webnovel

Tentang Takdir

"Bahagia untuk keterpurukan atau terpuruk untuk kebahagiaan?" Happy Reading :)

alma_widyana · 若者
レビュー数が足りません
14 Chs

part #5

lagi. Percakapan yang membuat semua berubah kembali terulang. Bukannya terulang, namun memang akan selalu dibahas. Namun di tempat yang berbeda. Suasana yang terlalu tenang membuatnya terlalu hanyut dalam pikiran.

"Jadi diri Lo sendiri. inget itu, kakak pergi dulu." Key meninggalkan Biru yang terbelenggu dalam kecemasan.

----

MPLS hari kedua.

Semenjak Biru berkata seperti itu. Sahabatnya menjadi merasa canggung jika hendak bercanda dengannya. takut takut salah bicara lagi urusannya bisa panjang.

"Bang, gue nebeng Lo ya.."

Dari pagi hari ini bisa terlihat. Cuaca yang akan cerah. Tak ada bintik-bintik yang menandakan akan turunnya sang hujan.

Harapannya kali ini adalah, semoga selalu cerah seperti cuaca pagi ini. Sarapan pagi kali ini berjalan seperti biasa. Biru terus berbicara mengenai sekolahnya.

"Kemaren dia juga sempat-" Biru memotong perkataan Faresta. Seolah menyembunyikan sesuatu.

"Sempat..?" beo ayahnya menunggu kelanjutan dari perkataan Faresta.

"Sempat agak telat yah. soalnya Abang telat bangunnya." Surya hanya mengangguk dan meneruskan untuk menyantap sarapan pagi nya.

"Boong banget." bisik Faresta dengan wajah datar.

Biru hanya mengedikan bahu tak peduli.

Lalu dia meninggalkan meja makan, disusul oleh Faresta.

"Ayah berangkat duluan ya.."

"oke yah.."

Mata terus menatap kepergian sang ayah. Hingga terhanyut dalam pandangan kosong.

Sebagai Abang Faresta hanya terkekeh melihat adiknya. Waktu mulai siang dan masih sempat-sempatnya dia melamun.

"Ayok dek." Tangan Biru di tarik untuk berdiri. Saat hendak melangkah

BRUK.

"FARESTA BEGO!."

Biru tersungkur kelantai akibat ulah abangnya yang menyatukan ikatan tali sepatu kanan dan kiri. Ini lah yang disebut jahil dari yang paling jahil.

"Siapa suruh melamun..wle." Dia malah meledek Biru dengan menjulurkan lidahnya.

"Awas Lo ya..." dengan cepat Biru mengikat tali sepatunya dan menyusul abangnya ke mobil.

Di perjalanan tak henti-hentinya Biru memukul dan mencubit lengan Faresta.

"AW..AW.. sakit bego."

"Tau rasa lo. Makanya Jan jailin gue." Biru menghentikan aktivitasnya. Dia melipat kedua tangannya di bawah dada.

"Jailin bocil tuh enak tau de." Mata Biru memicing. Dia menatap sinis abangnya itu.

Tidak kapok-kapok dia menggoda adiknya itu. Sampai tak terasa kini mereka sudah berada di gerbang sekolah.

Biru turun dengan wajah dilipat. Sorot mata elang tak lepas dari matanya. Rahangnya mengeras. Setiap mata yang melihatnya dia balas dengan tatapan sinis. membuat yang menatap merinding .

Saat sedang berjalan menuju sahabatnya. Faresta sengaja menjulurkan kakinya sehingga Biru hampir saja terjatuh.

"FARESTA.RADENTTAMA BIN SUKINEM SARINEM BACOT BEGO!!."

Entah sudah putus urat malu Biru atau memang dia tak punya malu.

"Emosi boleh, tapi jalan tetep pokus dong..." godanya sambil tertawa terbahak-bahak.

Mata Biru mendelik tajam. Langkahnya mendekat terus mendekat. Hingga Faresta terhentak ke mobil.

Biru mendekatkan wajahnya pada telinga Faresta. lalu

"Abang gue yang begonya minta ampun.." tuturnya lembut.

Faresta hanya menganggukkan kepalanya sambil terkekeh senyum.

"TOBATLAH WAHAI ABANG...JAN BIKIN ORANG EMOSI MULU!!" Teriakan nya membuat Faresta terdiam. Telinganya serasa mendengung. Teriakan Biru tak main-main. Teriakan yang dilandasi dengan niat dan usaha yang kuat.

seketika parkiran sekolah menjadi ramai akibat perilaku Abang Ade tersebut. Biru berhasil lolos dari hadapan abangnya. Dia sudah bersama dengan keempat temannya.

"Buset ade lo, Lo kasih sarapan apa res? Buset suaranya itu loh melengking buanget..." Ujar Cipto, teman sekelas Resta.

"Lo mau tau?" Cipto dengan polosnya menganggukan kepala dengan wajah penasaran.

"SUP TOA, GORENG MIC, TUMIS MERCON." Cipto si murid polos itu terdiam membisu.

"Ade sama Abang sama aja ya..geser semua otaknya." ujarnya masih dengan wajah kaget. Telinga yang mendengung membuat raut wajahnya mengundang orang untuk tertawa.

----

Pasti disetiap rencana, akan ada kalanya yang namanya tidak sesuai. Terkadang apa yang tidak direncana selalu berjalan lancar.

setelah berdesak-desakan akhirnya Biru dan Airys melihat nama mereka masing-masing.

"Airys..."

"Kevin..."

"Nathan....."

"Raka...."

"Eh bentar ko gak ada nama Lo Bir.."

"Harusnya nama Lo ada nih, Deket-deket gue.."

Setelah di cek beberapa kali pun tidak ada nama Biru tercantum disana. Dan ternyata Biru berada di kelas lain. Untuk keduakalinya mereka berpisah. namun kali ini masih ada untungnya. Mereka satu sekolahan, dan kelasnya berdekatan. Biru Kelas X IPA-1 sedangkan keempat temannya X IPA-2.

"Gimana?..." Airys keluar dari kerumunan dengan wajah masam.

"Wajah Lo Jan di jelek jelekin gitu dong rys.." Nathan merangkul Airys.

"Udah jelek dia mah Tan.." Ejek Kevin

"Ih apaan si ah." Airys menepis tangan Nathan.

"kenapa? Lo beda kelas sama kita?" Tanya Kevin.

"Bukan.." jawabnya dengan nada kesal.

"Lah terus?.."

"Gue yang beda kelas sama kalian." Bukan Airys yang menjawab, melainkan Biru.

"Serius?" Tanya mereka kompak.

"iya..yaudah lah ke kantin Yuk..laper gue.." Biru merangkul Airys. Tiga cowok berjalan mengikuti dua cewek di depannya.

Kantin begitu padat. Sampai hanya tersisa satu meja yang kosong. lima remaja tersebut berbagi tugas. ada yang memesan makanan dan ada yang cepat cepat duduk di meja kosong, agar mereka tak perlu repot untuk makan diluar kantin.

"Nah dapet." ujar Biru lalu melambaikan tangan ke temannya. Kevin Nathan dan Airys mengacungkan jempol bersama.

Saat membalikan badannya. Ternyata ada orang yang berdiri tempat di dekatnya.

"Sorry sorry ya.. gue duluan yang dapet.." ujar orang itu.

Tak henti-hentinya dia berdebat di hari ini. Dia mendongak wajahnya. lalu memasang wajah datar.

"maap maap ya. gue duluan yang duduk disini." Lalu Biru mengeluarkan hpnya.

" cewek nyasar. Gue duluan yang duduk." Ujar cowok itu tak mau kalah.

"Liat Lo sekarang, Lo lagi berdiri.gimana si, sok sokan, cari alesan tuh masuk akal Napa si." Biru masih dengan posisi duduknya.

"Bentar. apa? cewek nyasar?." Biru memasang wajah ketus.

"Lo yang waktu itu nyasar cari aula kan?"

"yang kaga tau terimakasih."

"Heh!.jaga ya mulut Lo."

Biru berdiri dan menunjuk wajah cowok itu.

"benerkan? buktinya. masa gue harus ngode dulu baru Lo bilang."

"Lo aja yang kecepetan. Dasar gila makasih."

Semua mata memandang ke arah dua insan yang tengah berdebat itu. Sampai akhirnya teman Biru datang.

"Ada apa Bir?." Tanya Airys sambil menyimpan makanan.

"Lo bawa makanan sama temen Lo ini. cari meja lain." ujar cowok yang dikenal dengan nama Degar.

"Gak.gue yang duluan dapet ni meja." Biru terus nyolot. Dia tak mau kalah.

"Bir, udah. Jan cari gara-gara. kita pindah aja." Raka berniat ingin mencairkan suasana. Namun Biru tetap tak mau.

"Lo juga kenapa gak ngalah si." Airys ikut terbawa emosi.

"Rys.Udah. sorry bang kita pindah." Kevin dan Nathan membawa makanan mereka. Raka menarik tangan Biru diikuti oleh Airys.

continued....