuyun pun berjalan setelah mendengar gumaman ku. bi' yuyun salah satu pengasuh ku sedari kecil yang sudah ku anggap seperti ibu kandung ku sendiri. Karena dia sudah bertahun - tahun tinggal di rumah ini dan mengasuh ku sejak kecil hingga aku sebesar ini.

" Tuan muda kenapa? apa perlu bibi ambil kan secangkir teh hangat ? " tanya  bi' yuyun yang melihat ku duduk sendiri di luar.

Aku memilin bibir bawah ku sambil berkata " Tidak papa bi', aku baik - baik saja. Hanya saja aku kepengin sendirian di sini " jawab ku

" Baik lah tuan muda " ucap bi' yuyun meninggalkan ku

Aku menunduk dan tangan ku mengepal jari - jari ku saling meremas kuat. Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika perjodohan ini terjadi apa nanti aku benar - benar kehilangan Ranaya orang yang sangat aku cinta.

Aku pun beranjak meninggal kan rumah dan menghampiri tempat hiburan malam untuk  melupakan keributan yang telah terjadi.

" Sekaya apa sih keluarga perempuan itu, sampai - sampai papa mau menjodohkan aku " gumam ku sambil menghabis kan dark beer yang berada dalam genggaman tangan ku

Lampu kelap kelip menambah keindahan malam ini. Aku mulai mabuk karena telah menghabiskan beberapa dark beer yang ada di hadapan ku.

" Apa kamu mau di temani '' ucap seorang wanita penggoda yang datang menghampiri ku.

" Ehem " aku mengganguk kan kepala sambil meneguk kembali beer dan akhirnya penglihatan ku mulai samar - samar karena begitu banyak beer yang telah ku minum hingga akhirnya aku mulai pusing.

Wanita yang tadi menghampiri ku mulai bergelayut di tangan ku. Sambutan wanita penggoda tadi semakin nakal dan mengambil kesempatan. Kali ini tangan kanan dengan jari jemarinya mulai masuk secara perlahan ke dalam celana yang ku kenakan.

Aku yang  mulai mengigau dengan ucapan yang aku lontar kan. Aku membuka mata dan ku melihat wanita penggoda itu seolah olah sosok Ranaya wanita yang saat ini aku fikirkan.

Aaakh ..

Apakah ini dosa ?

Entahlah yang aku fikirkan sesungguh nya ini adalah dosa tapi aku tidak bisa memungkiri ini adalah keindahan

Seketika bibir wanita itu semakin bergerak mencoba menerobos rongga mulut ku. Wanita itu dengan lihai nya menarik dengan perlahan ujung lidah dan melipat membuat hasrat lelaki normal bergelora. Aku semakin meyakinkan ini Ranaya wanita yang ku cinta dan semakin jauh hayalan ku. Aku dengan bodoh nya mengeluarkan suara desahan yang membangun kan singa lapar.

Akhirnya pagi telah tiba seketika aku terbangun dan menoleh ke arah sosok seorang wanita  di samping ku ternyata wanita semalam  yang menemani ku bukanlah Ranaya.

Aku minum dark beer telalu banyak sehingga membuat ku lupa diri.

Aku pun segera buru - buru merapikan kemeja dan memperbaiki penampilan ku lalu meninggalkan wanita itu  yang masih tertidur tertutup selimut dengan tubuh polosnya kemudian aku mengeluarkan beberapa lembar uang yang ku taruh di atas tempat tidur. Aku berharap ia bisa melupakan kejadian tadi malam.

Aku pun segera meninggal kan tempat itu dan kembali ke rumah.